Saturday, October 29, 2011

Tiga Orang Sehari

Tidak mudah mencapai banyak tempat di Jakarta dalam waktu sehari. Musuh utama terbesar adalah kemacetan dan angkutan umum yang sistem kerjanya hanya bisa diketahui oleh Tuhan dan supirnya.

Jumat. Hari sial untuk pengguna jalan raya Jakarta. Macetnya lebih maksimal di hari itu. Tantangan hari Jumat minggu ini bagi gw adalah menyambangi tiga urusan.
  1.   Nemenin Anggi beli kain tile
  2.  Ambil hadiah bareng Tisha
  3.  Nonton Simfoni Kanak-Kanak bareng Lescha
·         
Rute:

Rumah - Blok M - Mayestik - Blok M- (Ampera) - Kemang - Duren Tiga - Kuningan

Sebenarnya sih semua berdekatan dan bisa ditempuh dalam waktu sebentar... kalau jalanan kosong melompong.

Urusan nomor satu: Berburu Kain di Mayestik
Nona Anggi berburu kain

TransJakarta Tamini - Blok M pukul 10 pagi penuh. Sesampainya di terminal Blok M, meneruskan perjalanan dengan Metromini 69 ke Mayestik. Salut untuk Anggi, anak gaul Bogor, yang lebih tahu jalan ke Mayestik. Kami kembali lagi ke Blok M.

Anggi pulang ke Bogor, gw melanjutkan pertemuan dengan Tisha di Blok M.

Urusan nomor dua: Ambil Hadiah di Kemang
Masih bisa tersenyum di Blok M karena belum tahu apa yang akan terjadi

Petunjuk mengatakan untuk naik kopaja 605A. Dasar kami tidak teliti, malah naik kopaja 605. Drama dimulai:

Hujan rintik-rintik dan mesin kopaja ngambek. Mogok di depan Pasaraya. Kasihan supirnya, dia tampil solo hari itu. Tak ada kenek. Para penumpang laki-laki (cuma sedikit!) diminta untuk membantu mendorong kopaja biar jalan lagi. Setelah menuai orkestra klakson karena bikin macet, mesin kopaja bisa nyala lagi. Baru aja jalan sebentar, sudah bertemu dengan pemalak Jaka Sembung yang nyari duit halal (katanya, daripada mereka ngebunuh orang mendingan minta-minta). Kalo Dachi bisa menaklukkan mereka, kayanya di masa depan gw mau ajak dachi jadi agen pemalak. Nanti duit hasil ngemis-tapi-maksa disetorin ke kita deh.

Dua jam habis percuma di tengah barisan mobil-mobil mentereng dan kopaja lusuh di jalan sempit daerah Kemang. Beneran deh, orang Kemang gak ada yang stres gitu dengan keadaan jalanannya? Udah jalan kecil, eh banyak banget area pertokoan dan kantor-kantor. Gila banget jalanan udah kaya tempat parkir. Mobilnya berhenti. Kalau belum ada angkutan umum yang manusiawi ke arah Kemang (bis atau angkot AC), gw ogah banget kesana kalo gak terpaksa.

Tak terasa sudah jalan Ampera, padahal patokannya itu Dim Sum Festival Kemang. Sebelum terbawa ke Kampung Rambutan (dan memilih pulang), kami segera pindah kopaja yang benar. Kepala mulai sakit karena sudah lama tak menghirup gas polutan dalam porsi jumbo.

Alhamdulillah, gw dan Tisha sampai juga ke tujuan. Tisha mendapat haknya, mp3 player. Daku harus puas dengan CD ori artis Korea yang gw gak kenal.
Butuh perjuangan keras untuk bisa sampai kesana

Mengingat seluk beluk kemacetan barusan, Tisha memutuskan untuk pulang dengan TransJakarta. Kami naik bajaj ke shelter busway Duren Tiga.
Berkelana sampai ke Mampang Prapatan
Transit di Kuningan Timur. Tisha pulang. Gw melanjutkan sisa urusan.

Urusan nomor tiga: Nonton Simfoni Anak di Kuningan
Antrian mobil di lampu merah dari jembatan Kuningan
Saat itu pukul 16.30 WIB. 2,5 jam sebelumnya, gw mengabari Lescha bahwa sepertinya tak akan cukup waktu untuk bertemu selain langsung di Erasmus Huis. Mengingat janjian masih sekitar 4 jam kemudian, gw terdengar rebek banget. Prediksi dan langkah gw ternyata tepat. Kalo dipaksain pergi ke Plasa Semanggi dulu, ada kemungkinan gw muntah di jalan. Literally. 

Salah banget gw gak bawa jaket. Lemak tebal tak melindungi badan dari angin dingin dan rintik hujan.
Bunga basah kuyup di taman Erasmus Huis
Lei datang membawa kebahagiaan berupa mochi.
Mochi isi strawberry. Oleh-oleh dari ibunda Lescha


Sambil menunggu konser dimulai, lihat-lihat pameran songket di aula Erasmus.
 

Kali ini duduk di auditorium sebagai penonton, bukan volunteer :)
Simfoni Kanak-Kanak sangat menarik. Musik-musiknya membuat gw membayangkan soundtrack buku cerita. Ada yang bernuansa ceria, misterius, dan kelam. Berbagai kolaborasi alat musik tampil. Piano-Flute, Piano-Biola, Piano dengan dua pemain (4 hands, 16 fingers), dan orkestra. Favorit gw adalah permainan Flute dan Piano. Terbayang liat adegan film kartun di tengah ilalang sambil mengejar kupu-kupu dengan latar belakang langit biru dan pelangi. Kebayang?

Akhirnya pulang sebelum permainan berakhir karena badan udah gak bisa kompromi (dan lei bosen). Sepanjang perjalanan pulang (untungnya naik taksi –gratis-) gw menahan diri untuk tidak muntah. Sesampainya di rumah, begitu menyentuh kasur, mual agak mereda. Bangun tidur kepala masih sakit. Langsung kalap minum banyak obat :(

Menyelesaikan tiga urusan di Jakarta dalam satu hari cukup sulit bila tergantung pada angkutan umum yang penuh racun polusi dan kondisi badan yang kurang fit. Dari hari Kamis memang gw udah rada lemes sampe tersenyum pun rasanya menguras energi.

2 comments:

Seeta Caesarianey said...

ih kog lucu sih mochinya? jadi nyesel ngasih :P
mochi yang punya gw ga boleh dibuka sama nyokap, katanya disuruh abisin oleh2 belanda dulu yang udah 3 minggu ga abis2 saking banyaknya...

ini yg gw suka dari blog lo, setiap pengalaman langsung diceritain real-time! haha
thanks for putting my picture ya! ooh.. my hair... my face...
ah sudahlah~

nyai dachimah said...

bujet lo langsung masuk angin berpindah2 tempat kota jakarta. kayaknya lo harus minum antimo dulu kalo melalui trip kayak gini lagi. hahahaha

@seeta
mau dong bantuin abisin oleh2 dari belanda. cokelat yak? hoho

 
design by suckmylolly.com