PSSI Curang bener yak. Masa tiket AFF kita mahal banget siiiiih. Padahal ongkos PP pesawat plus tiket VVIP plus segala macem ke Malaysia aja bahkan lebih murah dari tiket VVIP nonton bola di Senayan. Woy PSSI jangan kemaruk deh. Udah tau rakyat miskin masih dikeruk aja duitnya, mending kalo stadion senayannya bersih dan rapi. Cuih. tau rasa tuh dirampas tiketnya. udah harga mahal, manajemen ga bener. ya mana bisa ribuan orang dilayanin orang seiprit? kaga punya otak dah si nurdin.
-edit-
aduuuuuuuuuh Malaysia ganti nama aja jadi Malayser. Beraninya maen laser deh. Dasar orang melayu, paling suse ya sportif? *inget waktu di Senayan orang2 alay pada lempar aqua untung jauh jarak tribun*
tadi yang lempar petasan ke tengah lapangan suporter mana ya? aje gile deh.
Sunday, December 26, 2010
Friday, December 24, 2010
Desa Global
Desa Global, atau Global Village adalah istilah dari dunia yang dianggap tidak lagi punya batas. Dunia dianalogikan sebagai suatu desa yang luas, dimana semua orang di berbagai tempat bisa mengakses informasi dari tempat lain dalam waktu yang hampir bersamaan melalui media massa, tentunya yang paling cepat adalah internet.
Sekarang gw sedang mengalaminya, malam ini di Jepang sedang diputar acara Music Station Super Live edisi akhir tahun. Terus barusan gw cek LJ udah ada loh donlotan video Arashi nyanyi Wish. Terus sang uploader nulis, tungguin ya unggahan next performance soalnya mereka belum muncul di TV lagi. Bahkaaaaaan gw bisa nonton barengan sama yang di Jepang! Aih terharu deh. Mana kostum si Arashi kali ini gak terlalu norak (walo nino kaya pake rok). Terus ada satu anak yang dirangkul Sho terus itu anak mukanya syok dan pucat gitu (mungkin gw juga akan seperti itu).
Sekarang gw sedang mengalaminya, malam ini di Jepang sedang diputar acara Music Station Super Live edisi akhir tahun. Terus barusan gw cek LJ udah ada loh donlotan video Arashi nyanyi Wish. Terus sang uploader nulis, tungguin ya unggahan next performance soalnya mereka belum muncul di TV lagi. Bahkaaaaaan gw bisa nonton barengan sama yang di Jepang! Aih terharu deh. Mana kostum si Arashi kali ini gak terlalu norak (walo nino kaya pake rok). Terus ada satu anak yang dirangkul Sho terus itu anak mukanya syok dan pucat gitu (mungkin gw juga akan seperti itu).
Monday, December 20, 2010
Meet my husband
His, i mean, their last name is Younghusband. Demi mendukung sang suami, saya datang dengan couple T-shirt, kaos bola biru bernomor sama dengan P.Younghusband, nomor 10. LOL. Demam bola nih. Untuk pertama kalinya gw menonton bola di stadion Senayan dalam rangka melihat pertandingan Indonesia melawan Filipina di semifinal AFF 2010. Biar out of the box/ gampang dicari temen kalo nyasar dan ilang, gw memilih untuk memakai baju bola berwarna biru sebagai lambang pendukung Filipina (jelas mendukung para suami, P & J Younghusband, dan pelatih nyamnyam Om McEnemy) di tengah kerumunan manusia berbaju merah dan putih. Terbukti, sejauh mata memandang rasanya cuma gw yang pake baju biru (sama Dachi yang pake jaket biru tapi dicopot karena takut digebukin alay ya Dach?). Untung gak digebukin para anarkis bola.
Rasanya nonton pertandingan bola langsung di stadion?
1. Capek. Maklum kaum tribun, tiket paling murah, siapa cepat dia dapat. Pertandingan mulai jam 7, udah janjian dari jam 2. Luar binasa.
2. Suara sember. Tereak-tereak kaya lagi marahin junior di malam final kaderisasi.
Seneng bisa liat lapangan secara keseluruhan. Sedih ga bisa liat muka pemain dengan jelas. Seneng karena bisa berbagi antusiasme dengan puluhan ribu pendukung Indonesia. Emang enak ya main di kandang, kalo lawan salah disorakin, kalo timnas Indonesia yang salah penontonnya malah bersorak "wasit goblok". Main di Indonesia sama aja melatih mental. Tim lawan selalu disorakin. Memang sangat sportif.
Seandainya Indonesia bisa ikut piala dunia dan ada lomba untuk para suporter, gw yakin negara kita akan menang.
Yuklah semangat Timnas Bola Indonesia, semoga menang final AFF! Rakyat Indonesia butuh hiburan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang belum sejahtera seutuhnya. Prikitiw!
Rasanya nonton pertandingan bola langsung di stadion?
1. Capek. Maklum kaum tribun, tiket paling murah, siapa cepat dia dapat. Pertandingan mulai jam 7, udah janjian dari jam 2. Luar binasa.
2. Suara sember. Tereak-tereak kaya lagi marahin junior di malam final kaderisasi.
Seneng bisa liat lapangan secara keseluruhan. Sedih ga bisa liat muka pemain dengan jelas. Seneng karena bisa berbagi antusiasme dengan puluhan ribu pendukung Indonesia. Emang enak ya main di kandang, kalo lawan salah disorakin, kalo timnas Indonesia yang salah penontonnya malah bersorak "wasit goblok". Main di Indonesia sama aja melatih mental. Tim lawan selalu disorakin. Memang sangat sportif.
Seandainya Indonesia bisa ikut piala dunia dan ada lomba untuk para suporter, gw yakin negara kita akan menang.
Yuklah semangat Timnas Bola Indonesia, semoga menang final AFF! Rakyat Indonesia butuh hiburan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang belum sejahtera seutuhnya. Prikitiw!
Friday, December 3, 2010
bolang #6: Hospital
Awal Desember tahun 2010 adalah momen yang patut dikenang.
Premier dalam hidup ini, Gw premier dirawat di RS Premier (dulunya Mitra). Katanya sih Demam Berdarah. Memang benar, saya demam dan disuntik berdarah-darah. Disuntik-suntik, tepatnya karena jamak.
Lima hari pertama demam tinggi dilewatkan di rumah sendiri. Selanjutnya menginap di rumah sakit.Wait, i should call it rumah SUCKS IT/ IT SUCKS.
Cek darah
Seorang perawat berjenis kelamin laki-laki menebar senyum ramah. Senyumnya memudar saat ia memeriksa tangan gw.
Dia gak bisa nemuin pembuluh darah gw karena tangan gw, as he acclaimed, gemuk. Lalu dia meralat, oh nggak gemuk kok ini kurus. Kondisi gw yang teler karena panas 39,5 derajat celcius membuat gw ga punya energi untuk marah. Or at least membela diri.
Belakangan gw baru tahu kalau itu bukan salah (pergelangan tangan) gw. Memang orang-orang di bagian UGD kurang canggih, atau masih super amatir. Di tempat lain seperti laboratorium atau pengambilan darah harian, orang-orangnya canggih. Dalam waktu beberapa detik mereka sudah bisa memilih bagian kulit mana yang mau disuntik dengan jarum berongga yang akan menyedot darah berharga gw untuk diteliti jumlah trombositnya. Tangan kurus atau gendut tak masalah bagi mereka. Tidak seperti perawat laki-laki amatir yang bolak balik pencet sana sini lemak di tangan gw untuk bisa menemukan pembuluh darah vena. FYI, dia harus tojos dua kali karena suntikan pertamanya salah. ARGH.
Mengapa kalian harus menaruh orang-orang amatir di bagian unit gawat darurat?
Lalu lalu lalu, pertanyaan gw selama ini terjawab juga. Gw selalu penasaran bagaimana rasanya diinfus. Oh Teman, rasanya tidak sakit bila pesuntikmu profesional. Tetapi sakit jika masih amatir. Daku kebagian yang amatir. Keadaan tidak bertambah baik bila kakakmu mengganggu dengan gestur ingin terus-terusan menyentil suntikan infus yang masih terasa sakit. Dia memang selalu memberi dukungan moral. Ditambah lagi kata-kata mutiara dari sang Kakak: Paling cuma tiga hari kok. Abis itu...
Dia lalu menirukan gestur jenazah yang diarak ke kuburan. Ah, brother..
Alhamdulillah, gw cuma dirawat lima hari dan tidak mati kemudian.
Beberapa hal menyenangkan di RS:
-Kasurnya lumayan enak
-Menu makanan sangat banyak (sayang sekali tidak bernafsu)
-Tidak dimarahi walau malas mandi
-Tidak dimarahi walau baca komik terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya tidur terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya nonton tipi terus
Beberapa hal yang tidak menyenangkan di RS:
-Suntikan 'ngecek alergi antibiotik' bikin gw hampir nangis dan menyisakan bilur biru menyeramkan di kulit
-Selamat pagi = Selamat, darah anda diambil lagi hari ini
-Tidak bisa menghindari sinetron Putri Yang Ditukar karena teman sekamar dan mama suka menontonnya, kalau di rumah bisa kabur ke kamar dan nonton laptop saja
-Tangan kanan diinfus susah mo ngapa-ngapain
-Wifi eror sehingga tidak bisa online
Yang terakhir itu cukup vital.
Besuk.
Dibesuk selalu menyenangkan apabila yang datang adalah kawan-kawan. Tapi rasanya aneh bila yang datang teman-teman ibumu. Yah, emak pun punya hak bosan saat menunggui anaknya ya. Tapi semuanya datang membawa kebahagiaan dan benda berguna kok, oh ho ho ho. Oportunis mode ON.
Bahkan terjadi simbiosis mutualisme antara diriku dan Dechu, dia gw paksa datang untuk menemani (rumahnya deket!) dan dia menemani laptopku lalu menemukan beberapa data Nielsen yang kayaknya berguna untuk TKA. Oh iya Dechu juga bawain komik-komik (Ternyata Keroro lucu banget ya). Makasih ya Dechu udah nemenin gw melewati saat pergantian siang ke malam. Gw paling ngerasa Magrib itu horor karena setan-setan lagi berlalu lalang. Dechu juga mengurangi rasa mual gw saat terpaksa mendengar sound effect Putri Yang Ditukar. Ai lap yu Decu.
Mightybangs dan Toraja. Duo maut ini mengagetkan gw karena mereka adalah penjenguk pertama (gw baru 1-2 jam berada di RS). Mereka memberi dukungan moral saat suster menyuntik antibiotik yang luar biasa nyeri auwooo. Tenkyu Tenji People!
Riju. Dia juga membantu gw melewati cobaan Putri Yang Ditukar dengan menyalakan laptopnya dan menonton How I Met Your Mother bersama-sama. Makasih juga angkaknye. Good luck skripsinye ya Sis.
Odah, Anggi. Geng Jawa Barat yang sangat perhatian mau hijrah dari kota lain untuk memberikanku donlotan baru. Rivanie, orang yang gw repotin dengan permintaan Sari Kurma. Ahaha gw emang gak modal Van, untung si Vanie nanya gw mau dibawain apaan. Ahay. W-Dachi. Tak terhingga deh rasa syukur gw karena orang yang satu ini jadi koordinator besuk. Sudah repot-repot menggeser pantatmu dari Kemang ke daerah Jatinegara yang bukan jajahanmu lalu direpotin dengan rikues beliin majalah, tengkyu Neng Dachi. Ada juga pasangan baru Della-Budi yang datang belakangan dengan resiko diusir satpam, mochinya enak Del! Ada juga Bang Mimar, dosen Jurnal yang paling suka ngambil gambar snapshot untuk ditag di facebook.
Belum lagi orang-orang jauh yang mengirimkan perhatiannya lewat sms (hai Maya di Korea!), tuiter, fb, telpon, etc. Asoooyyy dah gw berasa lagi ulang tahun. Ahem.
Itulah pengalamanku menghabiskan lima hari di rumah sakit, kejadian yang semoga hanya terjadi sekali seumur hidup!
Premier dalam hidup ini, Gw premier dirawat di RS Premier (dulunya Mitra). Katanya sih Demam Berdarah. Memang benar, saya demam dan disuntik berdarah-darah. Disuntik-suntik, tepatnya karena jamak.
Lima hari pertama demam tinggi dilewatkan di rumah sendiri. Selanjutnya menginap di rumah sakit.Wait, i should call it rumah SUCKS IT/ IT SUCKS.
Cek darah
Seorang perawat berjenis kelamin laki-laki menebar senyum ramah. Senyumnya memudar saat ia memeriksa tangan gw.
Dia gak bisa nemuin pembuluh darah gw karena tangan gw, as he acclaimed, gemuk. Lalu dia meralat, oh nggak gemuk kok ini kurus. Kondisi gw yang teler karena panas 39,5 derajat celcius membuat gw ga punya energi untuk marah. Or at least membela diri.
Belakangan gw baru tahu kalau itu bukan salah (pergelangan tangan) gw. Memang orang-orang di bagian UGD kurang canggih, atau masih super amatir. Di tempat lain seperti laboratorium atau pengambilan darah harian, orang-orangnya canggih. Dalam waktu beberapa detik mereka sudah bisa memilih bagian kulit mana yang mau disuntik dengan jarum berongga yang akan menyedot darah berharga gw untuk diteliti jumlah trombositnya. Tangan kurus atau gendut tak masalah bagi mereka. Tidak seperti perawat laki-laki amatir yang bolak balik pencet sana sini lemak di tangan gw untuk bisa menemukan pembuluh darah vena. FYI, dia harus tojos dua kali karena suntikan pertamanya salah. ARGH.
Mengapa kalian harus menaruh orang-orang amatir di bagian unit gawat darurat?
Lalu lalu lalu, pertanyaan gw selama ini terjawab juga. Gw selalu penasaran bagaimana rasanya diinfus. Oh Teman, rasanya tidak sakit bila pesuntikmu profesional. Tetapi sakit jika masih amatir. Daku kebagian yang amatir. Keadaan tidak bertambah baik bila kakakmu mengganggu dengan gestur ingin terus-terusan menyentil suntikan infus yang masih terasa sakit. Dia memang selalu memberi dukungan moral. Ditambah lagi kata-kata mutiara dari sang Kakak: Paling cuma tiga hari kok. Abis itu...
Dia lalu menirukan gestur jenazah yang diarak ke kuburan. Ah, brother..
Alhamdulillah, gw cuma dirawat lima hari dan tidak mati kemudian.
Beberapa hal menyenangkan di RS:
-Kasurnya lumayan enak
-Menu makanan sangat banyak (sayang sekali tidak bernafsu)
-Tidak dimarahi walau malas mandi
-Tidak dimarahi walau baca komik terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya tidur terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya nonton tipi terus
Beberapa hal yang tidak menyenangkan di RS:
-Suntikan 'ngecek alergi antibiotik' bikin gw hampir nangis dan menyisakan bilur biru menyeramkan di kulit
-Selamat pagi = Selamat, darah anda diambil lagi hari ini
-Tidak bisa menghindari sinetron Putri Yang Ditukar karena teman sekamar dan mama suka menontonnya, kalau di rumah bisa kabur ke kamar dan nonton laptop saja
-Tangan kanan diinfus susah mo ngapa-ngapain
-Wifi eror sehingga tidak bisa online
Yang terakhir itu cukup vital.
Besuk.
Dibesuk selalu menyenangkan apabila yang datang adalah kawan-kawan. Tapi rasanya aneh bila yang datang teman-teman ibumu. Yah, emak pun punya hak bosan saat menunggui anaknya ya. Tapi semuanya datang membawa kebahagiaan dan benda berguna kok, oh ho ho ho. Oportunis mode ON.
Bahkan terjadi simbiosis mutualisme antara diriku dan Dechu, dia gw paksa datang untuk menemani (rumahnya deket!) dan dia menemani laptopku lalu menemukan beberapa data Nielsen yang kayaknya berguna untuk TKA. Oh iya Dechu juga bawain komik-komik (Ternyata Keroro lucu banget ya). Makasih ya Dechu udah nemenin gw melewati saat pergantian siang ke malam. Gw paling ngerasa Magrib itu horor karena setan-setan lagi berlalu lalang. Dechu juga mengurangi rasa mual gw saat terpaksa mendengar sound effect Putri Yang Ditukar. Ai lap yu Decu.
Mightybangs dan Toraja. Duo maut ini mengagetkan gw karena mereka adalah penjenguk pertama (gw baru 1-2 jam berada di RS). Mereka memberi dukungan moral saat suster menyuntik antibiotik yang luar biasa nyeri auwooo. Tenkyu Tenji People!
Riju. Dia juga membantu gw melewati cobaan Putri Yang Ditukar dengan menyalakan laptopnya dan menonton How I Met Your Mother bersama-sama. Makasih juga angkaknye. Good luck skripsinye ya Sis.
Odah, Anggi. Geng Jawa Barat yang sangat perhatian mau hijrah dari kota lain untuk memberikanku donlotan baru. Rivanie, orang yang gw repotin dengan permintaan Sari Kurma. Ahaha gw emang gak modal Van, untung si Vanie nanya gw mau dibawain apaan. Ahay. W-Dachi. Tak terhingga deh rasa syukur gw karena orang yang satu ini jadi koordinator besuk. Sudah repot-repot menggeser pantatmu dari Kemang ke daerah Jatinegara yang bukan jajahanmu lalu direpotin dengan rikues beliin majalah, tengkyu Neng Dachi. Ada juga pasangan baru Della-Budi yang datang belakangan dengan resiko diusir satpam, mochinya enak Del! Ada juga Bang Mimar, dosen Jurnal yang paling suka ngambil gambar snapshot untuk ditag di facebook.
Belum lagi orang-orang jauh yang mengirimkan perhatiannya lewat sms (hai Maya di Korea!), tuiter, fb, telpon, etc. Asoooyyy dah gw berasa lagi ulang tahun. Ahem.
Itulah pengalamanku menghabiskan lima hari di rumah sakit, kejadian yang semoga hanya terjadi sekali seumur hidup!
Sunday, November 28, 2010
bolang #5: Aikido
Seorang teman jurnal bernama Ipeh ingin lulus semester ini. Ia mengambil Tugas Karya Akhir berupa liputan feature tentang beladiri anak. Menurut Ipeh, sulit mencari presenter anak-anak. Akhirnya gw direkrut untuk menjadi presenter TKA ini karena tinggi gw sama seperti anak SD. Baiklah. Hari ini syuting di executive club The Sultan Hotel.
Awal syuting biasa saja: membuka acara, dsb. Tiba saatnya latihan aikido dimulai. Gw berganti baju. Jreng jreng... Kirain gw gak ikutan latihan, cuma speak-speak dikit aja, ternyata...Gw harus beneran berpartisipasi di latihan aikido ini. Emaaaaaaaaaaak!
Pemanasan. Tet tot. Kalah lincah sama anak-anak SD *jelas*. Sensei Dims *pacar ipeh* ngasih instruksi sambil memandang tepat langsung ke gw. Mata itu seakan berteriak: gini Nien, caranya. Bukan, bukan gitu tangannya. Aduuuh. Gini, gini..Jempolnya disini.. Aduh.. Kok ga bisa-bisa sih. Muka gw panik karena gw beneran gak ngerti apa yang harus diputer atau dipijit, dll. Nanti bisa dilihat sendiri di kamera betapa dongonya ekspresi gw.
Lanjut. Gw dibanting-banting. Ternyata enak lho dibanting di aikido, soalnya di matras. Cuman kepala agak sakit aja karena salah posisi.
Terus ada anak kecil yang nanya, ini buat masuk tipi apaan sih? gw jawab, untuk tugas kuliah. Dia curhat, aku nanti kalo kuliah mau penelitian di suaka margasatwa, soalnya aku suka binatang. Gw menjawab datar, oh.. dengan nada tidak peduli. LOL.
Terakhir, gw nanya-nanya ke murid aikido dari Selandia Baru. Dia bisa bahasa Inggris dan bahasa Jawa tetapi tidak bisa bahasa Indonesia. Baiklah. You rocks, Duncan!
Syuting selesai, berfoto sejenak di pinggir kolam renang. Ipeh mengancam untuk menceburkan kami. Di akhir foto, tiba-tiba dia terpeleset dan nyebur kolam renang. Tanpa ada yang mendorong. It was hilarious. Kalo kata orang bijak sih, karma. Tidak ada saksi mata yang melihat proses itu secara lengkap. Yang gw ingat, Ipeh berteriak, badannya oleng..dan gejebur. Byur. Byur. Semua orang hanya menatap.. dan tertawa. HAHAHAHAHAH. Doi ganti baju pake celana aikido, kaos dan jaket pacarnya, serta kerudung cadanganku.
Next, makan-makan. Oke, ini agak gila.
Makan siang:
Chicken Story. Gw baru tahu nasi bisa refill. Semua orang nambah nasi. Ayam bakar pedas, nasi, cah kangkung, es teh manis. Uenak.
Semua orang gak bisa bernapas dengan lega saking kekenyangan. Hampir semuanya menertawakan Dims yang pengen beli J.Co untuk cemilan. Takdir berkata lain.
Cemilan:
1. J.Co
Dalam waktu lima menit, enam orang melahap 12 donat sampai tandas. Kata siapa kita udah kenyang?
Dims memberikan amanah pada Ipeh untuk menghabiskan jatah duit untuk beli makanan. Akhirnya kami terpaksa mengemil lagi.
2. Big Bite.
Dua big bite untuk lima orang *Dims udah pulang*. Semua gemuk.
3. Satu slice cheese cake.
Walau cuma sesuap kecil, tetap hampir tidak muat.
Kami semua sehat hari ini. Terimakasih Ipeh, Rikha, Mamat, Dimas, Aji atas partisipasinya dalam bolang hari ini. Semoga Ipeh dan Dimas segera menikah dan menjahit baju seragam kawinan di MOSCHIC. Amin.
Thursday, November 25, 2010
Tapi pak.. Tapi pak.. Tapi pak..
Kelas barusan ramai sekali.
Kelompok yang maju presentasi membahas tentang Jurnalistik.
Dosen bukan orang Jurnalistik.
Tapi dosen ini adalah TUHAN di dunianya sendiri
karena sebenarnya seisi kelas setidaknya yang ngomong menentang pendapat dia yang aneh dan dia tidak mau bisa kalah. He's God, guys. Don't talk back unless you wanna get F.
Ada juga seorang teman yang gak pernah mau kalah dalam argumen. Sayang sekali gw gak pernah bisa mengkonfrontasi dengan cara marah beneran. Nampaknya apa yang gw lakukan selalu terlihat bercanda. Akhirnya... mental ini tidak sehat. Semua pendapat gw selalu dibantah sama dia. Pokoknya dia harus benar. Dia selalu benar. He's God in his world. Rasanya ingin bawa golok dan membacok-bacok dia tiap kali omongan gw dibantah.
Kelompok yang maju presentasi membahas tentang Jurnalistik.
Dosen bukan orang Jurnalistik.
Tapi dosen ini adalah TUHAN
karena sebenarnya seisi kelas setidaknya yang ngomong menentang pendapat dia
Ada juga seorang teman yang gak pernah mau kalah dalam argumen. Sayang sekali gw gak pernah bisa mengkonfrontasi dengan cara marah beneran. Nampaknya apa yang gw lakukan selalu terlihat bercanda. Akhirnya... mental ini tidak sehat. Semua pendapat gw selalu dibantah sama dia. Pokoknya dia harus benar. Dia selalu benar. He's God in his world. Rasanya ingin bawa golok dan membacok-bacok dia tiap kali omongan gw dibantah.
Tuesday, November 23, 2010
weekly express #13 : a Date with Harry
Dari hari Rabu gw udah belingsatan nyari-nyari temen buat nonton ini.
1. Rizu jalan sama anak FKG (it turns out she got free premiere ticket but aint watch it)
2. Bebek mau jalan sama pacarnya (ktanya gpp gw ikut tapi gw males jadi setan)
3. Dachi ga suka Harpot
4. Aa gak bales smsthank you loh my caring brother
5. Sister in law repot ngurusin anakyang sembelit dan boker darah karena salah dikasi jenis pisang sehingga tidak bisa dicerna oleh bayi. Duh kasian amat sih kamu Vai.
6. Teteh lagi pergi haji dan di Arab dan susah juga kalo diajak
7. Tante mau sih tapi gw gak enak karena dia pasti repot ngurusin tiga anak.
8. Lescha gak mau kalo nontonnya gak di hari pertama
9. Dechu prefer INAFFF or yang laen yang gratis dan lebi murah (gw ngajak wiken blitz yang emang mahal)
10. Ada lagi? Gw lupa deh pokoknya banyak..
Duarrrr... Petir menyambar hatiku yang kesepian di rumah sendirian.
Ya udah. Gw putuskan untuk nonton sendiri aja di Tamini Square. Deket dan murah.
Tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba...hari Jumat Tante Poni kan kerumah gw.. Gw deg-degan saat mengajaknya nonton. Takut udah ada janji sama Mr. Toraja. Kan gw susah juga kalo mo ngikut mereka nonton ke Teraskota. Masa harus ke luar kota sih? Piss ah.
Eh tante poni mau diajak nonton!
Tapi, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Pertanyaannya adalah: Emang bakalan dapet tiket?
Demi mendapatkan jawaban pasti, gw menelpon si Lescha Pecinta Bieber-Gaga-Spore-dan Harry Potter.
Lescha ini adalah orang yang menganggap bahwa menonton Harry Potter tidak di hari pertama = Dosa besar. Sama dosanya ketika gw udah donlot Arashi dan gak ditonton. Neraka Jahanam. Kami memang unik. Tapi intinya adalah, Lescha ngantre tiket dari pukul 10.30 dan baru nonton sekitar pukul 14.00.
Cekidot website 21: di bioskop TAMINI belum ada Harry Potter. Kurang alay apa lagi?
Yaudah mo ke Citos aja deh. Tapi.. naek apa ya ke Citos dari rumah gw. Metromini. Gak masalah sih tapi... males aja sore-sore berdesak-desakan dan belum tentu dapet tiket. Tante Poni sih gak masalah diajak bersusah-susah ria.
Keputusan: males nonton hari ini. Kapan-kapan aja.
Sabtu: Bikin transkrip wawancara. Chatting sama si Genit Mira. Tadinya mau menyerbu Margo City aja atau midnight Citos sebagai sesama orang kesepian. Gagal karena transkrip belum selesai padahal deadline menanti.
Minggu: Masih bikin transkrip wawancara. Berencana ke Citos sendirian dan kirim sms ke orang-orang untuk melihat daya impulsif mereka. Gagal lagi karena transkrip baru selesai malam dan hari senin gw harus ke kampus dari pagi.
Lescha saved my life. Dia mau diajak nonton (untuk ketiga kalinya) di Citos hari Senin. Thank You Bekasi Girl~ *smooch*
Review Harry Potter bisa dibaca langsung di blog beliau. Berhubung gw udah lama banget gak baca HP, jadi agak lost sama ceritanya. Mikir "emang gitu ya? emang ada di buku ya?". Beruntunglah orang sebelah gw itu kamus berjalan Harry Potter. Dengan bangga dia bilang, "Ask me anything about Harry Potter. I know the answer."
Oke deh lei.
Beberapa hal yang gw suka adalah ketika Harry dan Ron belum cukuran dan tumbuh jenggot-jenggot. Awwww. LOL.
Oiya dan kostum Hermione sangat keren. Terlalu keren untuk ukuran pelarian penuh frustasi menghindari penyihir jahat. Lescha sangat yakin itu konspirasi dari sponsor baju.
Kursi 21 Citos kok jadi bunyi krenyit-krenyit kayak udah mo copot ya? Hmm. Dan ibu-ibu di sebelah gw berisik banget karena dia GAK BACA HARRY POTTER dan GAK NGERTI CERITANYA dan MENGELUH NGANTUK dan NANYA-NANYA TENTANG SEMUA ke orang sebelahnya yang juga berisik. Masa Dumbledore disebut dia KAKEK-KAKEK?
Lain kali kalo gak tahu Harpot ga usah nonton deh. Kalopun nonton diem aja nanyanya pas uda di luar bioskop. Ganggu bener!
Gw harus nonton ulang di Tamini.
Back to the story:
Pulangnya terjebak macet DUA JAM. Lescha bersumpah gak akan ke Citos lagi. Aww let's see Lei. I'm gonna drag you there someday when your mother get another free vouchers.
Advice:
Jangan naik metromini 509 atau 510 dari Citos ke Kp. Rambutan pukul 17.30 pada hari Senin.
Macetnya cukup lama untuk bisa ngelahirin anak.
Naek aja metromini 76 di pinggir jalan tol (walau isinya memang seperti biji cendol kalengan) atau taksi aja. Mahal, tapi cepat dan nyaman.
Di Miriam Budiarjo Resource Center *bener ga tuh*, Perpustakaan FISIP UI, ada satu pojokan bernama American Corner. Belakangan, pojokan itu dipanggil dengan nama Karpet Ijo MBRC. Ya, simpelnya karena disitu karpet dan sofanya berwarna hijau. Ada televisi gede banget disitu, tapi gw gak tau apa fungsinya selain untuk nonton gosip. Antena tivinya pun kadang tidak berfungsi. Alhasil gambarnya banyak yang disemutin. Channel yang paling bagus ya sinetron atau gosip. I wonder can we use it for nobar Arashi?
Lanjut. Area itu paling nyaman di MBRC untuk bercengkrama dan mengerjakan tugas. Mengapa? Simpel. Karena ada karpet. Orang Indonesia lebih suka duduk selonjoran dan tidur ayam di karpet ketimbang duduk di kursi. Dengan aura selonjoran, orang-orang cenderung mengobrol. Dengan mengobrol, suasana menjadi berisik. Jika digabung: Perpustakaan menjadi berisik.
Bapak dan ibu petugas MBRC sering mengeluarkan teguran berupa *Ssssstttt* untuk mendiamkan mulut-mulut bawel. Tapi kemarin berbeda. Suatu sejarah baru dalam MBRC.
*bletak*. Bunyi benda jatuh. Orang-orang tidak terlalu ngeh karena dikira ada yang jatuh.
Terdengar suara orang mengomel. Gw menengok ke sumber suara. Olala. Ternyata seorang petugas berseragam biru (petugas MBRC) yang wajahnya tidak familier melempar tutup tempat sampah ke lantai untuk mendiamkan suasana.
Tapi harap diingat:
1. Tutup tempat sampah terbuat dari plastik dan berukuran kecil = tidak mengeluarkan suara keras = orang-orang tidak kaget = orang-orang tidak diam
2. Tidak ada peringatan. Tiba-tiba saja tutup tempat sampah melayang. Andai sang petugas berteriak "DIAAAAAM!" lalu melempar tutup tempat sampah, tentu keadaan menjadi hening.
Si Petugas berseragam biru memandangi orang-orang di karpet ijo dengan pandangan kesal. Orang-orang di karpet ijo sebodo amat sambil berkata "Kenapa sih mas-mas itu? Aneh banget. Bapak-ibu petugas yang resmi dan asli aja ga kenapa-napa. Kenapa dia tau-tau marah?".
Sekelompok anak cowo 2008 di sebelah gw mengompori,
"Yuk, kita makin berisik aja yuk."
Dengan keberanian massal, kami semua tertawa sinis dengan volume yang kencang. Huahahaha. Huahahaha. Huahahaa.
Drama berlanjut semakin seru.
"Tiiiiiiiiit." Bunyi benda elektronik dimatikan. You know what? Si mas-mas berseragam biru matiin AC di karpet ijo. Asumsi gw adalah dia dendam karena dicuekin dan seenaknya matiin AC. FYI di MBRC gak ada udara jendela terbuka. Sumpek. Panas.
Seseorang di karpet ijo bilang, "Biarin aja. Kalo panas kan makin berisik."
Yaudah. Makin berisik. Si Mas biru teriak lagi.
"Berisik banget sih!"
suasana hening. Tiba-tiba sang Pahlawan Cendana dari Batak, Nyonya Donda Situmeang muncul (suaranya).
"Mas juga berisik!"
hening lagi.
Gw lupa kata-katanya tapi intinya dalam keheningan itu hampir seluruh penghuni MBRC mendengar argumen Donda-Petugas berseragam biru. Dengan keberanian dan kenyolotan Batak, Mas berseragam biru diam saja saat Donda membalas semua kata-katanya. Gw cuma takut Donda dikeroyok geng Office Boy. Alhamdulillah Donda tidak diapa-apain. Setelah itu.. MBRC berisik lagi.... ROFL.
Selama beberapa waktu si mas berseragam biru just stared at us continuously with angry look but noone cared. Sayangnya gw harus meninggalkan MBRC (he glared at me too when i passed him) dan tidak tahu akhir kelanjutan Drama MBRC.
1. Rizu jalan sama anak FKG (it turns out she got free premiere ticket but aint watch it)
2. Bebek mau jalan sama pacarnya (ktanya gpp gw ikut tapi gw males jadi setan)
3. Dachi ga suka Harpot
4. Aa gak bales sms
5. Sister in law repot ngurusin anak
6. Teteh lagi pergi haji dan di Arab dan susah juga kalo diajak
7. Tante mau sih tapi gw gak enak karena dia pasti repot ngurusin tiga anak.
8. Lescha gak mau kalo nontonnya gak di hari pertama
9. Dechu prefer INAFFF or yang laen yang gratis dan lebi murah (gw ngajak wiken blitz yang emang mahal)
10. Ada lagi? Gw lupa deh pokoknya banyak..
Duarrrr... Petir menyambar hatiku yang kesepian di rumah sendirian.
Ya udah. Gw putuskan untuk nonton sendiri aja di Tamini Square. Deket dan murah.
Tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba...hari Jumat Tante Poni kan kerumah gw.. Gw deg-degan saat mengajaknya nonton. Takut udah ada janji sama Mr. Toraja. Kan gw susah juga kalo mo ngikut mereka nonton ke Teraskota. Masa harus ke luar kota sih? Piss ah.
Eh tante poni mau diajak nonton!
Tapi, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Pertanyaannya adalah: Emang bakalan dapet tiket?
Demi mendapatkan jawaban pasti, gw menelpon si Lescha Pecinta Bieber-Gaga-Spore-dan Harry Potter.
Lescha ini adalah orang yang menganggap bahwa menonton Harry Potter tidak di hari pertama = Dosa besar. Sama dosanya ketika gw udah donlot Arashi dan gak ditonton. Neraka Jahanam. Kami memang unik. Tapi intinya adalah, Lescha ngantre tiket dari pukul 10.30 dan baru nonton sekitar pukul 14.00.
Cekidot website 21: di bioskop TAMINI belum ada Harry Potter. Kurang alay apa lagi?
Yaudah mo ke Citos aja deh. Tapi.. naek apa ya ke Citos dari rumah gw. Metromini. Gak masalah sih tapi... males aja sore-sore berdesak-desakan dan belum tentu dapet tiket. Tante Poni sih gak masalah diajak bersusah-susah ria.
Keputusan: males nonton hari ini. Kapan-kapan aja.
Sabtu: Bikin transkrip wawancara. Chatting sama si Genit Mira. Tadinya mau menyerbu Margo City aja atau midnight Citos sebagai sesama orang kesepian. Gagal karena transkrip belum selesai padahal deadline menanti.
Minggu: Masih bikin transkrip wawancara. Berencana ke Citos sendirian dan kirim sms ke orang-orang untuk melihat daya impulsif mereka. Gagal lagi karena transkrip baru selesai malam dan hari senin gw harus ke kampus dari pagi.
Lescha saved my life. Dia mau diajak nonton (untuk ketiga kalinya) di Citos hari Senin. Thank You Bekasi Girl~ *smooch*
Review Harry Potter bisa dibaca langsung di blog beliau. Berhubung gw udah lama banget gak baca HP, jadi agak lost sama ceritanya. Mikir "emang gitu ya? emang ada di buku ya?". Beruntunglah orang sebelah gw itu kamus berjalan Harry Potter. Dengan bangga dia bilang, "Ask me anything about Harry Potter. I know the answer."
Oke deh lei.
Beberapa hal yang gw suka adalah ketika Harry dan Ron belum cukuran dan tumbuh jenggot-jenggot. Awwww. LOL.
Oiya dan kostum Hermione sangat keren. Terlalu keren untuk ukuran pelarian penuh frustasi menghindari penyihir jahat. Lescha sangat yakin itu konspirasi dari sponsor baju.
Kursi 21 Citos kok jadi bunyi krenyit-krenyit kayak udah mo copot ya? Hmm. Dan ibu-ibu di sebelah gw berisik banget karena dia GAK BACA HARRY POTTER dan GAK NGERTI CERITANYA dan MENGELUH NGANTUK dan NANYA-NANYA TENTANG SEMUA ke orang sebelahnya yang juga berisik. Masa Dumbledore disebut dia KAKEK-KAKEK?
Lain kali kalo gak tahu Harpot ga usah nonton deh. Kalopun nonton diem aja nanyanya pas uda di luar bioskop. Ganggu bener!
Gw harus nonton ulang di Tamini.
Back to the story:
Pulangnya terjebak macet DUA JAM. Lescha bersumpah gak akan ke Citos lagi. Aww let's see Lei. I'm gonna drag you there someday when your mother get another free vouchers.
Advice:
Jangan naik metromini 509 atau 510 dari Citos ke Kp. Rambutan pukul 17.30 pada hari Senin.
Macetnya cukup lama untuk bisa ngelahirin anak.
Naek aja metromini 76 di pinggir jalan tol (walau isinya memang seperti biji cendol kalengan) atau taksi aja. Mahal, tapi cepat dan nyaman.
*******************************************
Next story:Donda VS MBRC
Di Miriam Budiarjo Resource Center *bener ga tuh*, Perpustakaan FISIP UI, ada satu pojokan bernama American Corner. Belakangan, pojokan itu dipanggil dengan nama Karpet Ijo MBRC. Ya, simpelnya karena disitu karpet dan sofanya berwarna hijau. Ada televisi gede banget disitu, tapi gw gak tau apa fungsinya selain untuk nonton gosip. Antena tivinya pun kadang tidak berfungsi. Alhasil gambarnya banyak yang disemutin. Channel yang paling bagus ya sinetron atau gosip. I wonder can we use it for nobar Arashi?
Lanjut. Area itu paling nyaman di MBRC untuk bercengkrama dan mengerjakan tugas. Mengapa? Simpel. Karena ada karpet. Orang Indonesia lebih suka duduk selonjoran dan tidur ayam di karpet ketimbang duduk di kursi. Dengan aura selonjoran, orang-orang cenderung mengobrol. Dengan mengobrol, suasana menjadi berisik. Jika digabung: Perpustakaan menjadi berisik.
Bapak dan ibu petugas MBRC sering mengeluarkan teguran berupa *Ssssstttt* untuk mendiamkan mulut-mulut bawel. Tapi kemarin berbeda. Suatu sejarah baru dalam MBRC.
*bletak*. Bunyi benda jatuh. Orang-orang tidak terlalu ngeh karena dikira ada yang jatuh.
Ini kampus apa pasar sih?
Terdengar suara orang mengomel. Gw menengok ke sumber suara. Olala. Ternyata seorang petugas berseragam biru (petugas MBRC) yang wajahnya tidak familier melempar tutup tempat sampah ke lantai untuk mendiamkan suasana.
Tapi harap diingat:
1. Tutup tempat sampah terbuat dari plastik dan berukuran kecil = tidak mengeluarkan suara keras = orang-orang tidak kaget = orang-orang tidak diam
2. Tidak ada peringatan. Tiba-tiba saja tutup tempat sampah melayang. Andai sang petugas berteriak "DIAAAAAM!" lalu melempar tutup tempat sampah, tentu keadaan menjadi hening.
Si Petugas berseragam biru memandangi orang-orang di karpet ijo dengan pandangan kesal. Orang-orang di karpet ijo sebodo amat sambil berkata "Kenapa sih mas-mas itu? Aneh banget. Bapak-ibu petugas yang resmi dan asli aja ga kenapa-napa. Kenapa dia tau-tau marah?".
Sekelompok anak cowo 2008 di sebelah gw mengompori,
"Yuk, kita makin berisik aja yuk."
Dengan keberanian massal, kami semua tertawa sinis dengan volume yang kencang. Huahahaha. Huahahaha. Huahahaa.
Drama berlanjut semakin seru.
"Tiiiiiiiiit." Bunyi benda elektronik dimatikan. You know what? Si mas-mas berseragam biru matiin AC di karpet ijo. Asumsi gw adalah dia dendam karena dicuekin dan seenaknya matiin AC. FYI di MBRC gak ada udara jendela terbuka. Sumpek. Panas.
Seseorang di karpet ijo bilang, "Biarin aja. Kalo panas kan makin berisik."
Yaudah. Makin berisik. Si Mas biru teriak lagi.
"Berisik banget sih!"
suasana hening. Tiba-tiba sang Pahlawan Cendana dari Batak, Nyonya Donda Situmeang muncul (suaranya).
"Mas juga berisik!"
hening lagi.
Gw lupa kata-katanya tapi intinya dalam keheningan itu hampir seluruh penghuni MBRC mendengar argumen Donda-Petugas berseragam biru. Dengan keberanian dan kenyolotan Batak, Mas berseragam biru diam saja saat Donda membalas semua kata-katanya. Gw cuma takut Donda dikeroyok geng Office Boy. Alhamdulillah Donda tidak diapa-apain. Setelah itu.. MBRC berisik lagi.... ROFL.
Selama beberapa waktu si mas berseragam biru just stared at us continuously with angry look but noone cared. Sayangnya gw harus meninggalkan MBRC (he glared at me too when i passed him) dan tidak tahu akhir kelanjutan Drama MBRC.
Wednesday, November 17, 2010
Gantian
Istri harus mengabdi pada suaminya.
Kalau mendengar kalimat itu, terkadang gw jadi bertanya-tanya... Kenapa kok kesannya cewe selalu harus melayani. Kapan dong kita dilayani? Kok rasanya gak adil ya?
Tetapi obrolan singkat dengan tante gw mengubah persepsi gw. Tante cerita tentang salah satu tema pengajiannya. Ternyata, seorang anak laki-laki harus mengabdi pada ibunya. Malahan, ibu harus berada dalam prioritas yang lebih penting daripada anak dan istri! Woow. I never knew that.
Alkisah seseorang lelaki yang hidup di jaman nabi Muhammad. Anaknya merengek minta susu. Sang lelaki berkata,
Nanti ya Nak, tunggu nenekmu bangun dulu.
Si lelaki mendahulukan ibunya daripada kebutuhan anaknya. Bukan berarti si lelaki itu meninggalkan kewajibannya untuk mengurus anak-istrinya, tapi prioritas menurut islam adalah ibu. Coba lah pikir. Cewe udah banting tulang lari sana lari sini ngurusin anak dan suami. Terus kapan dia diurusin dong? Terus masa anak-anaknya nanti ga ada yang mikirin ibunya? Sengsara amat jadi cewe. Gantian dong anak laki yang ngurusin ibunya. Anak laki juga harus ngurusin adik-adik perempuannya (kalo punya). Itulah alasan mengapa laki-laki mendapat warisan yang lebih banyak daripada perempuan. Soalnya dia punya tanggung jawab lebih. Bukan berarti gak adil. Justru itu adil.
Pandangan gw tentang cowok yang anak mami jadi agak berubah. Tidak terlalu negatif lah. Yaah, kalo seorang laki-laki saleh berbakti sama maminya, gw rasa dia juga akan jadi suami yang saleh yang sayang istrinya juga deh.
Jadi, maklum aja kalo suatu saat si suami pengen ngedot bolak balik ke rumah maminya, tak boleh mengekang, tak boleh melarang karena itu adalah kewajiban mereka :)
lagak gw nulis kaya beginian kaya udah mau kawin aja LOL
So, Tante Poni, nanti didiklah sang Toma untuk menjadi anak berbakti. Nino juga suatu saat akan gw didik dengan baik biar masa tua gw menyenangkan.
Monday, November 15, 2010
Racun
Kalo sebel sama orang, kadang-kadang ada hasrat untuk ngasih racun biar kelepek-kelepek.
Tetapi kali ini gw merasa bersalah telah meracuni kawan.
1. Mr. Toraja, Sho Sakurai versi Tante Poni.
Manusia ini sedikit gatal-gatal karena makan udang yang gw suguhkan dalam bentuk nugget-mirip-ayam. Alergi udang ternyata. Akhirnya gw makan sisa nugget yang tidak dia makan.
2. Angga, biang komputer.
Angga pengen minum susu. Di kulkas masih ada susu...entah mengapa sudah basi padahal masa kadaluwarsa masih lama! Maaf ya Angga! Saking siyoknya tadi gw malah pengen ketawa miris.
Angga gw kasih makaroni schotel. Ternyata dia enek kalo makan makanan yang mengandung susu. Makaroninya gw kasih susu. Angga minum air hangat yang banyak setelahnya. Padahal Angga berkunjung untuk beramal kepada orang gaptek. Terimakasih telah menginstal PC saya.
3. Mira, sedang berkunjung ke rumah
Mira yang polos mengira rasa asam di susu cokelat itu sudah biasa. Susu basinya sudah terlanjur diminum sebagian. Mira sakit perut. Maaf Mira. Anggap saja itu jalan memperlancar sembelit.
Who's next? LOL
Tetapi kali ini gw merasa bersalah telah meracuni kawan.
1. Mr. Toraja, Sho Sakurai versi Tante Poni.
Manusia ini sedikit gatal-gatal karena makan udang yang gw suguhkan dalam bentuk nugget-mirip-ayam. Alergi udang ternyata. Akhirnya gw makan sisa nugget yang tidak dia makan.
2. Angga, biang komputer.
Angga pengen minum susu. Di kulkas masih ada susu...entah mengapa sudah basi padahal masa kadaluwarsa masih lama! Maaf ya Angga! Saking siyoknya tadi gw malah pengen ketawa miris.
Angga gw kasih makaroni schotel. Ternyata dia enek kalo makan makanan yang mengandung susu. Makaroninya gw kasih susu. Angga minum air hangat yang banyak setelahnya. Padahal Angga berkunjung untuk beramal kepada orang gaptek. Terimakasih telah menginstal PC saya.
3. Mira, sedang berkunjung ke rumah
Mira yang polos mengira rasa asam di susu cokelat itu sudah biasa. Susu basinya sudah terlanjur diminum sebagian. Mira sakit perut. Maaf Mira. Anggap saja itu jalan memperlancar sembelit.
Who's next? LOL
Saturday, November 13, 2010
Wikipedia
Adalah Perkembangan Teknologi Komunikasi, suatu mata kuliah dengan tugas merepotkan. Salah satunya adalah membuat artikel di Wikipedia. Ternyata membuat artikel disitu tidak seenak membuat teh manis. Sumber kutipan harus jelas dan ada pengawas yang mengoreksi tiap ada masalah; teknis ataupun isi.
Adalah artikel yang gw buat. Tadinya gw pikir itu tak berguna. Setelah muncul di internet, ya sudah.
Te Ta Pi..
Hari ini gw mewawancara beberapa belas calon kolega RTC. Saat gw menanyai apa yang mereka tahu tentang RTC... Kok gw familier sekali dengan pola penuturannya ya?
YUESSSSSS... Tugas gw ternyata berguna bagi segelintir umat manusia!
WIKIPEDIA TENTANG RTC UI FM
Adalah artikel yang gw buat. Tadinya gw pikir itu tak berguna. Setelah muncul di internet, ya sudah.
Te Ta Pi..
Hari ini gw mewawancara beberapa belas calon kolega RTC. Saat gw menanyai apa yang mereka tahu tentang RTC... Kok gw familier sekali dengan pola penuturannya ya?
Lo tau dari mana infonya?
Wikipedia.
YUESSSSSS... Tugas gw ternyata berguna bagi segelintir umat manusia!
Wednesday, November 10, 2010
bolang #4: Kota Hujan
Om Obama datang ke UI, mahasiswa diliburkan. Agak miris sih, kampus milik saya tapi mo masuk aja susye. Dapetin tiket Obama sesusah dapetin tiket konser ARASHI *hiperbol*
Alih-alih menonton Obama di balairung, gw dan Journalsista janjian untuk menghabiskan quality time di Bogor. Tadinya mau naik kereta ekonomi AC, tetapi gw terlambat dua menit di stasiun! Aww terpaksa naik kereta ekonomi biasa.
PENGEN PELUK DARIUS SINATRIA *pas gw lagi nulis inih, di tipi lagi ada Asty Ananta meluk Darius di suatu kuis. Aww pengen*
Selalu ingat untuk memakai baju kumuh dan lusuh untuk menghindari pelecehan verbal/non verbal dari lelaki-lelaki centil di jalan. Dresscode naik kereta adalah: sandal jepit dan kaos lusuh. Berpakaian sesederhana mungkin juga menjadi pilihan untuk terhindar dari pencopetan. Beneran loh. Di Terminal Kampung Rambutan, tidak ada abang-abang yang merongrong "neng mau kemana neng? neng? cibubur neng?". Di kereta pun tidak ada gangguan berarti. Alhamdulillah. Sendal jepit memang paling okey!
Sesampainya di stasiun Bogor, bertemu dengan Nyanya, Mira, dan Lescha. Sisa manusia lain tidak datang ke Bogor pada hari itu. Akhirnya, di sore hari kami dan tuan rumah, Anggi, pergi berenang gratisan di komplek tante Anggi. Byur byar byur. Dengan fisik seringkih nenek-nenek, ada beberapa yang kedinginan dan masup angin. Yaudah, numpang minum teh panas di rumah sang Tante *sambil godain ponakan Anggi yang ganteng -tapi masih SD!-*. Lalu, demi meluluskan hasrat anak gaul Bogor, kami makan malam di Taman Koleksi. Entah karena kedinginan dan lapar, makanan hari itu sangat enak! Teh Sereh panas mantab, pas banget buat selera kami anak-anak kampung Jakarta. Malam itu, personil bertambah dua: bebek dan Ibu Humas Bem UI.
Malam diramaikan dengan pergosipan kehidupan politik di UI. Ternyata banyak drama di setiap organisasi ya. Intinya adalah, gw tidak berhasrat punya suami yang bergerak di bidang pergerakan (radikal). Dan satu kutipan yang sangat bermakna adalah:
Siapa yang bisa menguak kememblean itu? Perempuan! Teori itu juga membuktikan anggapan Behind every great man there is a great woman.
Lanjuttt~
Hari kedua, membuat lasagna. Menunggu kloter kedua (Icha, Icrut, Jaja, Odah, Vani, dan Syilfi) sambil menonton Obama live di televisi. Bersorak setiap kali Obama ngomong pake bahasa Indonesia (Sate~). Mengomentari Obama yang penuh peluh dari udara balairung yang puanass. Hebat deh Obama menarik perhatian audiens, dimulai dari cerita menarik tentang dia di Indonesia pada dahulu kala. Sambutannya luar biasa riuh ramai. Tapi begitu mulai ke inti pidato yang berbau politik gitu, nampaknya perhatian penonton (setidaknya yang lagi nonton di rumah Anggi) menurun. Edun. Kenyang lasagna, jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor (sebelumnya mampir dulu ngemil sekoteng, somay, dan mi yamin). Melihat-lihat museum zoologi. Lalu ngemil lagi pizza.
Yang harus digarisbawahi adalah.... SEMBILAN manusia dipepet di mobil kecil yang mentok cuma muat LIMA manusia. Dengan formasi cantik, tempat duduk belakang yang harusnya cuma diisi tiga orang, disusun hingga bisa memuat tujuh orang (empat ibu memangku tiga anak). Sadis. Mobilnya Icha menjerit tiap harus naik tanjakan. Mesinnya meraung-raung kecapekan. Terimakasih, Cha!
Pulangnya bersabar menunggu bis yang ngetemnya luar biasa luamaaaaa sekali. Alhamdulillah selamat sampai terminal dengan mang Wahid yang baik sekali mau menjemput. Hore! Pengetahuan rute bis bertambah lagih!
Alih-alih menonton Obama di balairung, gw dan Journalsista janjian untuk menghabiskan quality time di Bogor. Tadinya mau naik kereta ekonomi AC, tetapi gw terlambat dua menit di stasiun! Aww terpaksa naik kereta ekonomi biasa.
PENGEN PELUK DARIUS SINATRIA *pas gw lagi nulis inih, di tipi lagi ada Asty Ananta meluk Darius di suatu kuis. Aww pengen*
Selalu ingat untuk memakai baju kumuh dan lusuh untuk menghindari pelecehan verbal/non verbal dari lelaki-lelaki centil di jalan. Dresscode naik kereta adalah: sandal jepit dan kaos lusuh. Berpakaian sesederhana mungkin juga menjadi pilihan untuk terhindar dari pencopetan. Beneran loh. Di Terminal Kampung Rambutan, tidak ada abang-abang yang merongrong "neng mau kemana neng? neng? cibubur neng?". Di kereta pun tidak ada gangguan berarti. Alhamdulillah. Sendal jepit memang paling okey!
Sesampainya di stasiun Bogor, bertemu dengan Nyanya, Mira, dan Lescha. Sisa manusia lain tidak datang ke Bogor pada hari itu. Akhirnya, di sore hari kami dan tuan rumah, Anggi, pergi berenang gratisan di komplek tante Anggi. Byur byar byur. Dengan fisik seringkih nenek-nenek, ada beberapa yang kedinginan dan masup angin. Yaudah, numpang minum teh panas di rumah sang Tante *sambil godain ponakan Anggi yang ganteng -tapi masih SD!-*. Lalu, demi meluluskan hasrat anak gaul Bogor, kami makan malam di Taman Koleksi. Entah karena kedinginan dan lapar, makanan hari itu sangat enak! Teh Sereh panas mantab, pas banget buat selera kami anak-anak kampung Jakarta. Malam itu, personil bertambah dua: bebek dan Ibu Humas Bem UI.
Malam diramaikan dengan pergosipan kehidupan politik di UI. Ternyata banyak drama di setiap organisasi ya. Intinya adalah, gw tidak berhasrat punya suami yang bergerak di bidang pergerakan (radikal). Dan satu kutipan yang sangat bermakna adalah:
"Dibalik karisma seorang lelaki, terdapat kememblean yang tiada tara. Makin karismatik, makin memble!"
Siapa yang bisa menguak kememblean itu? Perempuan! Teori itu juga membuktikan anggapan Behind every great man there is a great woman.
Lanjuttt~
Hari kedua, membuat lasagna. Menunggu kloter kedua (Icha, Icrut, Jaja, Odah, Vani, dan Syilfi) sambil menonton Obama live di televisi. Bersorak setiap kali Obama ngomong pake bahasa Indonesia (Sate~). Mengomentari Obama yang penuh peluh dari udara balairung yang puanass. Hebat deh Obama menarik perhatian audiens, dimulai dari cerita menarik tentang dia di Indonesia pada dahulu kala. Sambutannya luar biasa riuh ramai. Tapi begitu mulai ke inti pidato yang berbau politik gitu, nampaknya perhatian penonton (setidaknya yang lagi nonton di rumah Anggi) menurun. Edun. Kenyang lasagna, jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor (sebelumnya mampir dulu ngemil sekoteng, somay, dan mi yamin). Melihat-lihat museum zoologi. Lalu ngemil lagi pizza.
Yang harus digarisbawahi adalah.... SEMBILAN manusia dipepet di mobil kecil yang mentok cuma muat LIMA manusia. Dengan formasi cantik, tempat duduk belakang yang harusnya cuma diisi tiga orang, disusun hingga bisa memuat tujuh orang (empat ibu memangku tiga anak). Sadis. Mobilnya Icha menjerit tiap harus naik tanjakan. Mesinnya meraung-raung kecapekan. Terimakasih, Cha!
Pulangnya bersabar menunggu bis yang ngetemnya luar biasa luamaaaaa sekali. Alhamdulillah selamat sampai terminal dengan mang Wahid yang baik sekali mau menjemput. Hore! Pengetahuan rute bis bertambah lagih!
Sunday, November 7, 2010
bolang #3: Goethe Haus + Layangan
Goethe Haus keren yak bangunannya. Ah, sayang sekali gw tidak ada hasrat belajar bahasa Jerman. Waktu SMA aja pusing banget belajarnya. Kalau ada hasrat sih gw akan sangat bersemangat untuk les di tempat seasik Goethe :)
Dan lagi-lagi ingin menyalahkan penyebaran pusat budaya di Jakarta yang tidak adil. Mana jatah pendidikan untuk kami warga pinggiran Jakarta Timur? Dipikir-pikir, bagian timur Jakarta sering tidak kebagian fasilitas. Contohnya? Cabang ini itu jarang banget ada di Jaktim. Apa karena isinya kebanyakan rakyat jelata seperti saya? Ngik nguk. Ato mungkin udah terlalu padat penduduknya kali ya. Bisa dilihat lah kelakuan rakyat jelata kaya gimana. Tengok saja dari perilaku mengantre di shelter busway. Barbar! Termasuk gw. Kalo gak barbar ga akan selamat.
Kembali ke Goethe. Jadi, akhirnya kemarin gw bisa nonton Europe on Screen sama anak-anak iklan macam Witia, Anadhya, Dyah, dan Fidella (dan pacarnya). Tadinya mau nonton jam satu siang. Tapi berkat kebarbaran manusia di shelter busway UKI, gw jadi dateng telat deh *alesan*. One thing for sure: Somay di kantin Goethe ENAK BANGET. BANGET. BANGET. Bentuk dan rasanya mencurigakan seperti dimsum. Setelah menanyakan harganya (mahal!) gw makin yakin kalo somaynya enak. Dan beneran Enak. Enak. Enak. Ga keburu dipoto karena udah dilahap.
Kami menonton film dokumenter Austria berjudul Cooking History. Ceritanya tentang para koki saat perang militer. Uwah. Gw harus belajar masak nih. Soalnya kalau ada perang, gw bisa berlindung di balik dapur. Ada adegan saat babi disembelih. Aduuh serem ya ternyata babi bisa tereak-tereak. Sayangnya, beberapa kekejaman penyembelihan di Cooking History tidak menginspirasi gw untuk jadi vegetarian xD
Hari ini meliput museum layang-layang. Melihat antusiasme anak-anak kecil belajar bikin layangan. Melihat koleksi layangan dari berbagai daerah, ternyata bahannya macem-macem, ada dari gedebong pisang, daun lontar, kain batik, dll. Melihat layang-layang tiga dimensi berbentuk dewi Sri yang katanya kalau malam turun untuk beli nasi goreng (semoga ini hanya bercanda xD).
Then, i did soooooo may NG's. Ngulang-ngulang closing statement sampe sepuluh kali lebih ya? Maafkan aku Odah, yang sudah kecapekan memegang hendikem di tengah siang bolong. Maafkan aku Nyanya, yang sudah kecapekan goyang-goyangin benang layangan. Maafkan gw Omo, yang sudah meracunilo dengan udang. Yappari, i got nervous easily! *ngumpet lagi di balik layar komputer dan adobe premiere*
Radio is the best! People can't see you yet you can be famous LOL.
Baiklah, gw akan belajar tidak nervous lagi di depan kamera. I am not suitable for formal shooooow~
Saturday, November 6, 2010
bolang #2
Meja Makan Rumah Dara
Saya jadi tukang rental handycam + tour guide kelompok Feature TV Ntum, Mirce, dan Anggrita ke IPTEK. Niat aslinya sih biar bisa main gratis (berkat surat sakti pengantar dari universitas tercinta. Ah i lap yu) dan biar ga sendirian aja di rumah.Dengan semangat nostalgia, kami semangat mencoba berbagai percobaan disana. Tapi oh tapi, sepi sekali. Sereeeeem kalo jalan sendirian. Mungkin karena bukan hari libur juga sih jadi sepi.
Prestasi terbesar kami adalah: Naik sepeda yang berjalan di atas tali! Foto tidak tersedia, tapi ada video. Silakan hubungi bila berminat. Aheu!
Karena terlalu sore, tidak ada lagi mobil keliling yang bisa mengantarkan kami ke pintu gerbang yang letaknya jauh sekali. Akhirnya kami menggoda ojek agar bisa nganterin ke rumah dengan harga murah. Setelah mengandalkan daya persuasif Mira, TMII-B.apus bisa dijangkau dengan 7.000 perak saja. Padahal gw merasa jaraknya cukup jauh untuk harga segitu. Tapi berhubung para abang ojek (akhirnya) setuju, ya sudah!
MirAnggi akhirnya menginap karena kemaleman. Semua setuju kalau rasa sepi di rumah gw cukup berlebihan dan memprihatinkan. Apalagi kalo SPEEDY MATI (yes, kemarin mati. dan kalau ga ada mereka, gw ngamuk sendirian. untung ada temen :p ). Beneran ya gw akan mengamuk sejadi-jadinya kalau SPEEDY MATI LAGI.
I need faster connection, anyone knows the owner of Biznet? Does he have a son? I wanna befriend him so i can get free biznet!
Amin.
Thursday, November 4, 2010
sendirian#1
Ternyata naik taksi dari Depok-Rumah gak mahal-mahal banget. Apalagi kalo taksinya penuh lima orang! Abis rombongan Dachi-Syilfi (akhirnya ke rumah gw ya)-Vanie-Donda pulang, eke ke kerpur tamini. belanja kebutuhan rumah tangga. Pada kasian banget ya sama gw? Makanya bawain makanan dari rumah dong.
Teruss gw deg-degan karena takut duitnya ga cukup!
dan beneran loh.... hampir ga bisa bayar! aduuuh ternyata menyeramkan kalo belanja sendiri (dan kalap).
Oiya duit hasil transkrip super stres berubah jadi dua kaos! haha langsung abiiiis.
Teruss gw deg-degan karena takut duitnya ga cukup!
dan beneran loh.... hampir ga bisa bayar! aduuuh ternyata menyeramkan kalo belanja sendiri (dan kalap).
Oiya duit hasil transkrip super stres berubah jadi dua kaos! haha langsung abiiiis.
bolang #1
I am currently at Bogor, Anggi's house.
Makan lasagna, mie ayam, dan ngemil keripik tempe di tengah malam sambil mengutuki seseorang yang membuat teori tapi mematahkannya juga. Berdebat dan membuat rencana busuk demi lulus dengan nilai bagus (walau tidak mendapat ilmu apa-apa).
Mengagumi rumah Nenek Anggi yang luar biasa retro dan luas.
Rumah siapa yang akan kusambangi, besok?
Tuesday, November 2, 2010
bosan miskin
Sejak jadi penjaga rumah, gw meluangkan lebih banyak waktu untuk nonton acara bertema kemiskinan. Misalnya di Stasiun Rajawali, ada acara judulnya HELEEP. Acara ini mencari orang yang mau ngebantuin 'artis' HELEEP yang kesusahan. Episode hari ini sih tentang seorang nenek kumal yang mau jual baju bekas buat beli makanan. Beberapa baju kumal itu dia pengen jual seharga 25rebu.
Beberapa orang sudah ia temui, tukang dawet, mbak-mbak di jalan, sesama pengemis, tapi ga ada yang mau beli bajunya dia. Wajar sih, dua puluh lima rebu buat baju bekas yang kotor? Bahkan sesama pengemis nawar bajunya jadi seribu rupiah. Terus, yang diincer itu biasanya kalangan menengah ke bawah. Mereka mungkin duitnya juga ga banyak-banyak banget ya. Akhirnya ada juga orang yang ngasih duit ke nenek itu, seorang penjual air sabun buat gelembung balon yang kakinya polio. Dia akhirnya dikasih hadiah sama HELEEP duit berapa juta gitu deh.
Nah, yang ingin gw ulas adalah hal-hal teknis seputar penyiaran. Sok asik deh. Yaa maklum gw kerjaannya ga jauh-jauh dari kamera sama adobe premiere.
1. Rekamnya kaya gimana ya?
Dari angle yang terlihat, orang yang merekam ada di dalam mobil yang letaknya sangat dekat dengan si 'artis'. Seringkali, 'orang yang diuji kepedulian sosialnya' mencuri pandang ke arah kamera. Apa ini berarti kameranya gak terlalu tersembunyi? Apa gimana ya? Soalnya kalo terang-terangan atau bisa kelihatan sih jadinya kan mencurigakan.
2. Zoom in.
Gw gak tahu pasti soal ketentuan isi siaran ya. Kalo di Jepang, dari pengamatan gw, privasi tuh penting banget. Kalo ada majalah yang gambarnya artis terus di sampingnya ada rakyat jelata, pasti muka si rakyat diblur. Kadang-kadang di tipi juga begitu. Tapi, di acara HELEEP, blur cuma dipake di satu orang yang nolak bantuin. Sisanya yang nolak juga mukanya dizoom gitu. Apa mereka udah ijin sama yang bersangkutan? Kan itu menyangkut imej, coba bayangin kalo gw nyolot ga mau ngasi duit ke pengamen terus ternyata gw disyut kamera tersembunyi dan dizoom terus muncul di tipi tanpa sepengetahuan gw. Lalu tayangannya ditonton orang Tasik dan Ciparay. Malu laaah.
Lalu gw teringat acara 24 Hour Television di Jepang. Acaranya tentang orang-orang yang sakit dan berjuang untuk sembuh. Para artis dan atlet yang tergabung di acara itu turut membantu dari segi moral. Macem-macem sih, tapi pokoknya bener-bener menguras air mata. Bedanya ama sama pengeksposan kemiskinan secara berlebihan di tivi Indonesia? Dari segi pengambilan gambar pun beda.
Yang gw inget banget adalah segmen tentang seorang keluarga yang punya dua anak laki-laki. Sang kakak meninggal karena suatu penyakit. Sebenernya bisa sembuh, tapi sayangnya sulit mencari donor yang cocok untuk si kakak. Sang adik sangat sayang pada kakaknya. Masih normal? Masih...
Yang bikin penonton nangis kejer adalah... ternyata sang adik menderita sakit yang sama. Dan si adik belum tahu. Kamera 24 hour television mengabadikan momen ketika si Adik diberitahu ibunya tentang fakta bahwa dia sakit parah.
Gini kira-kira rekonstruksinya.
Mama, Papa, dan Shota (nama si Adik) duduk di meja makan sambil ngemil apel.
Sang ibu ngobrol dengan kasual sama si Shota sambil ngupas apel, tentang apakah Shota ingat waktu kakaknya sakit, apa pendapat Shota tentang penyakit kakaknya...dan akhirnya bilang kalo Shota juga sakit. Tapi dia bilang, donor udah didapatkan. Shota pasti sembuh.
Momen-momen itu bener-bener mengharukan. Sosok ibu emang sangat penting dalam pertumbuhan anak. Si bapak beneran ga ngomong ato bergerak. dasar patriarki akut yang menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada istri untuk urusan keluarga.
BTT, dari angle yang terlihat, kamera diletakkan sangat jauh sehingga si keluarga bisa mengobrol tanpa merasa diintai. Dan, tidak ada tuh zoom in segala macem. Angle-nya still. Long shot. Ga bergerak. Menurut gw, itu adalah penghormatan pada keluarga sebagai pemberian sedikit privasi.
Bayangin deh kalo ini acara tipi Indonesia? Pasti udah zoom in gila-gilaan. Segala air mata, ingus, bibir, mata, akan diperbesar total untuk memperlihatkan kesedihan. Itu bedanya kita sama negara lain: komodifikasi kemiskinan. Journalsista pasti uda pada enek ya sama kata itu? xD
Lalu, gw juga membuat analisis singkat tentang mengapa banyak orang 'pelit' yang ga mau bantuin orang susah di acara HELEEP (atau acara sejenis lainnya):
1. Orang lain juga pada miskin. Boro-boro bantuin orang lain, buat diri sendiri aja susah.
2. Orang Indonesia jago menipu. Banyak lah kisah pengemis yang aslinya tuajirr bener. Di gang menuju kampus, biasanya berjejer tuh pengemis dengan berbagai daya tarik. Ada yang tuna netra, ada yang kakinya luka trus pake kruk, kakek-kakek main suling, dll. Ada juga yang musiman, sepasang ibu-anak nongkrong sambil bawa alat musik kecapi. Dia muncul di waktu tertentu tiap tahun. Tahun ini anggotanya nambah, balita.
Btw, ada dua kejadian yang bikin gw makin males ngasi duit cuma-cuma sama pengemis. Kayaknya pengemis kober itu jauh lebih kaya raya dari gw lho!
Buktinya adalah, ketika gw lewat pagi-pagi banget, jalanan masih kosong, si kakek-kakek main suling yang kakinya luka (ga sembuh-sembuh banget kek?) lagi ngeluarin kantong plastik dari balik celananya. Terlihat lipatan tebal uang, dan gw melihat dengan jelas ada duit 50rebu disitu. Bahkan isi dompet gw tidak sebanyak itu!
Lanjut, ketika gw melewati jalan itu di siang nanggung (jam 10 pagi, jalan sepi) gw melihat si nenek yang pake kruk dijemput anaknya naik motor. Bahkan gw gak punya motor!
Kalo udah menyaksikan yang seperti itu pasti bawaannya curiga. Yaaa, orang Indonesia curigaan. Kalo gak curiga nanti ditipu!
3. Orang sudah kebal dan tidak sensitif lagi soal kemiskinan. Apatis. Berkat media yang menampilkan itu dengan kehiperbolisan yang luar biasa, gw makin apatis. Ada berapa orang yang seperti gw?
Beberapa orang sudah ia temui, tukang dawet, mbak-mbak di jalan, sesama pengemis, tapi ga ada yang mau beli bajunya dia. Wajar sih, dua puluh lima rebu buat baju bekas yang kotor? Bahkan sesama pengemis nawar bajunya jadi seribu rupiah. Terus, yang diincer itu biasanya kalangan menengah ke bawah. Mereka mungkin duitnya juga ga banyak-banyak banget ya. Akhirnya ada juga orang yang ngasih duit ke nenek itu, seorang penjual air sabun buat gelembung balon yang kakinya polio. Dia akhirnya dikasih hadiah sama HELEEP duit berapa juta gitu deh.
Nah, yang ingin gw ulas adalah hal-hal teknis seputar penyiaran. Sok asik deh. Yaa maklum gw kerjaannya ga jauh-jauh dari kamera sama adobe premiere.
1. Rekamnya kaya gimana ya?
Dari angle yang terlihat, orang yang merekam ada di dalam mobil yang letaknya sangat dekat dengan si 'artis'. Seringkali, 'orang yang diuji kepedulian sosialnya' mencuri pandang ke arah kamera. Apa ini berarti kameranya gak terlalu tersembunyi? Apa gimana ya? Soalnya kalo terang-terangan atau bisa kelihatan sih jadinya kan mencurigakan.
2. Zoom in.
Gw gak tahu pasti soal ketentuan isi siaran ya. Kalo di Jepang, dari pengamatan gw, privasi tuh penting banget. Kalo ada majalah yang gambarnya artis terus di sampingnya ada rakyat jelata, pasti muka si rakyat diblur. Kadang-kadang di tipi juga begitu. Tapi, di acara HELEEP, blur cuma dipake di satu orang yang nolak bantuin. Sisanya yang nolak juga mukanya dizoom gitu. Apa mereka udah ijin sama yang bersangkutan? Kan itu menyangkut imej, coba bayangin kalo gw nyolot ga mau ngasi duit ke pengamen terus ternyata gw disyut kamera tersembunyi dan dizoom terus muncul di tipi tanpa sepengetahuan gw. Lalu tayangannya ditonton orang Tasik dan Ciparay. Malu laaah.
Lalu gw teringat acara 24 Hour Television di Jepang. Acaranya tentang orang-orang yang sakit dan berjuang untuk sembuh. Para artis dan atlet yang tergabung di acara itu turut membantu dari segi moral. Macem-macem sih, tapi pokoknya bener-bener menguras air mata. Bedanya ama sama pengeksposan kemiskinan secara berlebihan di tivi Indonesia? Dari segi pengambilan gambar pun beda.
Yang gw inget banget adalah segmen tentang seorang keluarga yang punya dua anak laki-laki. Sang kakak meninggal karena suatu penyakit. Sebenernya bisa sembuh, tapi sayangnya sulit mencari donor yang cocok untuk si kakak. Sang adik sangat sayang pada kakaknya. Masih normal? Masih...
Yang bikin penonton nangis kejer adalah... ternyata sang adik menderita sakit yang sama. Dan si adik belum tahu. Kamera 24 hour television mengabadikan momen ketika si Adik diberitahu ibunya tentang fakta bahwa dia sakit parah.
Gini kira-kira rekonstruksinya.
Mama, Papa, dan Shota (nama si Adik) duduk di meja makan sambil ngemil apel.
Sang ibu ngobrol dengan kasual sama si Shota sambil ngupas apel, tentang apakah Shota ingat waktu kakaknya sakit, apa pendapat Shota tentang penyakit kakaknya...dan akhirnya bilang kalo Shota juga sakit. Tapi dia bilang, donor udah didapatkan. Shota pasti sembuh.
Momen-momen itu bener-bener mengharukan. Sosok ibu emang sangat penting dalam pertumbuhan anak. Si bapak beneran ga ngomong ato bergerak. dasar patriarki akut yang menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada istri untuk urusan keluarga.
BTT, dari angle yang terlihat, kamera diletakkan sangat jauh sehingga si keluarga bisa mengobrol tanpa merasa diintai. Dan, tidak ada tuh zoom in segala macem. Angle-nya still. Long shot. Ga bergerak. Menurut gw, itu adalah penghormatan pada keluarga sebagai pemberian sedikit privasi.
Bayangin deh kalo ini acara tipi Indonesia? Pasti udah zoom in gila-gilaan. Segala air mata, ingus, bibir, mata, akan diperbesar total untuk memperlihatkan kesedihan. Itu bedanya kita sama negara lain: komodifikasi kemiskinan. Journalsista pasti uda pada enek ya sama kata itu? xD
Lalu, gw juga membuat analisis singkat tentang mengapa banyak orang 'pelit' yang ga mau bantuin orang susah di acara HELEEP (atau acara sejenis lainnya):
1. Orang lain juga pada miskin. Boro-boro bantuin orang lain, buat diri sendiri aja susah.
2. Orang Indonesia jago menipu. Banyak lah kisah pengemis yang aslinya tuajirr bener. Di gang menuju kampus, biasanya berjejer tuh pengemis dengan berbagai daya tarik. Ada yang tuna netra, ada yang kakinya luka trus pake kruk, kakek-kakek main suling, dll. Ada juga yang musiman, sepasang ibu-anak nongkrong sambil bawa alat musik kecapi. Dia muncul di waktu tertentu tiap tahun. Tahun ini anggotanya nambah, balita.
Btw, ada dua kejadian yang bikin gw makin males ngasi duit cuma-cuma sama pengemis. Kayaknya pengemis kober itu jauh lebih kaya raya dari gw lho!
Buktinya adalah, ketika gw lewat pagi-pagi banget, jalanan masih kosong, si kakek-kakek main suling yang kakinya luka (ga sembuh-sembuh banget kek?) lagi ngeluarin kantong plastik dari balik celananya. Terlihat lipatan tebal uang, dan gw melihat dengan jelas ada duit 50rebu disitu. Bahkan isi dompet gw tidak sebanyak itu!
Lanjut, ketika gw melewati jalan itu di siang nanggung (jam 10 pagi, jalan sepi) gw melihat si nenek yang pake kruk dijemput anaknya naik motor. Bahkan gw gak punya motor!
Kalo udah menyaksikan yang seperti itu pasti bawaannya curiga. Yaaa, orang Indonesia curigaan. Kalo gak curiga nanti ditipu!
3. Orang sudah kebal dan tidak sensitif lagi soal kemiskinan. Apatis. Berkat media yang menampilkan itu dengan kehiperbolisan yang luar biasa, gw makin apatis. Ada berapa orang yang seperti gw?
Friday, October 29, 2010
Android
So freaking scary!
Chobits jadi kenyataan! Serem banget kalo beberapa puluh tahun lagi kita gak lagi ngobrol dan dilayani sama suster manusia, tetapi sama android.
Mungkin Jepang bisa kaya gitu, tapi kalo buat Indonesia lama banget kali ya... Internet aja masih selambat keong kawin, boro-boro pake android. LOL.
Chobits jadi kenyataan! Serem banget kalo beberapa puluh tahun lagi kita gak lagi ngobrol dan dilayani sama suster manusia, tetapi sama android.
Mungkin Jepang bisa kaya gitu, tapi kalo buat Indonesia lama banget kali ya... Internet aja masih selambat keong kawin, boro-boro pake android. LOL.
Sunday, October 24, 2010
One Spoon
Ini cerita yang baru gw dengar. Agak siyok juga, kirain hal paling fatal yang pernah terjadi sama gw adalah dagu robek. Ato cacar.
Waktu umur enam bulan, gw sakit panas.
Sama mamah dibawa ke rumah sakit. Dikasih obat dengan keterangan: satu sendok teh. Maklum buat bayi.
Entah mengapa, mama salah liat. Dibacanya jadi satu sendok makan.
Kata mama, abis minum obat, bayi bungsunya yang imut ini teler. Badannya dingin banget. Pucat seperti kapas. Tidur. Lemas. Ditepok-tepok ga bangun. Gak nangis sama sekali (siuman aja kagak). Kaya pingsan gitu. Pokoknya tergeletak lemas. Overdosis kali ya.
Paniklah mama, di rumah ga ada orang. Bokap lagi dinas luar kota. Buyut pun datang membantu, katanya beliau mijitin gw pelan-pelan sambil berdoa (biar tetep hidup). Untunglah keesokan harinya gw terbangun dan bisa nangis lagi selayaknya bayi normal.
Kata mama tadi, "Untung nanien kuat. Kalo gak..."
Waktu umur enam bulan, gw sakit panas.
Sama mamah dibawa ke rumah sakit. Dikasih obat dengan keterangan: satu sendok teh. Maklum buat bayi.
Entah mengapa, mama salah liat. Dibacanya jadi satu sendok makan.
Kata mama, abis minum obat, bayi bungsunya yang imut ini teler. Badannya dingin banget. Pucat seperti kapas. Tidur. Lemas. Ditepok-tepok ga bangun. Gak nangis sama sekali (siuman aja kagak). Kaya pingsan gitu. Pokoknya tergeletak lemas. Overdosis kali ya.
Paniklah mama, di rumah ga ada orang. Bokap lagi dinas luar kota. Buyut pun datang membantu, katanya beliau mijitin gw pelan-pelan sambil berdoa (biar tetep hidup). Untunglah keesokan harinya gw terbangun dan bisa nangis lagi selayaknya bayi normal.
Kata mama tadi, "Untung nanien kuat. Kalo gak..."
Friday, October 22, 2010
Greenberg
Kemarin, gw dapet tiket gratis nonton Greenberg.
Dengan embel-embel gratis, gw datang ke Blitz untuk menonton film yang sinopsisnya aja gw ga tahu. Gw sempet sih googling dulu dan menemukan kata "Comedy Drama", yaudah hajar wae lah.
Orang beruntung yang gw ajak adalah Tante Poni. Kami menyusuri rel Depok-Manggarai, berdesak-desakan di TransJakarta Manggarai-Bunderan HI (sempet ketemu Agata yang sedang mengasah karir di I-radio, you go girl!). Berhubung aku dan tante Poni sama-sama dari daerah pinggiran Jakarta, kami ga terlalu apal sama rute Grand Indo. Nyasarlah kita dalam perjalanan mencari Blitz. Sampe di tempat parkir dikasi tahu sama segerombolan supir yang sedang bergosip. Malu ah ketauan anak Tamini Square :D
Di Blitz, akhirnya gw bertanya pada Nyanya: sebenernya Greenberg tentang apa sih?
sebuah pertanyaan yang harusnya dijawab sendiri sebelum berniat menonton
si Poni menjawab: 1. Tanpa plot. Tentang si Greenberg yang pemarah aja. Dan hidupnya.
terdengar gak jelas sih, tapi gw kadung membawa popcorn (gratis). Ya sudah lah. Gw tidak berekspektasi tinggi mendengar tidak ada plot.
Awal film dibuka dengan scene suasana yang menurut si Poni mirip Jakarta. Warna-warnanya malah bikin gw berpikir bahwa settingnya jaman dulu. Tokoh perempuan di film ini gendut gitu perutnya. Chubby lah. Gw senang, wah ternyata sekarang cw yang tidak bertubuh tulang belulang bisa masup bioskop. Hore! Tapi ternyata ada kenyataan pahit dibaliknya. Hiks.
Ben Stiller lagaknya bener-bener kaya orang yang disentil mati. Lemes banget ga ada gairah hidup. Lalu si Poni bilang, si Greenberg ini mirip sama karakter Ninomiya Kazunari.
OwEmJyi. Nino versi bule dan lebih tua! Tatapan mata yang penuh makna, penampilan berantakan a la pengangguran, sinis, kasar, dll. Tiba-tiba Greenberg jadi menggemaskan di mata gw. Greta Gerwig juga mengingatkan gw pada Anne Suzuki. Sambil nonton, gw membayangkan kalo film ini diperankan oleh dua artis jepang itu. Cucok.
Alurnya menurut gw sih menarik ya. Banyak quotes asoy yang menyentil hati.
Hurt people hurt peoplePerkembangan hubungan Greenberg-Florence juga manis. Apalagi gw sambil sok-sok menganalisis perubahan sifat Greenberg jadi lebih lembut dan manusiawi. Apalagi ada si anjing lucu yang meramaikan suasana dan membuktikan kalo Greenberg juga punya hati.
Endingnya? Saat credit title muncul, gw mendengar erangan orang-orang. Mereka mengeluh endingnya ga jelas, ceritanya ga jelas. Tapi gw merasa sangat jelas kok. Mungkin karena sudah dibantu dengan clue : tidak ada plot. Nyanya bilang, mungkin kita sudah terbiasa menonton film jepang yang ceritanya lempeng dan aneh dan gak jelas. Jadi ending semacam ini sih udah bisa dimengerti lah. Bener juga sih. Ending kaya gini sih jauh lebih bisa dimengerti daripada pelem jepang yang aneh-aneh.
Pulangnya, pukul 21.30..jalanan Jakarta masih MACET, saudara-saudara! Sumpah sumpah capek capek capek. Next time kalo gw dapet tiket gratis lagi, pulangnya akan menginap di Cendana atau Kepu atau pulang naik kereta saja.
Tuesday, October 12, 2010
Unubore Deka
Recommended!
Semua gak bisa salah kalo uda ada Nagase Tomoya dan Ikuta Toma. Setiap karakter berperan penting. Apalagi ada Mika Nakashima yang tumben-tumbenan jadi orang yang ceria.
Nagase Tomoya (Unubore) adalah detektif yang selalu jatuh cinta sama kriminal yang lagi dikejar. Ciri khas saat mau menangkap si penjahat adalah:
-Pake setelah jas putih
-rambut klimis
-nyodorin dua kertas (Surat kawin dan Surat Penangkapan)
- kalo si kriminal milih surat penangkapan, dia nyodorin cincin dan borgol
Dan dia selalu ditolak! xD
Suka deh kalo tiap episode ada bintang tamu yang berbeda (yang jadi penjahatnya). Favorit gw di episode kedua: Aoi Yuu! Uwaaaaah. Ini orang cantik luar biasa. Yang bisa nandingin dia cuma Moon Geun Young aja kayanya. Sayang sekali di episode selanjutnya kebanyakan cewenya uda tua alias ibu-ibu, ato bahkan nenek! Apa ini untuk menghindari kemarahan fangirl Johnny's? Ataukah emang kaya begitu di komiknya?
Pokoknya, sangat menghibur!
Friday, October 1, 2010
Miss A - Breath
Very berry cute PV, costume, make up, choreography, BUT i don't really like the song. Weird. But after listen it twice, i kinda like it a lil bit. Gonna play it more to know if this is a NO or YEAY.
------EDIT----
i LIKE it <3
------EDIT----
i LIKE it <3
Wednesday, September 15, 2010
Mudik 2010
Jalan-jalan ke Pantai Cipatujah. Masya Allah, itu padetnya kaya cendol. Pokoknya kalo mau jalan-jalan enak ke pantai di Tasikmalaya itu jangan pas hari liburan ato lebaran. Semua orang main kesana. Pake motor, mobil pribadi, daaaan untuk orang-orang yang dateng rombongan, alih-alih bis, mereka naik truk! Yap. Saking jarang (ato ga ada?) angkot menuju laut. Semua berdesak-desakan duduk di bak truk, ada yang di atas atapnya juga. (Kalo gw yang naik) Dijamin masuk angin ato muntah-muntah. Kasian sih, bener-bener kepanasan kalo terik, dan kedinginan kalo hujan.
Akhirnya kita hengkang dan main ke rumah Mang Wahid di desa Cidadap. Disuguhi kelapa hijau muda yang baru dipetik dari pohon. Segar!!! Bener-bener minum dari kelapa langsung (tanpa sedotan, wild!). Ketika air kelapanya sudah abis, langsung itu kelapa dibelah lagi jadi dua, kita sendok dagingnya pake 'sendok' dari potongan kelapa. Disana kelapa murah banget, kalo beli langsung ama pemiliknya, bisa dapet gope sebiji. Padahal di jakarta bisa sampe 6000an loh!
Lanjut ke Pantai Karangtawulan. Rute jalan kesana agak serem kalo dilewatin malem-malem sendirian. Diapit kiri-kanan oleh pepohonan rimbun. Di sebelah kanan, pohonnya berbatasan dengan pantai (tapi ga keliatan saking tinggi-tinggi), di sebelah kiri, pohonnya berbatasan dengan sawah. Sepi sekali. Rumah penduduk jarang. Gak kebayang kalo gw tinggal di tengah leuweung (hutan) kaya gini.
Sampe disana sepi, lagipula lautnya emang bukan buat berenang. Tapi bagussss deh. Para bocah berlarian main di pantai. Para ibu-bapak-kakek-nenek istirahat gelar tikar di lapangan sebelah pantai.
Kami menyesal tidak membawa tenda karena tempatnya enak banget buat berkemah. Menikmati desiran ombak sambil menatap indahnya langit. Ceileee. Tapi siap-siap bawa minyak angin buat orang yang udah kena sindrom 20 tahun.
Yang horor cuma tempat bilasnya aja. Terdiri dari dua bilik yang mendapat pasokan air dari sumur. Isi airnya pun manual. Pemilik sumur menimba air yang langsung disalurkan ke bolongan menuju bak mandi. Alih-alih memutar keran, si orang yang lagi mandi tinggal tereak, "Cai beak! Cai beak! (Airnya abis, airnya abis!)" kalo bak mandi sudah surut. Pas gw ngantri, ada bapak-bapak keluar dari salah satu bilik. Handuk yang dililitkan ke pinggangnya tiba-tiba lepas! Untunglah dia sudah pake kolor. Kalo nggak, mata gw sudah tidak perawaaaaan LOL.
Keburu malem, kita pun mencari penginapan. Pengennya sih pagi-pagi ngajak anak-anak main ke laut. Bisa sih bolak-balik ke Tasik. Tapi harus berangkat subuh lagi kalo mau sampe pagi-pagi. Akhirnya dapet tempat di rumah salah satu anak-temennya-om di Bojong Salawe. Akhirnya gw merasakan hidup di desa, dengan lampu temaram, orang-orang bergelimpangan tidur dimana-mana (kasian si pemilik rumah, tergusur karena kedatengan tamu rombongan tiga mobil :p), kamar mandi yang pintunya bolong dan harus ditutup pake seng dan balok kayu.
Disanalah gw menemukan ada mie instan dengan merk Tip Top Mie. Pasti belom pernah denger kan? Pabriknya di Tangerang loh!
Besoknya, pagi-pagi kami menuju Pangandaran. Langsung deh maen aer sampe agak siang gara-gara penjaga pantai udah nyuruh minggir karena ombak udah liar. Ombaknya nyedot ke tengah laut gitu lho. Ati-ati aja yang bawa anak, kudu dijaga baik-baik karena tiap menit ada pengumuman anak hilang. Duh banget, anak kecil di rombongan gw ada tujuh biji! Untunglah dengan reputasi gw sebagai 'bukan kakak idaman', para tante tidak memberi tanggung jawab sebagai babysitter utama padaku. Cuma bantu-bantu ngawasin yang uda pada gede aja. Sip!
Pulang ke Tasik. Nasi liwet. Ngariung. Dan potong rambut gratis karena ada tante yang lihai memotong rambut.
Lalu, gw diajak emak dan tante untuk menjenguk orang yang pernah jadi asisten rumah tangga tante. Kami mau nengokin bayinya yang baru lahir. Jreng jreng, gw kaget pas masuk kontrakannya. Tidak ada penerangan kecuali lampu temaram dan jendela kecil. Luas rumahnya pun jauhhhh lebih kecil daripada kamar gw. Pokoknya prihatiningsih. Udah gitu, tante gw ngomelin si mbak ini karena doi punya ilmu merawat bayi yang sangat minim. Soalnya, umurnya udah 2 minggu, tapi belum pernah dijemur pagi-pagi di sinar matahari. Alesannya?
'Emang boleh ya belum 40 hari udah dijemur?'
Lah, emak gw kasian sama anaknya. Takut kena sakit kuning. Udah gitu kan di dalam rumahnya pengap dan gelap, pintunya ga pernah dibuka pula. Kasian kalo sakit. Tapi bayinya lucu sekaliiiii! Mata bulat kulit putih rambut lebat. Kakek gw didaulat untuk ngasih nama buat si bayi, namanya Romlah Gustina. Untung bukan Romlah Suromlah khas nama orang sunda :D
Wednesday, September 8, 2010
Maaf Karena Saya Tidak Cacat dan Dramatis
Virus dramatis sinetron sudah menggerogoti dunia nyata. Setidaknya dunia nyata yang akan ditampilkan di televisi.
Setelah membayangkan akan membuat feature TV yang menyenangkan, seperti kuliner, trend baru, dll, Kami ingin mengangkat Moscik sebagai tema.
Yang ditanyakan oleh mas dosen adalah,
"Apa yang beda? Apa yang menarik? Apa sisi dramatisnya? Penjahitnya buntung? Anaknya kanker? Anaknya autis?"
Wah. Maaf, tidak menarik ya untuk dijadikan feature di mata Anda karena saya bukan orang cacat atau autis? Maaf deh kalo begituh
Dipikir-pikir, ini feature jurnalistik ato program Orang Cacat Yang Hebat ya?
Bad news is a good news pisan ieu mah!
IMAO, feature itu harusnya menarik dan menghibur penonton. Kalo gw sih, disuguhin tayangan isinya orang-orang cacat, miskin, sengsara yang harus bertahan dalam sulitnya neraka dunia (misalnya: udah buntung kakinya, buta, panuan, anaknya kanker dan autis, suaminya uda mati, rumahnya di kandang ayam gara-gara rumahnya direbut sama sodaranya yang jahat, *dan berbagai tambahan khas sinetron yang luar binasa bisa membinasakan) BOSEN.
Kagak menghibur, bosan saya liat orang-orang susah. Kalo cuma liat sekali dua kali tayangan sih bisa aja jadi tersentuh dan berubah jadi orang pemurah penolong terhadap sesama. Kalo ditayangin tiap hari, gw akan berubah jadi bodo bodo bodo amat.
Analoginya (gatau deh ini bener apa kaga) pas bulan puasa, di kedai Bubur Mira, ada pengamen anak kecil kotor menyedihkan. Hati trenyuh, kasih duit receh. Eh beberapa detik kemudian dateng lagi pengamen ABG, hmm kasih juga deh. Eh beberapa detik kemudian dateng lagi pengamen preman. Eh abis si preman dateng lagi pengamen ibu-ibu. Eh abis itu dateng lagi pengamen bapak-bapak.
Dari trenyuh menjadi treganggu (sengaja typo biar mirip "tre") dan pengen lemparin pake bubur panas karena mengganggu ketenangan makan.
Ya kan, kalo liat orang yang miskin banget cuma satu, jadi pengen nolong. Kalo tiba-tiba liat orang kaya gitu seribu biji berjejer minta dikasiin receh satu-satu, ini sih namanya uda ada Agensi Orang Miskin yang mengatur jadwal kerja mereka semua. Semacam itu lah.
Asiiiiklah seperti kata mbak poni yang semakin gothic dandanannya, mumpung masih mahasiswa, biarkan kita mengusung idealisme dulu yak.
Dear Journalsista, kita bikin stasiun tipi sendiri yuk, biar kita atur isi acara yang asoy kaya gimana (gw usul semua dorama dan acara joget-joget Johnnys dimasukkan LOL).
Setelah membayangkan akan membuat feature TV yang menyenangkan, seperti kuliner, trend baru, dll, Kami ingin mengangkat Moscik sebagai tema.
Yang ditanyakan oleh mas dosen adalah,
"Apa yang beda? Apa yang menarik? Apa sisi dramatisnya? Penjahitnya buntung? Anaknya kanker? Anaknya autis?"
ALABUSETGWKAGETBUKANKEPALANG.
Wah. Maaf, tidak menarik ya untuk dijadikan feature di mata Anda karena saya bukan orang cacat atau autis? Maaf deh kalo begituh
Dipikir-pikir, ini feature jurnalistik ato program Orang Cacat Yang Hebat ya?
Bad news is a good news pisan ieu mah!
IMAO, feature itu harusnya menarik dan menghibur penonton. Kalo gw sih, disuguhin tayangan isinya orang-orang cacat, miskin, sengsara yang harus bertahan dalam sulitnya neraka dunia (misalnya: udah buntung kakinya, buta, panuan, anaknya kanker dan autis, suaminya uda mati, rumahnya di kandang ayam gara-gara rumahnya direbut sama sodaranya yang jahat, *dan berbagai tambahan khas sinetron yang luar binasa bisa membinasakan) BOSEN.
Kagak menghibur, bosan saya liat orang-orang susah. Kalo cuma liat sekali dua kali tayangan sih bisa aja jadi tersentuh dan berubah jadi orang pemurah penolong terhadap sesama. Kalo ditayangin tiap hari, gw akan berubah jadi bodo bodo bodo amat.
Analoginya (gatau deh ini bener apa kaga) pas bulan puasa, di kedai Bubur Mira, ada pengamen anak kecil kotor menyedihkan. Hati trenyuh, kasih duit receh. Eh beberapa detik kemudian dateng lagi pengamen ABG, hmm kasih juga deh. Eh beberapa detik kemudian dateng lagi pengamen preman. Eh abis si preman dateng lagi pengamen ibu-ibu. Eh abis itu dateng lagi pengamen bapak-bapak.
Dari trenyuh menjadi treganggu (sengaja typo biar mirip "tre") dan pengen lemparin pake bubur panas karena mengganggu ketenangan makan.
Ya kan, kalo liat orang yang miskin banget cuma satu, jadi pengen nolong. Kalo tiba-tiba liat orang kaya gitu seribu biji berjejer minta dikasiin receh satu-satu, ini sih namanya uda ada Agensi Orang Miskin yang mengatur jadwal kerja mereka semua. Semacam itu lah.
Asiiiiklah seperti kata mbak poni yang semakin gothic dandanannya, mumpung masih mahasiswa, biarkan kita mengusung idealisme dulu yak.
Dear Journalsista, kita bikin stasiun tipi sendiri yuk, biar kita atur isi acara yang asoy kaya gimana (gw usul semua dorama dan acara joget-joget Johnnys dimasukkan LOL).
Friday, September 3, 2010
Semester Tujuh
Selamat menempuh hidup baru di Korea, ibu Maya! See you next term!
SEMESTER TUJUH TELAH DIMULAI!
Mahasiswa Baru
Terharu deh aku menjadi salah satu mahasiswa paling senior di FISIP. Berasa pengen ngegebukin anak baru (loh kok bullying). Begitulah, kakak kelas kini sudah wisuda, beberapa teman yang ambil D3 juga udah meninggalkan kampus, beberapa kawan exchange ke luar negeri, dan yang terpenting dan harus distabiloin: Jumlah mahasiswa baru banyak sekali! Berlipat-lipat dari yang sebelumnya!
Hidup di Depok selama tiga tahun terakhir membuatku merasakan adanya perubahan. Tiap tahun, jumlah mahasiswa tajir semakin banyak. Hal ini ditandai oleh makin macetnya pintu masuk UI karena banyak mobil yang berjejer. Padahal, waktu tahun 2007, mobil pribadi yang berseliweran di UI gak sebanyak sekarang. Ckckckckckc.
Menginjakkan kaki di semen tanah FISIP, ada seorang mahasiswi celingukan panik. Melihat gw yang berjalan santai, dia langsung bertanya,
"Kak, dimanakah gedung G?"
Kalian tahu ga rasa deg-deg-serr ketika pertama kali pacar manggil kalian dengan kata "Sayang" ato "Eh gembrot" ato panggilan semacam itu?
Gw juga langsung deg deg serr dipanggil "Kak". Seakan menegaskan kalo angkatan 2007 lah yang sekarang berkuasa di jagat UI. Muahahahah. Norak.
Ternyata banyak juga mahasiswa baru yang bingung dengan gedung-gedung FISIP. Gw dengan baik hati menunjukkan pada mereka (baca: dua orang maba).
Buat anak FISIP ato anak UI yang mo ambil mata kuliah di FISIP, jaminan mata kuliah bakal asyik dan berguna adalah dari dosennya. Inilah beberapa nama dosen yang gw rekomendasikan untuk lo ambil matkulnyo:
1.Ade Armando
2.Nina Armando
Bahiklah, kembali ke topik awal: mahasiswa baru yang super duper membludak.
Jadi begini yah, FISIP itu tidak terlalu luas, tapi mahasiswanya banyak banget. Sekarang ditambah jumlah maba yang gak kira-kira (gw kalo jadi mahasiswa angkatan 2010 dijamin susah mengingat semua nama teman seangkatan yang ratusan!), jadi sumpek pek pek. Dimana-mana ada maba. Jarang deh ada tempat kosong, termasuk mushola!
Nah ini yang ngeselin, mushola FISIP tuh kecil banget dan ga cukup kalo dibandingin sama jumlah mahasiswa. Kebayang gak, pas gw ke mushola, orang-orang ngantri wudhu kaya antri sembako. Ternyata, AERNYA MATI! Ya ampun. Emang pas banget, tiap orang cuma bisa make aer setetes demi setetes. Cupu!
Makanya sekarang, gw dan para journalsista masih mencari tempat baru untuk sholat dengan nyaman. Salah satunya adalah dengan menginvasi kelas-kelas kosong di gedung baru. Kan masih bersih tuh. Untunglah si icrut kadang suka bawa sajadah. Kita udah kaya mahasiswa muslim yang kuliah di negara luar non islam deh. Sholatnya bergerilya dimana-mana.
Tempat fix sejauh ini adalah kelas di lantai tiga gedung Kom. Kelas coca cola ato sprite. Ato di gedung PAU yang dipake sama S2, ada kelas baru yang keren banget kaya bioskop. Kemaren kita numpang ngadem disitu sekalian sholat. Ihihi. Pokoknya selama seminggu ini gw merasa adalah suatu keajaiban bila kita ke Mushola FISIP dan bisa wudhu dengan air mengalir lancar.
Masih tentang maba, salah satu sisi positif jadi mahasiswa paling tua adalah lo bisa seenak jidat. Seperti salah seorang teman gw, sebut saja Nyanya (bukan nama asli) berkata
"Sekarang FISIP bau maba."
ROFL. No offense ya maba-ers. Kami hanya bercanda. Kami juga dulu seperti Anda :D
Sekarang, nametag tiap jurusan pun beragam. Nanti deh kalo gw rajin akan gw fotoin.
Perkuliahan
Alhamdulillah, sekelas dengan para perempuan genit tukang ceng-cengin dosen yang gak tau diri (mahasiswanya, bukan dosennya) membuat hidup lebih berwarna.
1. Kuliah produksi berita radio, bersama Dosen ini terancam asyik. Maklum, gw suka kuliah yang harus praktek praktek praktek inih. Hore! Di kelas, tiap anak ditanyain apa kelebihannya, sama si dosen dicatet, untuk kebutuhan di masa depan. Misalnya, kalo butuh jubir, doi akan menghubungi Minanti atao Nyanya yang doyan ngomong, katanya. Ato kalo butuh donlotan akan menghubungi aku. Seperti itulah. Call me Ratu Donlot ya mulai sekarang. Aku senang karena tempat perkuliahan ada di lab komputer. Sayang sekali karena baru pindah tempat, koneksi internet belom lancar. Oh aku tak sabar ingin mengunduh sambil kuliah. Beruntungnya, teman-teman sudah mengerti akan kebutuhan primerku ini, jadinya mereka mungkin bisa saja membiarkanku ikutan mengunduh di komputer mereka agar lebih banyak file yang bisa didapat. LOL.
2.Kuliah produksi berita tipi. Bersama seorang produser trans tv. Asyik lah praktek lagi,
3.Seminar masalah komunikasi.
Awalnya tampak meragukan...ternyata dosennya lucu. Bukan karena dia ngelucu atau supel ato gimana, tapi karena dia sangat serius. Dan, gw tekankan sekali lagi, anak jurnal 07 itu kurang ajar sama dosen. Kadang kekurangajaran ini membawa manfaat, misalnya jadi akrab dan bisa minta traktir terus-terusan di restoran mahal yang membuat sang dosen kehilangan duit 5 juta untuk memuaskan hasrat makan kami. Begitulah. Nah, sang dosen seminar ini menekankan pad metodologi penelitian. Beliau mengajak para mahasiswa untuk aktif di kelas dengan melemparkan pertanyaan-pertanyaan. Tapi, yang terjadi malah suasana seperti kuis tebak kata.
"Hipotesis terdiri dari dua kata. Hipo dan Tesis. Apa arti Hipo?"
"Kudanil!"
Ajaibnya, sang dosen tidak berekspresi apapun. Tidak terlihat kesal ataupun terhibur. Dengan wajah datar dia terus menunggu jawaban. Ya kita cekikikan abis-abisan. Ngeliat kita cekikikan pun sang dosen tetap berwajah datar dan menunggu jawaban. Ya kita makin cekikikan. Pol deh serunya.
"Kalo bab 1 namanya kerangka masalah. Kalo bab dua namanya apa?"
"Kerangka jawaban!"
"iya..udah bener kerangka jawaban. Tapi tepatnya apa? Kan kita pake teori disini..."
"Kerangka jawaban teori!"
"Teori Kerangka Jawaban!"
"Jawaban Kerangka Teori!"
"Kerangka teori jawaban!"
"..... Susunan katanya dong, kata benda, kata sifat disusun yang benar..." *wajah datar kelelahan*
"Kerangka jawaban teori!"
"Teori Kerangka Jawaban!"
"Jawaban Kerangka Teori!"
"Kerangka teori jawaban!"
Sang dosen terlihat mulai makin gemas dengan wajah tetap datar.
"Kerangka Jawaban Teoretis"
"Ooooooooooooooo. Huahauhahauhauhauhauhau"
Rebek bener dah, doi cuma pengen ada yang ngomong teoretis tapi semuanya stuck di kata teori. Aduh bapak lucu sekali. Semacam itu deh suasana kelas. Bapak Ari dan Dodi dan Satrio, mohon kesabarannya untuk semester ini ya!
Wednesday, August 25, 2010
whazzup
Unit Kegiatan Mahasiswa baru di Universitas Indonesia pada tahun ajaran ini: BERKUDA. Suasana OKK 2010 kemarin berubah menjadi agak puncak atau gunung Bromo atau depan ITB, dimana kuda disewakan untuk berjalan-jalan. Banyak mahasiswa (kebanyakan panitia OKK, bukan mahasiswa baru) yang mencoba naik kuda. Tadinya gw pengen ikutan, tapi gak jadi karena seorang teman jadi bau kuda abis tes drive.
RTC Ulang tahun ke-12! What a lovely cake! Semua kolega mengagumi kegigihan pembuat kue untuk menggambar makara UI. Anda ingin membuat kue dengan desain sendiri? Kunjungi pabrik kue di Beji, Depok! Menghemat beberapa ratus ribu dibandingkan dengan membuat desain kue personal di toko mahal seperti Harvest (tentunya rasa juga jadi salah satu patokan).
Daaan.. sedikit foya-foya. Bersama 20 (ato 19?) patungan dan voucher gratis beberapa ratus ribu. Terimakasih Dachi. You made us looks like a rich peer group. LOL.
Thursday, August 12, 2010
Mengapa Ibunda Tidak Suka Memasak
Saya dan ibunda sedang beberes lemari. Sang Ibunda membawa setumpuk manset berwarna-warni (baju daleman tangan panjang, biasanya dipake kalo pake blus ato kaos tangan pendek). Sambil melipat-membereskan-menumpuk, beliau berkata dengan nada bangga,
(Mama):Begitulah. Tiap ibu punya prioritas berbeda. Buat sang Ibunda, Baju lebih berharga dari makanan karena setiap dipakai dia tidak akan berubah menjadi sampah biologis.Bagaimana dengan ibumu?
Nih, gampang kan kalo mo pake baju tinggal pilih warna aja. Orang lain mah belum tentu sama ibunya diginiin.
(Diriku): Yaaah, orang laen mah beda Mah. Palingan mereka dimasakin kan, kalo Mamah sih bik...
(Mama motong omongan gw) : HALAH! makanan mah ujung-ujungnya cuma jadi tai.
Subscribe to:
Posts (Atom)