Friday, December 2, 2011

Menjenguk Ponda

Menjejakkan kaki di stasiun Gondangdia demi menjenguk Donda yang sakit tifus. Si Dons nginep di RS Abdi Waluyo, sebuah rumah sakit yang ia deksripsikan sebagai RS yang kecil. Gw dan Hesty naik bajaj (10ribu tanpa nawar, harga masuk akal) menelusuri daerah Menteng, tempat orang-orang kaya bernaung. Indikatornya? Asri, rumah-rumah besar, tidak dilalui jalur angkot. Ya, jalan-jalan disitu hanya bisa dilalui taksi, bajaj, atau kendaraan pribadi.




Donda bilang ia di kamar 105. Gw melenggang kangkung ingin memberi salam teriak di kamar itu... dan menemukan seorang nenek tua di pembaringan. Mata gw bertemu dengan si penunggu. Gw menengok, mencari kasur lain, gw pikir itu kamar berisi dua pasien. Ternyata hanya satu. Tengok kanan, tengok kiri, lihat ke depan, lihat nenek-nenek, lihat mbak penunggu. Pelan-pelan gw mundur dan minta maaf.


DONDA DIMANA?!!!! Ternyata dia di ruang 108. Ternyata Donda tidak tahu nomor kamarnya, jadi ia hanya menebak-nebak. SESAT! Si Donda tidak terlihat seperti orang sakit. Yang menandakan hanya infus saja. Gw membantu menghabiskan makanan di kamar Donda sambil menonton TV.

Mi goreng ayam
Setelah puas bergosip dan membahas hal tak penting, kami (odah, dela, ntum) pamit.
Kembali berbajaj 10rebu yang rugi bandar karena jarak pulang ternyata LEBIH DEKAT. Jadi lima ribu pun sebenarnya pantas. Biarlah, rejeki si abang bajaj.

Di stasiun, ada dus berisi dua ayam. Ketidakmampuan memang melahirkan kreativitas ya. Tak ada kandang ayam yang pantas, dus pun jadi.



1 comment:

Noval Juniardi said...

wew,,,semoga lekas sembuh buat temennya..
Boleh kita tukeran link?? Untuk dimasukkan ke Kawan Blogger??

Kenalkan saya Noval Juniardi
Ini blog saya: www.naufal-juniardi.blogspot.com

Nanti saya juga akan menambahkan bolg ini ke blog saya :)

Salam kenal anak UI

 
design by suckmylolly.com