Awal Desember tahun 2010 adalah momen yang patut dikenang.
Premier dalam hidup ini, Gw premier dirawat di RS Premier (dulunya Mitra). Katanya sih Demam Berdarah. Memang benar, saya demam dan disuntik berdarah-darah. Disuntik-suntik, tepatnya karena jamak.
Lima hari pertama demam tinggi dilewatkan di rumah sendiri. Selanjutnya menginap di rumah sakit.Wait, i should call it rumah SUCKS IT/ IT SUCKS.
Cek darah
Seorang perawat berjenis kelamin laki-laki menebar senyum ramah. Senyumnya memudar saat ia memeriksa tangan gw.
Dia gak bisa nemuin pembuluh darah gw karena tangan gw, as he acclaimed, gemuk. Lalu dia meralat, oh nggak gemuk kok ini kurus. Kondisi gw yang teler karena panas 39,5 derajat celcius membuat gw ga punya energi untuk marah. Or at least membela diri.
Belakangan gw baru tahu kalau itu bukan salah (pergelangan tangan) gw. Memang orang-orang di bagian UGD kurang canggih, atau masih super amatir. Di tempat lain seperti laboratorium atau pengambilan darah harian, orang-orangnya canggih. Dalam waktu beberapa detik mereka sudah bisa memilih bagian kulit mana yang mau disuntik dengan jarum berongga yang akan menyedot darah berharga gw untuk diteliti jumlah trombositnya. Tangan kurus atau gendut tak masalah bagi mereka. Tidak seperti perawat laki-laki amatir yang bolak balik pencet sana sini lemak di tangan gw untuk bisa menemukan pembuluh darah vena. FYI, dia harus tojos dua kali karena suntikan pertamanya salah. ARGH.
Mengapa kalian harus menaruh orang-orang amatir di bagian unit gawat darurat?
Lalu lalu lalu, pertanyaan gw selama ini terjawab juga. Gw selalu penasaran bagaimana rasanya diinfus. Oh Teman, rasanya tidak sakit bila pesuntikmu profesional. Tetapi sakit jika masih amatir. Daku kebagian yang amatir. Keadaan tidak bertambah baik bila kakakmu mengganggu dengan gestur ingin terus-terusan menyentil suntikan infus yang masih terasa sakit. Dia memang selalu memberi dukungan moral. Ditambah lagi kata-kata mutiara dari sang Kakak: Paling cuma tiga hari kok. Abis itu...
Dia lalu menirukan gestur jenazah yang diarak ke kuburan. Ah, brother..
Alhamdulillah, gw cuma dirawat lima hari dan tidak mati kemudian.
Beberapa hal menyenangkan di RS:
-Kasurnya lumayan enak
-Menu makanan sangat banyak (sayang sekali tidak bernafsu)
-Tidak dimarahi walau malas mandi
-Tidak dimarahi walau baca komik terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya tidur terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya nonton tipi terus
Beberapa hal yang tidak menyenangkan di RS:
-Suntikan 'ngecek alergi antibiotik' bikin gw hampir nangis dan menyisakan bilur biru menyeramkan di kulit
-Selamat pagi = Selamat, darah anda diambil lagi hari ini
-Tidak bisa menghindari sinetron Putri Yang Ditukar karena teman sekamar dan mama suka menontonnya, kalau di rumah bisa kabur ke kamar dan nonton laptop saja
-Tangan kanan diinfus susah mo ngapa-ngapain
-Wifi eror sehingga tidak bisa online
Yang terakhir itu cukup vital.
Besuk.
Dibesuk selalu menyenangkan apabila yang datang adalah kawan-kawan. Tapi rasanya aneh bila yang datang teman-teman ibumu. Yah, emak pun punya hak bosan saat menunggui anaknya ya. Tapi semuanya datang membawa kebahagiaan dan benda berguna kok, oh ho ho ho. Oportunis mode ON.
Bahkan terjadi simbiosis mutualisme antara diriku dan Dechu, dia gw paksa datang untuk menemani (rumahnya deket!) dan dia menemani laptopku lalu menemukan beberapa data Nielsen yang kayaknya berguna untuk TKA. Oh iya Dechu juga bawain komik-komik (Ternyata Keroro lucu banget ya). Makasih ya Dechu udah nemenin gw melewati saat pergantian siang ke malam. Gw paling ngerasa Magrib itu horor karena setan-setan lagi berlalu lalang. Dechu juga mengurangi rasa mual gw saat terpaksa mendengar sound effect Putri Yang Ditukar. Ai lap yu Decu.
Mightybangs dan Toraja. Duo maut ini mengagetkan gw karena mereka adalah penjenguk pertama (gw baru 1-2 jam berada di RS). Mereka memberi dukungan moral saat suster menyuntik antibiotik yang luar biasa nyeri auwooo. Tenkyu Tenji People!
Riju. Dia juga membantu gw melewati cobaan Putri Yang Ditukar dengan menyalakan laptopnya dan menonton How I Met Your Mother bersama-sama. Makasih juga angkaknye. Good luck skripsinye ya Sis.
Odah, Anggi. Geng Jawa Barat yang sangat perhatian mau hijrah dari kota lain untuk memberikanku donlotan baru. Rivanie, orang yang gw repotin dengan permintaan Sari Kurma. Ahaha gw emang gak modal Van, untung si Vanie nanya gw mau dibawain apaan. Ahay. W-Dachi. Tak terhingga deh rasa syukur gw karena orang yang satu ini jadi koordinator besuk. Sudah repot-repot menggeser pantatmu dari Kemang ke daerah Jatinegara yang bukan jajahanmu lalu direpotin dengan rikues beliin majalah, tengkyu Neng Dachi. Ada juga pasangan baru Della-Budi yang datang belakangan dengan resiko diusir satpam, mochinya enak Del! Ada juga Bang Mimar, dosen Jurnal yang paling suka ngambil gambar snapshot untuk ditag di facebook.
Belum lagi orang-orang jauh yang mengirimkan perhatiannya lewat sms (hai Maya di Korea!), tuiter, fb, telpon, etc. Asoooyyy dah gw berasa lagi ulang tahun. Ahem.
Itulah pengalamanku menghabiskan lima hari di rumah sakit, kejadian yang semoga hanya terjadi sekali seumur hidup!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Ahahaha sound efek putri yg ditukar (ini judul sinetron yak? ketauan deh ga pernah ngecek tv lagi)
eh gmn akirnya itu yg disebelah lo? jadi keluar ga besokannya abis gue kesana? hebat banget y mereka stlh gue pikir2 kerjaannya ceramah keagamaan mulu... (+sinetron-an tentunya)
yah anggep aja seimbang antara dunia (sinetron) dan akhirat.
angkaknya abis kagak?
btw, lo nggak mau punya anak apa mau melahirkan di dukun beranak?
*kagak mau ke RS lg*
jangan kalap makan
ntar jadi lebih gendut
Post a Comment