PSSI Curang bener yak. Masa tiket AFF kita mahal banget siiiiih. Padahal ongkos PP pesawat plus tiket VVIP plus segala macem ke Malaysia aja bahkan lebih murah dari tiket VVIP nonton bola di Senayan. Woy PSSI jangan kemaruk deh. Udah tau rakyat miskin masih dikeruk aja duitnya, mending kalo stadion senayannya bersih dan rapi. Cuih. tau rasa tuh dirampas tiketnya. udah harga mahal, manajemen ga bener. ya mana bisa ribuan orang dilayanin orang seiprit? kaga punya otak dah si nurdin.
-edit-
aduuuuuuuuuh Malaysia ganti nama aja jadi Malayser. Beraninya maen laser deh. Dasar orang melayu, paling suse ya sportif? *inget waktu di Senayan orang2 alay pada lempar aqua untung jauh jarak tribun*
tadi yang lempar petasan ke tengah lapangan suporter mana ya? aje gile deh.
Sunday, December 26, 2010
Friday, December 24, 2010
Desa Global
Desa Global, atau Global Village adalah istilah dari dunia yang dianggap tidak lagi punya batas. Dunia dianalogikan sebagai suatu desa yang luas, dimana semua orang di berbagai tempat bisa mengakses informasi dari tempat lain dalam waktu yang hampir bersamaan melalui media massa, tentunya yang paling cepat adalah internet.
Sekarang gw sedang mengalaminya, malam ini di Jepang sedang diputar acara Music Station Super Live edisi akhir tahun. Terus barusan gw cek LJ udah ada loh donlotan video Arashi nyanyi Wish. Terus sang uploader nulis, tungguin ya unggahan next performance soalnya mereka belum muncul di TV lagi. Bahkaaaaaan gw bisa nonton barengan sama yang di Jepang! Aih terharu deh. Mana kostum si Arashi kali ini gak terlalu norak (walo nino kaya pake rok). Terus ada satu anak yang dirangkul Sho terus itu anak mukanya syok dan pucat gitu (mungkin gw juga akan seperti itu).
Sekarang gw sedang mengalaminya, malam ini di Jepang sedang diputar acara Music Station Super Live edisi akhir tahun. Terus barusan gw cek LJ udah ada loh donlotan video Arashi nyanyi Wish. Terus sang uploader nulis, tungguin ya unggahan next performance soalnya mereka belum muncul di TV lagi. Bahkaaaaaan gw bisa nonton barengan sama yang di Jepang! Aih terharu deh. Mana kostum si Arashi kali ini gak terlalu norak (walo nino kaya pake rok). Terus ada satu anak yang dirangkul Sho terus itu anak mukanya syok dan pucat gitu (mungkin gw juga akan seperti itu).
Monday, December 20, 2010
Meet my husband
His, i mean, their last name is Younghusband. Demi mendukung sang suami, saya datang dengan couple T-shirt, kaos bola biru bernomor sama dengan P.Younghusband, nomor 10. LOL. Demam bola nih. Untuk pertama kalinya gw menonton bola di stadion Senayan dalam rangka melihat pertandingan Indonesia melawan Filipina di semifinal AFF 2010. Biar out of the box/ gampang dicari temen kalo nyasar dan ilang, gw memilih untuk memakai baju bola berwarna biru sebagai lambang pendukung Filipina (jelas mendukung para suami, P & J Younghusband, dan pelatih nyamnyam Om McEnemy) di tengah kerumunan manusia berbaju merah dan putih. Terbukti, sejauh mata memandang rasanya cuma gw yang pake baju biru (sama Dachi yang pake jaket biru tapi dicopot karena takut digebukin alay ya Dach?). Untung gak digebukin para anarkis bola.
Rasanya nonton pertandingan bola langsung di stadion?
1. Capek. Maklum kaum tribun, tiket paling murah, siapa cepat dia dapat. Pertandingan mulai jam 7, udah janjian dari jam 2. Luar binasa.
2. Suara sember. Tereak-tereak kaya lagi marahin junior di malam final kaderisasi.
Seneng bisa liat lapangan secara keseluruhan. Sedih ga bisa liat muka pemain dengan jelas. Seneng karena bisa berbagi antusiasme dengan puluhan ribu pendukung Indonesia. Emang enak ya main di kandang, kalo lawan salah disorakin, kalo timnas Indonesia yang salah penontonnya malah bersorak "wasit goblok". Main di Indonesia sama aja melatih mental. Tim lawan selalu disorakin. Memang sangat sportif.
Seandainya Indonesia bisa ikut piala dunia dan ada lomba untuk para suporter, gw yakin negara kita akan menang.
Yuklah semangat Timnas Bola Indonesia, semoga menang final AFF! Rakyat Indonesia butuh hiburan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang belum sejahtera seutuhnya. Prikitiw!
Rasanya nonton pertandingan bola langsung di stadion?
1. Capek. Maklum kaum tribun, tiket paling murah, siapa cepat dia dapat. Pertandingan mulai jam 7, udah janjian dari jam 2. Luar binasa.
2. Suara sember. Tereak-tereak kaya lagi marahin junior di malam final kaderisasi.
Seneng bisa liat lapangan secara keseluruhan. Sedih ga bisa liat muka pemain dengan jelas. Seneng karena bisa berbagi antusiasme dengan puluhan ribu pendukung Indonesia. Emang enak ya main di kandang, kalo lawan salah disorakin, kalo timnas Indonesia yang salah penontonnya malah bersorak "wasit goblok". Main di Indonesia sama aja melatih mental. Tim lawan selalu disorakin. Memang sangat sportif.
Seandainya Indonesia bisa ikut piala dunia dan ada lomba untuk para suporter, gw yakin negara kita akan menang.
Yuklah semangat Timnas Bola Indonesia, semoga menang final AFF! Rakyat Indonesia butuh hiburan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang belum sejahtera seutuhnya. Prikitiw!
Friday, December 3, 2010
bolang #6: Hospital
Awal Desember tahun 2010 adalah momen yang patut dikenang.
Premier dalam hidup ini, Gw premier dirawat di RS Premier (dulunya Mitra). Katanya sih Demam Berdarah. Memang benar, saya demam dan disuntik berdarah-darah. Disuntik-suntik, tepatnya karena jamak.
Lima hari pertama demam tinggi dilewatkan di rumah sendiri. Selanjutnya menginap di rumah sakit.Wait, i should call it rumah SUCKS IT/ IT SUCKS.
Cek darah
Seorang perawat berjenis kelamin laki-laki menebar senyum ramah. Senyumnya memudar saat ia memeriksa tangan gw.
Dia gak bisa nemuin pembuluh darah gw karena tangan gw, as he acclaimed, gemuk. Lalu dia meralat, oh nggak gemuk kok ini kurus. Kondisi gw yang teler karena panas 39,5 derajat celcius membuat gw ga punya energi untuk marah. Or at least membela diri.
Belakangan gw baru tahu kalau itu bukan salah (pergelangan tangan) gw. Memang orang-orang di bagian UGD kurang canggih, atau masih super amatir. Di tempat lain seperti laboratorium atau pengambilan darah harian, orang-orangnya canggih. Dalam waktu beberapa detik mereka sudah bisa memilih bagian kulit mana yang mau disuntik dengan jarum berongga yang akan menyedot darah berharga gw untuk diteliti jumlah trombositnya. Tangan kurus atau gendut tak masalah bagi mereka. Tidak seperti perawat laki-laki amatir yang bolak balik pencet sana sini lemak di tangan gw untuk bisa menemukan pembuluh darah vena. FYI, dia harus tojos dua kali karena suntikan pertamanya salah. ARGH.
Mengapa kalian harus menaruh orang-orang amatir di bagian unit gawat darurat?
Lalu lalu lalu, pertanyaan gw selama ini terjawab juga. Gw selalu penasaran bagaimana rasanya diinfus. Oh Teman, rasanya tidak sakit bila pesuntikmu profesional. Tetapi sakit jika masih amatir. Daku kebagian yang amatir. Keadaan tidak bertambah baik bila kakakmu mengganggu dengan gestur ingin terus-terusan menyentil suntikan infus yang masih terasa sakit. Dia memang selalu memberi dukungan moral. Ditambah lagi kata-kata mutiara dari sang Kakak: Paling cuma tiga hari kok. Abis itu...
Dia lalu menirukan gestur jenazah yang diarak ke kuburan. Ah, brother..
Alhamdulillah, gw cuma dirawat lima hari dan tidak mati kemudian.
Beberapa hal menyenangkan di RS:
-Kasurnya lumayan enak
-Menu makanan sangat banyak (sayang sekali tidak bernafsu)
-Tidak dimarahi walau malas mandi
-Tidak dimarahi walau baca komik terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya tidur terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya nonton tipi terus
Beberapa hal yang tidak menyenangkan di RS:
-Suntikan 'ngecek alergi antibiotik' bikin gw hampir nangis dan menyisakan bilur biru menyeramkan di kulit
-Selamat pagi = Selamat, darah anda diambil lagi hari ini
-Tidak bisa menghindari sinetron Putri Yang Ditukar karena teman sekamar dan mama suka menontonnya, kalau di rumah bisa kabur ke kamar dan nonton laptop saja
-Tangan kanan diinfus susah mo ngapa-ngapain
-Wifi eror sehingga tidak bisa online
Yang terakhir itu cukup vital.
Besuk.
Dibesuk selalu menyenangkan apabila yang datang adalah kawan-kawan. Tapi rasanya aneh bila yang datang teman-teman ibumu. Yah, emak pun punya hak bosan saat menunggui anaknya ya. Tapi semuanya datang membawa kebahagiaan dan benda berguna kok, oh ho ho ho. Oportunis mode ON.
Bahkan terjadi simbiosis mutualisme antara diriku dan Dechu, dia gw paksa datang untuk menemani (rumahnya deket!) dan dia menemani laptopku lalu menemukan beberapa data Nielsen yang kayaknya berguna untuk TKA. Oh iya Dechu juga bawain komik-komik (Ternyata Keroro lucu banget ya). Makasih ya Dechu udah nemenin gw melewati saat pergantian siang ke malam. Gw paling ngerasa Magrib itu horor karena setan-setan lagi berlalu lalang. Dechu juga mengurangi rasa mual gw saat terpaksa mendengar sound effect Putri Yang Ditukar. Ai lap yu Decu.
Mightybangs dan Toraja. Duo maut ini mengagetkan gw karena mereka adalah penjenguk pertama (gw baru 1-2 jam berada di RS). Mereka memberi dukungan moral saat suster menyuntik antibiotik yang luar biasa nyeri auwooo. Tenkyu Tenji People!
Riju. Dia juga membantu gw melewati cobaan Putri Yang Ditukar dengan menyalakan laptopnya dan menonton How I Met Your Mother bersama-sama. Makasih juga angkaknye. Good luck skripsinye ya Sis.
Odah, Anggi. Geng Jawa Barat yang sangat perhatian mau hijrah dari kota lain untuk memberikanku donlotan baru. Rivanie, orang yang gw repotin dengan permintaan Sari Kurma. Ahaha gw emang gak modal Van, untung si Vanie nanya gw mau dibawain apaan. Ahay. W-Dachi. Tak terhingga deh rasa syukur gw karena orang yang satu ini jadi koordinator besuk. Sudah repot-repot menggeser pantatmu dari Kemang ke daerah Jatinegara yang bukan jajahanmu lalu direpotin dengan rikues beliin majalah, tengkyu Neng Dachi. Ada juga pasangan baru Della-Budi yang datang belakangan dengan resiko diusir satpam, mochinya enak Del! Ada juga Bang Mimar, dosen Jurnal yang paling suka ngambil gambar snapshot untuk ditag di facebook.
Belum lagi orang-orang jauh yang mengirimkan perhatiannya lewat sms (hai Maya di Korea!), tuiter, fb, telpon, etc. Asoooyyy dah gw berasa lagi ulang tahun. Ahem.
Itulah pengalamanku menghabiskan lima hari di rumah sakit, kejadian yang semoga hanya terjadi sekali seumur hidup!
Premier dalam hidup ini, Gw premier dirawat di RS Premier (dulunya Mitra). Katanya sih Demam Berdarah. Memang benar, saya demam dan disuntik berdarah-darah. Disuntik-suntik, tepatnya karena jamak.
Lima hari pertama demam tinggi dilewatkan di rumah sendiri. Selanjutnya menginap di rumah sakit.Wait, i should call it rumah SUCKS IT/ IT SUCKS.
Cek darah
Seorang perawat berjenis kelamin laki-laki menebar senyum ramah. Senyumnya memudar saat ia memeriksa tangan gw.
Dia gak bisa nemuin pembuluh darah gw karena tangan gw, as he acclaimed, gemuk. Lalu dia meralat, oh nggak gemuk kok ini kurus. Kondisi gw yang teler karena panas 39,5 derajat celcius membuat gw ga punya energi untuk marah. Or at least membela diri.
Belakangan gw baru tahu kalau itu bukan salah (pergelangan tangan) gw. Memang orang-orang di bagian UGD kurang canggih, atau masih super amatir. Di tempat lain seperti laboratorium atau pengambilan darah harian, orang-orangnya canggih. Dalam waktu beberapa detik mereka sudah bisa memilih bagian kulit mana yang mau disuntik dengan jarum berongga yang akan menyedot darah berharga gw untuk diteliti jumlah trombositnya. Tangan kurus atau gendut tak masalah bagi mereka. Tidak seperti perawat laki-laki amatir yang bolak balik pencet sana sini lemak di tangan gw untuk bisa menemukan pembuluh darah vena. FYI, dia harus tojos dua kali karena suntikan pertamanya salah. ARGH.
Mengapa kalian harus menaruh orang-orang amatir di bagian unit gawat darurat?
Lalu lalu lalu, pertanyaan gw selama ini terjawab juga. Gw selalu penasaran bagaimana rasanya diinfus. Oh Teman, rasanya tidak sakit bila pesuntikmu profesional. Tetapi sakit jika masih amatir. Daku kebagian yang amatir. Keadaan tidak bertambah baik bila kakakmu mengganggu dengan gestur ingin terus-terusan menyentil suntikan infus yang masih terasa sakit. Dia memang selalu memberi dukungan moral. Ditambah lagi kata-kata mutiara dari sang Kakak: Paling cuma tiga hari kok. Abis itu...
Dia lalu menirukan gestur jenazah yang diarak ke kuburan. Ah, brother..
Alhamdulillah, gw cuma dirawat lima hari dan tidak mati kemudian.
Beberapa hal menyenangkan di RS:
-Kasurnya lumayan enak
-Menu makanan sangat banyak (sayang sekali tidak bernafsu)
-Tidak dimarahi walau malas mandi
-Tidak dimarahi walau baca komik terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya tidur terus
-Tidak dimarahi walau kerjaannya nonton tipi terus
Beberapa hal yang tidak menyenangkan di RS:
-Suntikan 'ngecek alergi antibiotik' bikin gw hampir nangis dan menyisakan bilur biru menyeramkan di kulit
-Selamat pagi = Selamat, darah anda diambil lagi hari ini
-Tidak bisa menghindari sinetron Putri Yang Ditukar karena teman sekamar dan mama suka menontonnya, kalau di rumah bisa kabur ke kamar dan nonton laptop saja
-Tangan kanan diinfus susah mo ngapa-ngapain
-Wifi eror sehingga tidak bisa online
Yang terakhir itu cukup vital.
Besuk.
Dibesuk selalu menyenangkan apabila yang datang adalah kawan-kawan. Tapi rasanya aneh bila yang datang teman-teman ibumu. Yah, emak pun punya hak bosan saat menunggui anaknya ya. Tapi semuanya datang membawa kebahagiaan dan benda berguna kok, oh ho ho ho. Oportunis mode ON.
Bahkan terjadi simbiosis mutualisme antara diriku dan Dechu, dia gw paksa datang untuk menemani (rumahnya deket!) dan dia menemani laptopku lalu menemukan beberapa data Nielsen yang kayaknya berguna untuk TKA. Oh iya Dechu juga bawain komik-komik (Ternyata Keroro lucu banget ya). Makasih ya Dechu udah nemenin gw melewati saat pergantian siang ke malam. Gw paling ngerasa Magrib itu horor karena setan-setan lagi berlalu lalang. Dechu juga mengurangi rasa mual gw saat terpaksa mendengar sound effect Putri Yang Ditukar. Ai lap yu Decu.
Mightybangs dan Toraja. Duo maut ini mengagetkan gw karena mereka adalah penjenguk pertama (gw baru 1-2 jam berada di RS). Mereka memberi dukungan moral saat suster menyuntik antibiotik yang luar biasa nyeri auwooo. Tenkyu Tenji People!
Riju. Dia juga membantu gw melewati cobaan Putri Yang Ditukar dengan menyalakan laptopnya dan menonton How I Met Your Mother bersama-sama. Makasih juga angkaknye. Good luck skripsinye ya Sis.
Odah, Anggi. Geng Jawa Barat yang sangat perhatian mau hijrah dari kota lain untuk memberikanku donlotan baru. Rivanie, orang yang gw repotin dengan permintaan Sari Kurma. Ahaha gw emang gak modal Van, untung si Vanie nanya gw mau dibawain apaan. Ahay. W-Dachi. Tak terhingga deh rasa syukur gw karena orang yang satu ini jadi koordinator besuk. Sudah repot-repot menggeser pantatmu dari Kemang ke daerah Jatinegara yang bukan jajahanmu lalu direpotin dengan rikues beliin majalah, tengkyu Neng Dachi. Ada juga pasangan baru Della-Budi yang datang belakangan dengan resiko diusir satpam, mochinya enak Del! Ada juga Bang Mimar, dosen Jurnal yang paling suka ngambil gambar snapshot untuk ditag di facebook.
Belum lagi orang-orang jauh yang mengirimkan perhatiannya lewat sms (hai Maya di Korea!), tuiter, fb, telpon, etc. Asoooyyy dah gw berasa lagi ulang tahun. Ahem.
Itulah pengalamanku menghabiskan lima hari di rumah sakit, kejadian yang semoga hanya terjadi sekali seumur hidup!
Subscribe to:
Posts (Atom)