Dari hari Rabu gw udah belingsatan nyari-nyari temen buat nonton ini.
1. Rizu jalan sama anak FKG (it turns out she got free premiere ticket but aint watch it)
2. Bebek mau jalan sama pacarnya (ktanya gpp gw ikut tapi gw males jadi setan)
3.
Dachi ga suka Harpot
4. Aa gak bales sms
thank you loh my caring brother 5. Sister in law repot ngurusin anak
yang sembelit dan boker darah karena salah dikasi jenis pisang sehingga tidak bisa dicerna oleh bayi. Duh kasian amat sih kamu Vai. 6. Teteh lagi pergi haji dan di Arab dan susah juga kalo diajak
7. Tante mau sih tapi gw gak enak karena dia pasti repot ngurusin tiga anak.
8. Lescha gak mau kalo nontonnya gak di hari pertama
9. Dechu prefer INAFFF or yang laen yang gratis dan lebi murah (gw ngajak wiken blitz yang emang mahal)
10. Ada lagi? Gw lupa deh pokoknya banyak..
Duarrrr... Petir menyambar hatiku yang kesepian di rumah sendirian.
Ya udah. Gw putuskan untuk nonton sendiri aja di Tamini Square. Deket dan murah.
Tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba...hari Jumat
Tante Poni kan kerumah gw.. Gw deg-degan saat mengajaknya nonton. Takut udah ada janji sama Mr. Toraja. Kan gw susah juga kalo mo ngikut mereka nonton ke Teraskota. Masa harus ke luar kota sih? Piss ah.
Eh tante poni mau diajak nonton!
Tapi, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Pertanyaannya adalah: Emang bakalan dapet tiket?
Demi mendapatkan jawaban pasti, gw menelpon si
Lescha Pecinta Bieber-Gaga-Spore-dan Harry Potter.
Lescha ini adalah orang yang menganggap bahwa menonton Harry Potter tidak di hari pertama = Dosa besar. Sama dosanya ketika gw udah donlot Arashi dan gak ditonton. Neraka Jahanam. Kami memang unik. Tapi intinya adalah, Lescha ngantre tiket dari pukul 10.30 dan baru nonton sekitar pukul 14.00.
Cekidot website 21: di bioskop TAMINI belum ada Harry Potter. Kurang alay apa lagi?
Yaudah mo ke Citos aja deh. Tapi.. naek apa ya ke Citos dari rumah gw. Metromini. Gak masalah sih tapi... males aja sore-sore berdesak-desakan dan belum tentu dapet tiket. Tante Poni sih gak masalah diajak bersusah-susah ria.
Keputusan: males nonton hari ini. Kapan-kapan aja.
Sabtu: Bikin transkrip wawancara. Chatting sama si Genit Mira. Tadinya mau menyerbu Margo City aja atau midnight Citos sebagai sesama orang kesepian. Gagal karena transkrip belum selesai padahal deadline menanti.
Minggu: Masih bikin transkrip wawancara. Berencana ke Citos sendirian dan kirim sms ke orang-orang untuk melihat daya impulsif mereka. Gagal lagi karena transkrip baru selesai malam dan hari senin gw harus ke kampus dari pagi.
Lescha saved my life. Dia mau diajak nonton (untuk ketiga kalinya) di Citos hari Senin. Thank You Bekasi Girl~ *smooch*
Review Harry Potter bisa dibaca langsung di blog beliau. Berhubung gw udah lama banget gak baca HP, jadi agak lost sama ceritanya. Mikir "emang gitu ya? emang ada di buku ya?". Beruntunglah orang sebelah gw itu kamus berjalan Harry Potter. Dengan bangga dia bilang, "Ask me anything about Harry Potter. I know the answer."
Oke deh lei.
Beberapa hal yang gw suka adalah ketika Harry dan Ron belum cukuran dan tumbuh jenggot-jenggot. Awwww. LOL.
Oiya dan kostum Hermione sangat keren. Terlalu keren untuk ukuran pelarian penuh frustasi menghindari penyihir jahat. Lescha sangat yakin itu konspirasi dari sponsor baju.
Kursi 21 Citos kok jadi bunyi krenyit-krenyit kayak udah mo copot ya? Hmm. Dan ibu-ibu di sebelah gw berisik banget karena dia GAK BACA HARRY POTTER dan GAK NGERTI CERITANYA dan MENGELUH NGANTUK dan NANYA-NANYA TENTANG SEMUA ke orang sebelahnya yang juga berisik. Masa Dumbledore disebut dia KAKEK-KAKEK?
Lain kali kalo gak tahu Harpot ga usah nonton deh. Kalopun nonton diem aja nanyanya pas uda di luar bioskop. Ganggu bener!
Gw harus nonton ulang di Tamini.
Back to the story:
Pulangnya terjebak macet DUA JAM. Lescha bersumpah gak akan ke Citos lagi. Aww let's see Lei. I'm gonna drag you there someday when your mother get another free vouchers.
Advice:
Jangan naik metromini 509 atau 510 dari Citos ke Kp. Rambutan pukul 17.30 pada hari Senin.
Macetnya cukup lama untuk bisa ngelahirin anak.
Naek aja metromini 76 di pinggir jalan tol (walau isinya memang seperti biji cendol kalengan) atau taksi aja. Mahal, tapi cepat dan nyaman.
*******************************************
Next story:
Donda VS MBRC
Di Miriam Budiarjo Resource Center *bener ga tuh*, Perpustakaan FISIP UI, ada satu pojokan bernama American Corner. Belakangan, pojokan itu dipanggil dengan nama Karpet Ijo MBRC. Ya, simpelnya karena disitu karpet dan sofanya berwarna hijau. Ada televisi gede banget disitu, tapi gw gak tau apa fungsinya selain untuk nonton gosip. Antena tivinya pun kadang tidak berfungsi. Alhasil gambarnya banyak yang disemutin. Channel yang paling bagus ya sinetron atau gosip. I wonder can we use it for nobar Arashi?
Lanjut. Area itu paling nyaman di MBRC untuk bercengkrama dan mengerjakan tugas. Mengapa? Simpel. Karena ada karpet. Orang Indonesia lebih suka duduk selonjoran dan tidur ayam di karpet ketimbang duduk di kursi. Dengan aura selonjoran, orang-orang cenderung mengobrol. Dengan mengobrol, suasana menjadi berisik. Jika digabung: Perpustakaan menjadi berisik.
Bapak dan ibu petugas MBRC sering mengeluarkan teguran berupa *Ssssstttt* untuk mendiamkan mulut-mulut bawel. Tapi kemarin berbeda. Suatu sejarah baru dalam MBRC.
*bletak*. Bunyi benda jatuh. Orang-orang tidak terlalu ngeh karena dikira ada yang jatuh.
Ini kampus apa pasar sih?
Terdengar suara orang mengomel. Gw menengok ke sumber suara. Olala. Ternyata seorang petugas berseragam biru (petugas MBRC) yang wajahnya tidak familier melempar tutup tempat sampah ke lantai untuk mendiamkan suasana.
Tapi harap diingat:
1. Tutup tempat sampah terbuat dari plastik dan berukuran kecil = tidak mengeluarkan suara keras = orang-orang tidak kaget = orang-orang tidak diam
2. Tidak ada peringatan. Tiba-tiba saja tutup tempat sampah melayang. Andai sang petugas berteriak "DIAAAAAM!" lalu melempar tutup tempat sampah, tentu keadaan menjadi hening.
Si Petugas berseragam biru memandangi orang-orang di karpet ijo dengan pandangan kesal. Orang-orang di karpet ijo sebodo amat sambil berkata "Kenapa sih mas-mas itu? Aneh banget. Bapak-ibu petugas yang resmi dan asli aja ga kenapa-napa. Kenapa dia tau-tau marah?".
Sekelompok anak cowo 2008 di sebelah gw mengompori,
"Yuk, kita makin berisik aja yuk."
Dengan keberanian massal, kami semua tertawa sinis dengan volume yang kencang. Huahahaha. Huahahaha. Huahahaa.
Drama berlanjut semakin seru.
"Tiiiiiiiiit." Bunyi benda elektronik dimatikan. You know what? Si mas-mas berseragam biru matiin AC di karpet ijo. Asumsi gw adalah dia dendam karena dicuekin dan seenaknya matiin AC. FYI di MBRC gak ada udara jendela terbuka. Sumpek. Panas.
Seseorang di karpet ijo bilang, "Biarin aja. Kalo panas kan makin berisik."
Yaudah. Makin berisik. Si Mas biru teriak lagi.
"Berisik banget sih!"
suasana hening. Tiba-tiba sang Pahlawan Cendana dari Batak, Nyonya Donda Situmeang muncul (suaranya).
"Mas juga berisik!"
hening lagi.
Gw lupa kata-katanya tapi intinya dalam keheningan itu hampir seluruh penghuni MBRC mendengar argumen Donda-Petugas berseragam biru. Dengan keberanian dan kenyolotan Batak, Mas berseragam biru diam saja saat Donda membalas semua kata-katanya. Gw cuma takut Donda dikeroyok geng Office Boy. Alhamdulillah Donda tidak diapa-apain. Setelah itu.. MBRC berisik lagi.... ROFL.
Selama beberapa waktu si mas berseragam biru
just stared at us continuously with angry look but noone cared. Sayangnya gw harus meninggalkan MBRC (
he glared at me too when i passed him) dan tidak tahu akhir kelanjutan Drama MBRC.