Yeaaay.. hari ini anak rumah tangga bebas tugas dari beberes rumah! Dari pagi hingga petang bercengkrama dengan kota Jakarta demi masa depan cemerlang. Tsahhhh. Sorenya hang out di...Tamini Square! Maklum orang pinggiran. Kalo mau sok-sok gaya nongkrong di PIM ato Senayan rada susah pulangnya ya. Bisa-bisa depresi di usia dini.
Nah, setelah bersenang-senang anak rumah tangga kembali menunaikan tugasnya, yaitu menyiapkan bahan masakan. Karena sering dikecewakan stok di warung yang tak lengkap, maka anak rumah tangga menyambangi supermarket untuk.... berbelanja ikan. Udah siap sedia banget disapa dengan sebutan 'ibu' oleh para petugas di bagian ikan-ikanan. Dengan level memasak super beginner, anak rumah tangga sementara ini hanya bisa menggoreng ikan. Nah, salah satu ikan yang nikmat untuk digoreng kering adalah ikan selar. Anak rumah tangga baru berkenalan dengan ikan ini beberapa bulan lalu saat dibawa majikan ke supermarket jumbo. Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata anak rumah tangga telah mencicipi ikan selar semenjak mencicipi (baca: meminta-minta) bekal Riju sejak SMA. Uwahhh, rindunya pada ikan selar bumbu balado ala Sumatera!
Dengan bantuan dari Tisha, yang handal soal musik tapi sama tidak berkutiknya tentang dunia perdapuran, kami memilih-milih ikan. Barusan ikannya sangaaaat imut bentuknya. Perbandingannya begini, ikan yang biasa disajikan di rumah Riju adalah versi dewasa. Yang tadi dibeli adalah ikan yang baru lulus SD. Kecil! Saking entengnya, enam ekor ikan hanya berharga tiga rebu perak!
Setelah itu target beralih ke gundukan cumi basah. Anak rumah tangga sudah punya rencana menu di dalam pikirannya (cumi cabe hijau), namun ia belum terlalu mengerti cara membersihkan cumi yang baik dan benar. Saran brilian dari Tisha adalah:
'Cari aja tutorialnya di youtube. Gw aja belajar pake eyeliner dari tutorial youtube, masa nyuci cumi ga ada tutorialnya di youtube?'
Tetapi setelah saya mencari ke sana ke mari tidak ada tuh tutorial membersihkan cumi di youtube.
Fokus ah. Oiya, kemarin anak rumah tangga hampir pingsan di dapur karena melihat gundukan hitam-hitam menjijikkan yang ternyata merupakan jenazah dari bumbu dapur semacam jahe, lengkuas dan sebangsanya. Nampaknya gundukan itu telah berumur panjang, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Udah jadi mumi saking gak pernah dipakai. Maklum, sang majikan lebih sering bergaul di sekitar mesin jahit daripada kompor. Selain itu, sebenarnya perlu lengkuas untuk membuat cumi cabe hijau. Oh tetapi, anak rumah tangga LUPA lengkuas itu yang seperti apa. Kalo digugling sih bisa dibayangin ya, tapi penampakan lengkuas yang ada di dapur itu jauh dari aslinya. Namanya juga sudah mumi. Jadi terpaksa dibuang dan harus beli lagi. Tadinya mau beli di warung saja, namun anak rumah tangga khawatir akan diremehkan bila muncul percakapan seperti ini:
'Bang, beli lengkuas.'
'Itu mbak pilih aja.' *nunjuk gundukan rempah-rempah di meja warung*
'.....' *mati gaya* '....lengkuas yang mana ya mas?'
'...............................yang ini mbak.'
Warung pun hening, seluruh ibu rumah tangga dan para pembantu yang sedang berbelanja akan melirik dengan pandangan yang menusuk.
ITU adalah skenario terburuk yang gw bayangkan.
Lalu, gw bertanya pada si bos besar, apakah beliau tahu mana penampakan lengkuas. Si bos hanya nyengir tanda menyerah.
Satu-satunya jalan agar tidak merusak harga diri akibat kurangnya pengetahuan tentang lengkuas adalah membelinya di supermarket. Jelas, ada label di setiap barang.
Berkat display cantik di supermarket, kini anak rumah tangga bisa mengenali lengkuas. Salam kenal!
Menurut pakar ekonomi, orang yang penghasilannya sedikit lebih baik berbelanja di warung saja. Mengapa? Karena di warung kita bisa menahan diri, berbelanja secukupnya. Kalau di supermarket? Wah.. kalap. Maka dari itu, anak rumah tangga membatasi belanja di supermarket hanya untuk barang yang memang tak ada di warung.
Pulang, di angkot sudah ada berderet ibu-ibu yang juga membawa kantong belanjaan. Somehow anak rumah tangga merasa powerful.
Kalo gw gak nenteng-nenteng keresek, ente gak akan bisa makan! Nyeh! Padahal setelah dua hari yang lalu debut memasak sendiri tumis pare dengan ikan teri medan, makanannya gak laku!
Begitulah perjuangan anak rumah tangga hari ini. Esok ku akan berdoa agar bisa membersihkan cumi-cumi dan ikan selar dengan sempurna sehingga tidak ada orang yang akan keracunan. Amin.
Dan anak rumah tangga kini sangat rindu pada majikan. Nyonya...cepet pulang... saya bingung ngurusin orang yang bayar jahitan...
Ngomong-ngomong kemarin gw sengaja membuat kericuhan di Oman dengan menyuruh si teteh segera OL ym. Ceritanya sih ada sesuatu yang gak bisa gw
handle sendirian, dia segera menelpon dan mengecek situasi. Long story short, demi memotivasi gw untuk bisa tegar menjadi anak rumah tangga sampai majikan pulang, dia menawarkan mau oleh-oleh apa (dengan intonasi rada malas-malasan).
(Komandan)
Mau dibawain apa lu?
(Anak Rumah Tangga)
Huh, gak usah. Gw lagi gak pengen apa-apa.
(K)
Ntar kalo mau sekalian dititipin ke mamah.
(ART)
Huh, gak usah *sok gak mau*
. Gw lagi gak pengen....eh, gw pengen harddisk eksternal boleh ga? Mahal tapi. Sejuta gitu.
(K)
Yaudah lo kasitau aja mau model yang mana.. Tapi isinya jangan film doang! Apa kek gitu yang bermanfaat, biar gw yang ngasih juga dapet pahala gitu.
(ART)
*berpikir keras* okelah tambah film arab aja kalo gitu.
Komandan pun hening...
I don't always ask for something, but when I do it's always expensive
Tapi rada gak enak juga sih minta beliin ini itu.
Walo kata majikan sih wajar kalau adik minta sesuatu sama kakaknya, minta aja yang banyak, Neng!. Pengennya juga beli sendiri hasil menjual lemak jenuh yang berlebihan di seluruh tubuh. Tolonglah para ilmuwan, buatlah teknologi baru pil berisi lemak yang bisa dikonsumsi orang-orang yang tak bisa gemuk. Lemak saya bisa dijual mahal seperti daging sapi wagyu.
Ih, ini sindrom menuju lulus dari fase remaja (akhir) deh, udah mulai mikirin enak gak enak sama orang. Biasanya kan oportunis lanjut teruuuuuuus.
Besok harus sukses bereksperimen memasak cumi-cumi~