Saturday, October 29, 2011

Tiga Orang Sehari

Tidak mudah mencapai banyak tempat di Jakarta dalam waktu sehari. Musuh utama terbesar adalah kemacetan dan angkutan umum yang sistem kerjanya hanya bisa diketahui oleh Tuhan dan supirnya.

Jumat. Hari sial untuk pengguna jalan raya Jakarta. Macetnya lebih maksimal di hari itu. Tantangan hari Jumat minggu ini bagi gw adalah menyambangi tiga urusan.
  1.   Nemenin Anggi beli kain tile
  2.  Ambil hadiah bareng Tisha
  3.  Nonton Simfoni Kanak-Kanak bareng Lescha
·         
Rute:

Rumah - Blok M - Mayestik - Blok M- (Ampera) - Kemang - Duren Tiga - Kuningan

Sebenarnya sih semua berdekatan dan bisa ditempuh dalam waktu sebentar... kalau jalanan kosong melompong.

Urusan nomor satu: Berburu Kain di Mayestik
Nona Anggi berburu kain

TransJakarta Tamini - Blok M pukul 10 pagi penuh. Sesampainya di terminal Blok M, meneruskan perjalanan dengan Metromini 69 ke Mayestik. Salut untuk Anggi, anak gaul Bogor, yang lebih tahu jalan ke Mayestik. Kami kembali lagi ke Blok M.

Anggi pulang ke Bogor, gw melanjutkan pertemuan dengan Tisha di Blok M.

Urusan nomor dua: Ambil Hadiah di Kemang
Masih bisa tersenyum di Blok M karena belum tahu apa yang akan terjadi

Petunjuk mengatakan untuk naik kopaja 605A. Dasar kami tidak teliti, malah naik kopaja 605. Drama dimulai:

Hujan rintik-rintik dan mesin kopaja ngambek. Mogok di depan Pasaraya. Kasihan supirnya, dia tampil solo hari itu. Tak ada kenek. Para penumpang laki-laki (cuma sedikit!) diminta untuk membantu mendorong kopaja biar jalan lagi. Setelah menuai orkestra klakson karena bikin macet, mesin kopaja bisa nyala lagi. Baru aja jalan sebentar, sudah bertemu dengan pemalak Jaka Sembung yang nyari duit halal (katanya, daripada mereka ngebunuh orang mendingan minta-minta). Kalo Dachi bisa menaklukkan mereka, kayanya di masa depan gw mau ajak dachi jadi agen pemalak. Nanti duit hasil ngemis-tapi-maksa disetorin ke kita deh.

Dua jam habis percuma di tengah barisan mobil-mobil mentereng dan kopaja lusuh di jalan sempit daerah Kemang. Beneran deh, orang Kemang gak ada yang stres gitu dengan keadaan jalanannya? Udah jalan kecil, eh banyak banget area pertokoan dan kantor-kantor. Gila banget jalanan udah kaya tempat parkir. Mobilnya berhenti. Kalau belum ada angkutan umum yang manusiawi ke arah Kemang (bis atau angkot AC), gw ogah banget kesana kalo gak terpaksa.

Tak terasa sudah jalan Ampera, padahal patokannya itu Dim Sum Festival Kemang. Sebelum terbawa ke Kampung Rambutan (dan memilih pulang), kami segera pindah kopaja yang benar. Kepala mulai sakit karena sudah lama tak menghirup gas polutan dalam porsi jumbo.

Alhamdulillah, gw dan Tisha sampai juga ke tujuan. Tisha mendapat haknya, mp3 player. Daku harus puas dengan CD ori artis Korea yang gw gak kenal.
Butuh perjuangan keras untuk bisa sampai kesana

Mengingat seluk beluk kemacetan barusan, Tisha memutuskan untuk pulang dengan TransJakarta. Kami naik bajaj ke shelter busway Duren Tiga.
Berkelana sampai ke Mampang Prapatan
Transit di Kuningan Timur. Tisha pulang. Gw melanjutkan sisa urusan.

Urusan nomor tiga: Nonton Simfoni Anak di Kuningan
Antrian mobil di lampu merah dari jembatan Kuningan
Saat itu pukul 16.30 WIB. 2,5 jam sebelumnya, gw mengabari Lescha bahwa sepertinya tak akan cukup waktu untuk bertemu selain langsung di Erasmus Huis. Mengingat janjian masih sekitar 4 jam kemudian, gw terdengar rebek banget. Prediksi dan langkah gw ternyata tepat. Kalo dipaksain pergi ke Plasa Semanggi dulu, ada kemungkinan gw muntah di jalan. Literally. 

Salah banget gw gak bawa jaket. Lemak tebal tak melindungi badan dari angin dingin dan rintik hujan.
Bunga basah kuyup di taman Erasmus Huis
Lei datang membawa kebahagiaan berupa mochi.
Mochi isi strawberry. Oleh-oleh dari ibunda Lescha


Sambil menunggu konser dimulai, lihat-lihat pameran songket di aula Erasmus.
 

Kali ini duduk di auditorium sebagai penonton, bukan volunteer :)
Simfoni Kanak-Kanak sangat menarik. Musik-musiknya membuat gw membayangkan soundtrack buku cerita. Ada yang bernuansa ceria, misterius, dan kelam. Berbagai kolaborasi alat musik tampil. Piano-Flute, Piano-Biola, Piano dengan dua pemain (4 hands, 16 fingers), dan orkestra. Favorit gw adalah permainan Flute dan Piano. Terbayang liat adegan film kartun di tengah ilalang sambil mengejar kupu-kupu dengan latar belakang langit biru dan pelangi. Kebayang?

Akhirnya pulang sebelum permainan berakhir karena badan udah gak bisa kompromi (dan lei bosen). Sepanjang perjalanan pulang (untungnya naik taksi –gratis-) gw menahan diri untuk tidak muntah. Sesampainya di rumah, begitu menyentuh kasur, mual agak mereda. Bangun tidur kepala masih sakit. Langsung kalap minum banyak obat :(

Menyelesaikan tiga urusan di Jakarta dalam satu hari cukup sulit bila tergantung pada angkutan umum yang penuh racun polusi dan kondisi badan yang kurang fit. Dari hari Kamis memang gw udah rada lemes sampe tersenyum pun rasanya menguras energi.

Wednesday, October 26, 2011

Quality Time wif Tante

Aku melintah lagi di rumah tante~ Niatnya sih jadi tutor matematika sepupu, in the end malah jadi tutor Harry Potter (Ludo Bagman jahat gak sih? Darah lumpur itu kaya gimana? Harmoni tuh darah lumpur? Aku takut deh malem-malem inget Voldemort. Blablabla). Jadi gak enak nih sama si Om, anaknya mau ujian malah baca Harry Potter melulu gara-gara gw racunin. Ehem. Yaudah lah ya daripada baca komik serial cantik, ntar gedenya kaya gw muahahaha.

Seperti biasa, gw dan tante tiap malam membuka sesi obrolan hangat. Biasanya sih gak jauh seputar masa depan (baca: laki). Kali ini naik tingkat, ditanyain kriteria garis besar mau suami kaya gimana. Bingung lah saya, kalo bilang:

1. Penyanyi
2. Penyiar
3. Rapper
4. Aktor
5. Idol
6. Dari keluarga terpandang
7. Namanya Sakurai Sho

kan susah ya cari kriteria di atas.
Nyehehe. Tapi bener lho kalo Sho itu islam dan gak merokok dan menaati aturan agama. Beriman dan Bertakwa. Uwow banget gw siap mengguncang dunia dengan headline seru:

Idol Become Mualaf, Married with Fans.


Iya, gak usah nepuk bahu gw dengan tatapan mata 'kasian banget sih lo, Nien. Lebih patut dikasihani daripada anak-anak SMP yang jejeritan liat semes'. I am kidding, yo!

Kriteria suami? Yang penting bisa mendukung hobi dan karir gw sebagai himono onna. Tante pun hanya menggelengkan kepala. Syukur-syukur kalo suami gw kelak bisa dan mau membiayai perjalanan istrinya menuju konser idaman di Tokyo Dome *latihan ngipas pake uchiwa Sho*.

Yah, pokoknya belum kepikiran deh gimana ini bentuk-bentuk idaman suami. Hati aja masih sebeku bunga es. Terus jadi bergocip kisah emak sama bapak. Kisah percintaan mami papi masih jadi misteri karena mereka jarang cerita. Yang gw tau cuma mereka pernah kencan nonton konser BIMBO dengan transportasi becak. Oh yeah, gaul ya anak pinggiran Bandung. Tampaknya dulu bapak gw langsung to the point ngedatengin kakek-nenek dan melamar ibunda sebelum resmi pacaran tunangan :O Besok mau gw cengin ah.

Tapi obrolan malam ini gak sekedar ngegosipin kisah cinta lama orang tua, om, dan tante. Kali ini bergeser soal... agama. Suitsuiwww.. Jadi ngomongin aliran-aliran gitu. Pencarian identitas agama. Masa-masa hausnya siraman rohani. De el el. Jadi bersyukur gw tumbuh jadi anak yang baik-baik saja, gak terseret yang aneh-aneh gitu karena sebenarnya kesempatan untuk terbawa arus sesat itu banyak sekali.

Dulu si tante waktu jadi MABA di Bandung pernah dikejar utusan dari salah satu aliran gak bener. Nangkring di kosan maksa berdebat soal agama. Si tante berbohong akan minta orangtua untuk transfer duit. Kata utusan itu: 'kalau kamu bohong, darahmu halal'. Meeen, diancem ampe dibunuh! Tante pun kabur ke kosan orang dan pulang ke Tasik seminggu. Alhamdulillah gak dikejar-kejar lagi. Tapi gw baru tau temen-temen dia banyak yang 'ilang' setelah masup aliran itu. Sereeeeem. Entah ilang kemana. Ini rada elit lah ya, niat rekrut pake kedok debat agama. Lah temen gw hampir direkrut dengan kedok, 'mau gw kenalin sama cowo-cowo cakep ga?'. That was super lameeee! Dan temen gw kena, tapi gak terjerumus. Gila banget emang cara rekrut pun disesuaikan dengan jaman ya :))

Waspada memang perlu. Dulu saking waspada, ada orang yang (dicurigai) pedekate, malah gw sangka mau menjerumuskan ke aliran sesat. ROFL. Kebayang waktu gw gemeteran abis-abisan saat baru pertama kali bertemu setelah 10 tahun tak jumpa. Ya coba aja gimana gw gak curiga, baru ketemu lagi udah minta nomor hape, ngajak jalan, dan mau ke rumah (yang gw tolak semua). Inget mukanya juga nggak. Ngeri lah, udah berzikir dan berdoa dalam hati sambil mencoba meloloskan diri. Eh ternyata kayanya dia lagi nyari calon istri karena beberapa saat kemudian ada kabar dia menikah. Muhahahaha. Gokil juga ya kekhawatiran gw.

Begitulah. Kata Nabi, setelah beliau meninggal, islam akan terpecah jadi 73 aliran ya... hanya satu aliran yang akan masuk surga. Yaitu yang menerapkan Quran dan Hadits... masalahnya sekarang semua aliran juga ngakunya gitu...

Nyem. Kalo ngomongin agama gw juga masih labil nih. Masih mencari-cari mana yang benar, mana yang salah. Beda tempat ngaji beda juga kan 'genre'nya. Ada yang saklek menerapkan hukum islam jaman nabi (misalnya musik haram) ada juga yang rada santai. Kajian Hadits dan Quran memang beragam yah. Fiuh~
Di satu keluarga alirannya juga macem-macem nih. Ada yang kenceng banget, ada yang loose banget, ada juga yang biasa-biasa aja, ada juga yang tergabung ke kelompok yang dibilang orang sesat.

Gw yang masih labil pun meminta jawaban pada si tante yang lebih paham agama. Terus, yang bener harus ikut aliran tertentu? Apa biasa aja? Kalo ikut aliran, yang mana yang benar?

Kata tante,
Itu kan keyakinan, tiap orang kan beda-beda. Istilahnya, aliran atau keyakinan itu kendaraan kita. Ujungnya sih sama. Tujuannya sama. Pokoknya sesuai Quran dan Hadits!

Masih harus belajar banyak! *kibas mukena dengan penuh gaya*
Ngomong-ngomong, di sini lagi ada peraturan gak boleh nonton TV sebelom salah satu sepupu gw ada peningkatan belajar. Seru juga sekeluarga ngumpul dan ngobrol ngalor ngidul buat ngabisin waktu.

Dakocan

Dakocan hanya mengingatkan gw pada judul lagu anak-anak yang ngetop dahulu. Bentuknya seperti apa? Entah.

Credit from http://tokyoscum.blogspot.com/2011/04/banned-in-name-of-good-taste.html
Terrrrnyata, Dakocan itu sebutan bahasa Indonesia dari Dakko-chan. Sebuah boneka yang terkenal di Jepang era 1960an. Dakko-chan berbentuk boneka hitam yang tangannya membentuk pose memeluk (kaya koala meluk pohon). Dakko = peluk. Di era ngetopnya, orang-orang lalu lalang dengan boneka Dakko-chan nempel di lengannya.

Sempat ada kontroversi tentang bentuk Dakocan yang berwarna hitam, bibir tebal, rambut keriting yang dianggap rasis. Makanya dibuat versi baru yang berwarna-warni.

Kepopuleran Dakko-chan turut merambah Indonesia. Makanya sampe dibikinin lagu anak-anak. Pantesan gw gak tau dakocan kaya gimana, soalnya gw anak gaul 90an. Maenannya sama boneka Susan yang selalu memberikan tekanan sosial (CITA-CITA LO MAU JADI APA, HAH?).

Tuesday, October 25, 2011

Review: Love Exposure





 

Iseng melihat film di folder 'Sion Sono', judul Love Exposure tidak terkesan sebagai film sakit jiwa yang penuh darah (contoh film sakit jiwa om Sion Sono adalah Suicide Club). Tak ada ekspektasi apa-apa, gw skimming lah 30 menit awal. Kok lucu ya? Baiklah, mulai dari awal.

CD 1 selesai. Durasinya 1,5 jam. Hmm, palingan CD 2 cuma 30 menit. Play. WHAT? CD 2 durasinya 2,5 jam!! Total durasi film ini EMPAT jam??????????? Film macam apa ini?

Tangan gatel pengen gugling tapi gw gak mau baca spoiler. Lanjutin teruuuus sampe abis. Dan ketika credit title akhirnya muncul, gw menghela nafas panjang. Bukan karena bosan, tapi karena emosi selama empat jam diaduk-aduk bagai adonan donat. 

Kira-kira begini. Naik mobil di jalanan mulus, tiba-tiba jalanan penuh batu kerikil, tanjakan tajam, tikungan sana-sini, dan lo ingin berteriak "MAU DIBAWA KEMANA, GW?". Di depan tidak ada pemandangan apa-apa. Gak ada papan penunjuk. Tiba-tiba di hadapan lo terbentang jurang. Jatuh.

Di bawah ini mungkin spoiler, mungkin nggak.

Yu (Takahiro Nishijima) hidup di keluarga penganut kristen taat. Saat ibunya meninggal, ayahnya, Tetsu, menjadi pendeta. Seorang perempuan lain, Kaori, datang dan menjadi kekasih ayahnya. Mereka berdua diam-diam menjalin hubungan sampai Kaori bosan dan meninggalkan Tetsu. Depresi, Tetsu memaksa Yu mengaku dosa setiap hari. Yu yang sebenarnya anak baik-baik terpaksa melakukan tindakan tak terpuji agar bisa mengaku dosa pada ayahnya. Yu pun berguru pada master panties-hentai bagaimana mengambil foto celana dalam wanita secara profesional.

Sampai bagian ini, filmnya lucu sekaligus rada ecchi. Backsound pun mendukung, musik-musik bernuansa ceria mengalun menghiasi scene-scene konyol saat Yu tersenyum puas setelah berbuat buruk demi menyenangkan hati ayahnya (dia dimarahin kalo bilang 'I don't do sinful thing today').

Dari luar, Yu terlihat seperti pervert master, tapi sebenarnya motivasinya melakukan itu hanya karena ingin berbuat dosa. Bukan karena pikirannya pervy. Yu tidak pernah bernafsu saat melihat foto celana dalam hasil jepretannya karena ia masih mencari siapa cintanya. Sampai ia bertemu dengan Yoko (Hikari Matsushima). Sayangnya Yoko membenci semua lelaki (kecuali Kurt Cobain dan Yesus) karena trauma masa kecil disiksa oleh ayahnya. Konflik dimulai saat seorang remaja psikopat manipulatif, Aya Koike, mulai menghancurkan kehidupan mereka. Tujuannya adalah menggiring keluarga Yu ke sekte sesat milik Koike. 

Saat nonton CD 1 gw udah pede mengkategorikan film ini komedi. Begitu masuk CD 2... salah besar. Gw ketawa, frustasi, takut, jijik, terpesona, sekaligus nangis. Empat jam tidak terasa membosankan karena alur filmnya cukup cepat. 

Kata kunci untuk tema yang muncul film ini adalah:

Keluarga. Agama (kristen). Sekte. Cinta. Pervert. Child abused. Psikopat. Realitas yang relatif. Manipulasi. Panties. Lesbian.

Walau bukan film horror, gw tetep deg-degan nontonnya. Menanti apa adegan yang akan disuguhkan. Sebenarnya cerita ini mengarah KEMANA? mau dibaaawa kemanaa hubungan kitaaa
Awal menonton, gw ikut bersimpati dengan Yu (Takahiro Nishijima) yang menyayangi ayahnya sampai ia rela belajar jadi orang mesum. Mungkin gw kuat berlama-lama nonton pelem ini karena Takahiro Nishijima maniiiiiiis sekali. Gw lupa pernah liat dia dimana, ternyata dia anggota AAA. Aih, udah cakep pinter nyanyi pula. Hikari Matsushima memang aktris yang berbakat. Gw udah ngeliat peran dia yang berbeda-beda, jadi anak baik, guru tk, berandalan, dan semuanya bagus.

Si pemeran jahat Koike, Sakura Ando, bener-bener minta dipites. Jahatnya luaaaaaaaar biasa. Dapet aja ya cast yang matanya licik-nyolot-jahat-nyebelin-kurang-ajar kaya dia. Kalo bikin penonton emosi, berarti akting dia bagus ya? Ya, bagus aja sih, peran jahat dikasih ke orang yang mukanya emang rada psikopat. Koike ini juga korban kekerasan orang tua (ayahnya). (Warning: Super spoiler. And disgusting.) Makanya waktu ayahnya kena stroke dan kebetulan ereksi, bisa tebak apa yang bisa seorang psikopat lakukan? Ya. Dipatahin dan digunting. Putus.

Tapi buat gw, peran jahat terbaik jatuh ke tangan Fukuda Saki, di dorama LIFE. Cantik banget (lebih cakep dari pemeran utamanya) tapi jahat. Bukan jahat ala sinetron yang mengandalkan gerak otot wajah berlebihan. Fukuda Saki tetap tampil cantik dan baik hati walau jahat. It's scarier.

Love Exposure mengajak kita melihat satu cerita dari beberapa chapter dengan sudut pandang dan narasi dari orang yang berbeda. Empat jam yang luar biasa. Satu film yang gak bisa dikategoriin ke satu genre saja. Kemungkinan besar lo akan berkali-kali bergumam 'sakit jiwa' sambil menggeleng-geleng melihat karya Sion Sono ini. Gila emang ni orang, bisa aja kepikiran cerita aneh absurd kaya gini. Sakit jiwa...

Monday, October 24, 2011

Pisang Bakar

Pisang Bakar Keju Meses @ Sinar Garut AKA Bubur Mira
Buat orang lain, makanan ini biasa. Tapi, buat gw ada kenangan tak terlupakan di balik pisang bakar.

Flashback 1998

Alkisah, sewaktu kakak tertua kuliah di UI Depok, seringkali ia pulang kuliah membawa oleh-oleh untuk adiknya. Salah satunya adalah pisang bakar keju meses.
Itu adalah kali pertama gw makan pisang bakar, malam-malam, dalam keadaan lapar. YUMMY! Mungkin sebenernya rasanya biasa aja, tapi ya itu deh, faktor-faktor di atas yang membuat makanan ini spesial. Kakak gw aja kaget karena gw masih inget momen dia beliin pisang bakar.

Hal yang remeh buat seseorang bisa jadi hal penting buat orang lain (I can hear people say 'tsssahhh') Termasuk pisang bakar (I can hear people gubrak-ing).

Jadi, sampe sekarang, gw selalu :Q_ makan pisang bakar terutama di daerah Depok.

LAPERRR!!!

Sunday, October 23, 2011

Suicide Club + Noriko's Dinner Table

Saat merampok harta Pewe, dia memberikan ekstra satu folder film-film besutan Sion Sono. Siapa sih Sion Sono? Gw bingung. Kata Pewe, film-filmnya thriller gitu. Begitu liat judul Suicide Club, rasanya familier. Ternyata emang film lama, cuma gw belum pernah nonton.

Entah kenapa, gw lebih deg-degan nonton film yang kualitasnya CDRip dibanding DVDRip. Karena lebih jelek, filmnya keliatan lebih gelap, jadi lebih menegangkan. Apalagi nontonnya tengah malem pas perut lagi menggoda ingin mie rebus.

Tadinya mau nonton Suicide Club sambil ngemil makan mie, tapi mendadak gak laper plus takut males keluar kamar. Bayangin aja, pas perut berkerucuk liat adegan 54 siswi bunuh diri massal loncat ke rel saat kereta ekspres melintas. Crot, crot, crot. Merah, merah, merah. Darah, darah, darah. Perut pun menjadi kenyang.
Untuk ukuran jaman sekarang, efeknya udah keliatan rada jadul sih. Tapi tetep bikin gw terkadang mengernyit. Untung film cuma audio visual, gak ada efek bau-bau. Karena gak kebayang kalo gw bisa ikutan nyium anyirnya darah dan amisnya kulit manusia yang dijahit satu sama lain membentuk rol panjang.  Sampai akhir film masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Ternyata kuncinya ada di sekuel film ini, yaitu Noriko's Dinner Table.


Pesan moral dari film ini buat gw adalah: bersyukur punya agama dan tinggal di Indonesia, negara beragama. Suicide is a big deal.

Saturday, October 22, 2011

Me On Nederland's Stamps


Dari 2011-10-22


Click the beautiful lady to see more detail ;)

Trip TransJakarta

Dachi dan gw sepakat menghabiskan waktu luang dengan efektif: trip TransJakarta. Mengapa? Karena Jakarta ini begitu luas dan gw belom pernah menjajaki semua koridor.
Rute yang sudah hafal di luar kepala:
  • Koridor 9 (Pinang Ranti-Pluit). Pinang Ranti adalah terminal akhir yang terdekat dengan rumah. Pernah pula naik dari shelter ujung ke ujung sewaktu baru pulang dari Pulau Perak. Naik dari Pluit langsung ke Tamini Square. Siang-siang, kursi kosong, wusss wuss wusss. Jakarta seakan kembali ke 10 tahun lalu ketika tidak ada kemacetan parah. Bahagia!
  • Koridor 7 (Kp. Melayu- Kp. Rambutan) adalah langganan pulang ketika SMA. Waktu itu TransJakarta masih baru, jadi bisnya pun masih lumayan nyaman. Cuma kelakuan orang-orang yang ngantri aja masih barbarian. Di shelter Kp. Melayu gw sudah menyaksikan beberapa kecelakaan. Dari orang yang pusing dan muntah karena terhimpit antrian Barbarian (bisnya datengnya lama banget!), kakinya berdarah karena kejepit pintu otomatis, sampe calon penumpang hampir jotos-jotosan dengan petugas karena si penumpang emosi bisnya tak kunjung datang padahal sudah menjelang pukul 10 malam. Beruntung sekarang sudah ada rute PGC-Ancol, jadinya gw bisa ke Gramedia Matraman/ Rumah Riju tanpa harus transit di Kp. Melayu.
Sisa koridor sudah lumayan terjamah sih. Tapi jarang yang sudah dilalui dari shelter awal-akhir. Rasa penasaran ini dimulai saat harus ketemu temen di Utan Kayu + ada kartu pos yang belum dikirim. Gw pun mencoba rute Tamini-UKI(transit naik ke arah Tj.Priok)-Utan Kayu (berhenti sebentar ketemu temen)-Cempaka Mas-transit nyebrang koridor 3-Juanda-transit nunggu bis lain-Pasar Baru. Terharu deh nyobain koridor baru yang sama sekali tidak familier. Denyut adrenalin makin deras saat bis (seperti biasa) tidak optimal fasilitasnya. Gak ada pemberitahuan otomatis "Pemberhentian berikutnya, Halte blablabla". Wah kalo rusak begitu sih orang macem gw yang belom pernah naik bakal celingukan melulu mastiin posisi.

Nah, dari situ gw mengajak Dachi untuk trip TransJakarta ke koridor 3 (Kalideres - Harmoni) dan 8 (Harmoni - Lebak Bulus) dengan tujuan akhir makan Aneka Bubur di deket PIM. Gw sama sekali gak tau/belum pernah ke daerah Kalideres. Belum pernah juga ke Pondok Indah dari arah Grogol (biasanya langsung tol dari Jakarta Timur).

Kami janjian di Kuningan Barat, seperti film warkop, beberapa menit terbuang karena Dachi nunggu di Kuningan Timur dan gw di Kuningan Barat. Tetoooot. Kami melanjutkan perjalanan ke Grogol, lalu transit ke shelter Grogol 2 dan menunggu di barisan menuju Kalideres.

Baru tahu daerah Indosiar, pokoknya Jakarta Barat, banyak juga pemukiman kumuh. Yang pasti sungai-sungai beraroma maut terbentang di hadapan *tutup idung*. Menganggap diri sebagai turis (dari pinggiran Jakarta Timur) gw berfoto-foto. Tiba di terminal Kalideres (shelter ujung) pas tengah hari. Lunch!

Kami melanjutkan perjalanan ke arah sebaliknya dari Kalideres kembali ke Grogol (gak ada kerjaan ye). Dari Grogol kami pindah barisan ke arah antrian menuju Lebak Bulus. Sebenernya penasaran pengen tau dimana shelter Kebon Jeruk sekalian mo ngintip kaya gimana sih Kompas Gramedia, tapi ternyata kelewatan aja udah di Jalan Panjang. Emang sesuai namanya ya, itu jalan panjaaaaaaang banget. Kaya gini kronologinya:

  1. Nengok ke jalan, lihat plang Jl.Panjang
  2. Ngobrol sama Dachi
  3. Nengok ke jalan, masih lihat plang Jl. Panjang
  4. Ngobrol lagi sama Dachi
  5. Seperti nomor tiga
  6. Seperti nomor empat
  7. Seperti nomor tiga
  8. Seperti nomor empat
  9. Terus menerus seperti itu untuk beberapa waktu
Akhirnya kami sampai di Pondok Indah Mal. Butuh toilet untuk membersihkan kotoran hidung hasil kerjasama bulu hidung+polusi udara Jakarta. Daaaaan kejutan yang ada di PIM 1 adalah... ada kantor pos beneran! Terletak di lantai 1 ditunjukkan dengan papan 'Wartel dan Pos' (kira2 begitu), Kantor Pos Indonesia hadir dalam bentuk ruangan kaca kecil. Yang lebih keren lagi, mereka jual kartu pos! Jenisnya beda sama yang ada di Toko Buku, gambarnya lumayan lebih keren, dengan harga 4 ribu. Berhubung bokek jadinya cuma bisa ngeliatin doang. Lanjut ke tujuan akhir, Aneka Bubur!

Dachi memesan Naan pedas, gw memesan bubur spesial.
Ugh. Fix gw mungkin sulit bertahan hidup di India kalo bumbu makanannya kaya gini. Pedes bubuk cabe doang. Genre pedesnya beda sama sambel Bali/Sunda/padang. Beneran cuma cabe doang. Bikin terbatuk-batuk. Di sisi lain Dachi tampaknya sangat menikmati ya :D

Trip TransJakarta akan lebih menyenangkan bila tiket berlaku seharian. Jadi kalo udah keluar shelter masih bisa masuk gratis selama masih ada tiket hari itu. Hemat toh!

Sunday, October 16, 2011

Gantz: Perfect Answer

Gantz Perfect Answer.
Sekuel dari Gantz the Movie yang menawarkan cerita original. Terakhir kali gw baca komiknya sih belum tamat, sekarang udah tamat belum sih?

Soalnya, kalo emang mau ngikutin komiknya, gak cukup cuma 2 film. Harus berseri banyak yang Star Wars gitu soalnya ceritanya rumit banget. IMHO sih jadi banyak ngelantur kemana-mana, misterinya juga belum semua terjawab. Terus karena bosen -dan gak ada lagi yang  ngasih mangascan- jadi gw berhenti baca komiknya (Terakhir baca pas si Tae terbawa ke dunia raksasa buat jadi peliharaan).

Gimana filmnya?

Gw tak bisa menahan diri untuk gak tertawa tiap lihat Kurono Kei (Ninomiya Kazunari) sekarat atau terluka. Entah karena udah biasa liat dia tengil di dunia nyata, jadi lucu aja denger dia terengah-engah sok mau mati. Para fans Nino jangan bakar gw ya, I can tease him because I love him :D
Nino aktingnya bagus sih... tapi gw membayangkan adegan-adegan dia yang mo mati itu mungkin akan lebih bagus lagi kalo diperankan sama Ohno. Lebih riil gitu keliatannya. Nino jadi mirip sama perannya waktu jadi anak down sindrom di Door to Door. Bibir menyon-menyon sambil merintih-rintih. Pas dia lagi adegan nangis atau sedih pun kadang gw gak bisa menangkap kesedihan di matanya. Tampaknya gw sudah masuk ke fase fans-objektif nih. Sudah bisa mengkritik idolanya hihihiw~ 


Di sisi lain, akting Matsuyama Kenichi (Katou) lebih bagus dari Nino. Perbedaan Katou jahat dan Katou baik itu w-o-w gitu. Mungkin karena wajah Matsuken memang cocok sama peran misterius gitu ya... Adegan tiap dia sekarat atau terluka pun gak pake suara desahan berlebihan kaya si Nino. Mehehehe.

Yoshitaka Yuriko (Kojima Tae) cocok banget. Lemah tapi adorable. KURANG ADEGAN ROMANSSSS! >_<
I wonder betapa capeknya Nino kudu gendong Yuriko sambil lari-lari. Aiiiih jadi pengen digendong Nino (terus tulang punggungnya jadi retak).

Si bocah sengak bin tengil, dia juga teramat persis dengan komiknya (bedanya yang ini lebih ganteng). Aih, Dik. Cepatlah dewasa dan jadi aktor ternama

Mas-mas polisi ganteng nampaknya jadi pemanis. Gak terlalu banyak deh perannya.

Banyak hal-hal yang tetap jadi misteri. 5W 1H tentang Gantz tidak terjawab.

Endingnya? Is it really a perfect answer?

Well.. buat gw itu gak sempurna, tapi cukup adil. Dan sedikit sedih.
 Seseorang harus berkorban demi kebaikan umat manusia, eh?

Your Heart Isn't Mine But I'm Fine: Backstage 2011




Emak kemarin heran, kok gw keluar rumah sore-sore, mau pulang jam berapa? Anaknya ini emang biasa pulang tepat waktu. Kisaran waktu prime time TV. Sekalinya pulang malem.. ya.. pagi buta. Malem deh, tapi lewat tengah malem -_-;

Setelah tiga tahun berlalu akhirnya mendengar lagi hingar bingar acara Backstage RTC. Sekalian reuni (interval seminggu) sama para alumni :D


Sore-sore dihiasi lagu Ost. Naruto dari band Honey Beat. Yeaaahhh jadi kangen lomba karaoke lagu Jepang *lirik Riju*

Next, Karolina. Enak loh, beatles-an gitu.

Terusss... gw baru tahu si Idhaman sesama lelaki, jadi pengisi acara juga! Huahaha. Ketinggalan berita deh kalo dia jadi bassist Mind Deer. Terharu gitu melihat dia beranjak dewasa dan sudah manggung (kayanya dia menghindari kontak mata sama penonton karena banyak temen-temennya LOL. Padahal gw uda siap jejeritan manggil namanya). Tiba-tiba flashback masa lalu, waktu masih (sedikit) kurus, masa-masa bersama Idham, waktu ngebolang dari Puncak ke Depok jalan kaki + carter angkot + mampir Cimori + carter lagi + naik kereta. Aiiiih, masa muda *hapus air mata*

Lagu-lagu band Mind Deer enak didenger, bukan jedak jeduk yang bikin balita jadi rada tuli. Pake nuansa-nuansa xylophone gitu, CMIIW. Kalo penasaran sama lagunya, donlot aja langsung di situ.




Yang paling gw nikmati adalah penampilan dari Float. Aiiih.. Menyejukkan hati. Level permainannya tinggi benjet. Kedengeran jelas waktu gw nonton video rekaman dari kamera. *rewind, rewind, rewind*

Good job, kolega! Ditunggu Backstage berikutnya, please banget bikin yang versi mellow/jazz gitu dong :D

Wednesday, October 12, 2011

Selingkuh dari Nienju

I have an affair with Wordpress! *maaf buat kalian yang mengira gw selingkuh sama lelaki. Tidak baik itu, kawan. Saya sudah kapok selingkuh.

Here is my new postcard/letter/stamps blog! Khusus untuk menjembreng semua benda pos yang mampir ke rumah. Silakan klik tulisan di bawah inih.


Gw baru kenal nih sama Wordpress, masih kagok gitu edit sana-sini. Siapa yang udah pengalaman? Ajarin dooooong.

Monday, October 10, 2011

Katedral

Gereja Katedral, Jakarta Pusat
Sebagai warga negara Indonesia yang beraneka ragam (ras, agama, berat badan, tinggi badan, dll) gw penasaran ingin mengunjungi gereja. Ke pura udah pernah waktu di Bali. Ke kelenteng, udah pernah di Taman Mini Indonesia Indah. Tapi belom pernah liat isi gereja.

Hello Kitty Goes to Church
For the sake of curiousity, I ask Donda -pengunjung tetap Gereja Katedral- to be the tour guide. Kata Dachi sih boleh-boleh aja dikunjungi sama non kristen karena itu juga cagar budaya ya (?).

Donda's Favourite Spot
Keingintahuan tentang interior gereja mungkin ditimbulkan juga oleh banyaknya kartu pos bergambar gereja dari Eropa. Sekalian aja sambangi gereja tergaul di Jakarta (gw gak tau lagi yang lain), Katedral. Sekalian biar adil aja, gw udah mengunjungi Istiqlal, kenapa gak sekalian maen ke seberangnya?

Interior dalam Katedral

Mengunjungi Katedral lumayan membuat gw berasa di Eropa. Tapi udaranya gak mendukung, tropis banget! :p

Terima kasih Donce, sudah menemaniku. Kalau kamu mau main ke masjid, nanti gw temenin :)

Saturday, October 8, 2011

Manajerial Radioslave 2009

Radioslave

Bertemu para kolega mengingatkan gw pada masa-masa Radio ini menjadi rumah kedua :D
Radio yang penuh dengan mahasiswa Teknik Elektro tapi tidak pernah ada yang nyangkut. Soalnya uda pada ketauan busuk-busuknya LOL.

Namanya udah tuwir, jadi nostalgia (woy baru lulus padahal).

RTC adalah...
tempat gw jatuh cinta pada dunia broadcast
tempat gw belajar jadi penyiar, diajarin Bang Jay (RIP bang Jay) dan alumni lain
tempat gw belajar manajemen radio
tempat gw otodidak Adobe Audition
tempat gw kenal anak-anak banci tampil
tempat gw belajar Internet Download Manager
tempat gw belajar bahwa internet UI itu cepat
tempat gw menginap setelah siaran tengah malam
tempat gw ngenet berjamaah dari sore sampe pagi
tempat gw nginep saat (pertama dan terakhir kali) hang out sampe jam 4 pagi
tempat gw memaksa anak teknisi/General Manager nemenin nginep+donlot karena takut hantu/maling/orang jahat/orang gila di tengah malam
tempat laptop-laptop segampang itu dipinjam demi mengunduh
alasan mengapa selama sebulan pertama gw rela nyampe rumah jam 10 malam
alasan mengapa gw dan beberapa kolega jalan kaki 3 kilo di puncak
alasan mengapa gw sangat cinta pada pelajaran membuat feature radio
rumah kedua.

Pada dasarnya saat gw mulai siaran tengah malam, gw SERING banget (1-2 x seminggu) menghabiskan malam di RTC. My download peak time. Baru kenal Arashi soalnya. Ehm.

Senangnya usul gw untuk ketemuan tidak hanya berakhir di wacana saja. Makan siang di Mang Engking, hajarrr! Patungan didiskon khusus untuk para pengangguran. Jadi para kolega yang udah pada kerja terpaksa membayar lebih. Muahahaha! I Love You All!

Sesuai judul blog ini, gw hanya akan memasang foto bersama pria-pria tampan.
Yoga. Kepala gw adalah tempat strategis untuk dia mengistirahatkan tangannya. Bully alert.



Ketiak pun tak sampai. Yoga-Yudi. 2009.

Aa Yoga, kamu makin takep dan chubby! *digaplok ceweknya*. Lelaki ini punya saingan dalam tinggi badan, Yudi. Mereka membuat gw selalu merasa awet muda. Bahkan mereka gak bisa merangkul gw karena tinggiku tak sampai ketiak mereka. Ya ampyun.
Popo-Chan. Idola RTC.
Daaan... Popo-chan! Berhasil foto setelah jambak-jambakan melawan cewe-cewe RTC yang berniat sama. Popo menjadi rebutan foto bareng, dari pose biasa sampai manipulatif ('Po, pose kaya pacaran dooong sama gw!'). Kasian Popo. Dia lelah menanggapi tingkah estrus cewe-cewe ini. Oh Popo, sebutlah syahadat dan aku siap taaruf denganmu. Semua berebut ingin foto di sebelah Popo. Semua berebut ingin berdekatan dengan Popo. Oh Popo, kalau bosan kerja di Bank mending jadi artis aja.
 

Thursday, October 6, 2011

Monday, October 3, 2011

Bukan Mahram, Nanti Dosa

Ih, gak boleh pegang! Kan bukan muhrim!

Kita sering salah mengartikan mahram sebagai muhrim.


Muhrim: Orang yang berihram dalam ibadah haji.

Mahram: Lawan jenis yang tidak boleh dinikahi. Mereka boleh melihat aurat kita. Boleh berjabat tangan,dsb.

Sumber: Wikipedia.


Nah, ada kisah apa antara seorang perempuan dan mahramnya?

Alkisah, ada gladi resik wisuda. Di situ kita akan difoto saat berjabat tangan dengan rektor (kepala sekolah versi universitas).

Para muslimah sejati tentu saja menjaga auratnya dengan tidak berjabatan tangan dengan rektor, yang bukan mahram. Kalo gw sih hajar aja salaman. Mereka biasanya menangkupkan tangannya di depan dada sebagai ganti berjabat tangan.

Adalah seorang jilbaber, teman sejawat, Nisa namanya. Dia ingin tetap berjabat tangan dengan rektor, tetapi tetap melindungi akhlaknya. Bagaimana caranya agar bisa salaman bersentuhan dengan lawan jenis (rektor) tapi tidak berdosa?
Halo Om Gumince..

Tangan saya suka gatel kalo megang non mahram

Tapi ternyata bisa aja kalo kulit kita tidak bersentuhan.

Gw dan Odah tadi siang ketawa-ketawa setengah edan melihat ide brilian dari Nisa. Luarrr biasa. Dia bisa tetep eksis dan gaul bisa megang tangan rektor, tapi tetap di jalan kebenaran. SUBHANALLAH NISA! Mungkin nanti yang mau pacaran gak dosa-dosa amat bisa pake sarung tangan sebelom gandengan tangan.

Konon, Gumince sampe nengok dua kali karena terkejut melihat betapa mahasiswi ini tidak sudi bersentuhan dengannya. Peraturan agama, om!


Once is Enough

Tangan bantetku dihiasi gelang infus.

Dulu gw suka nusuk-nusuk kuku ke pergelangan tangan ngebayangin gimana rasanya diinfus.

Ternyata Rumah Sakit gak seasik yang dibayangkan. TV kabelnya ngebosenin, itu-itu doang. Gak bisa ngenet. Gak bisa donlot. Makanannya enak sih tapi. Lebih bergizi dibanding di rumah. Pencernaan jadi lancar banget. LOL.

Momen-momen merasa penting adalah saat berjalan ke kamar mandi sambil ngegeret tiang infus. Mungkin kaya anak gaul pake tato ato ditindik di lidah gitu.

Tapi, cukup sudah. Semoga berakhir dengan rekor sekali seumur hidup. Amin.

Sunday, October 2, 2011

20th Century Boys

Bulan-bulan pertama membuat blog ini, gw membaca komik 20th Century Boys punya Riju. Begitu baca, kepala gw pusing gak ngerti jalan ceritanya. Komik itu pun terlupakan.

Empat tahun kemudian, waktu baru selesai menonton Moteki, gw menelusuri filmografi Moriyama Mirai. Tertulis 20th Century Boys disana. Layaknya efek bola salju, saat tertarik sama seorang aktor, gw akan mencoba menonton film-film yang dibintangi olehnya. Dari Moteki, berlanjut ke 20th Century Boys.

Dengan kata pengantar dari Rizu (Komiknya bagus banget. Pokoknya tentang konspirasi gitu deh. Kaya Islam dan barat di dunia nyata.Tapi gw belom nonton filmnya karena suka banget komiknya.) gw meniatkan diri menonton trilogi film ini.


Tak kenal maka tak sayang.
Gak sekali ini gw beralih pendapat. Dari males, jadi suka. Let's say Haruma Miura. Dulu gw kata-katain abis-abisan karena dia selalu dapet peran cowo brengsek, ngehamilin cewe, cowo sok cool (di Bloody Monday). Alasan utama gw males banget sama dia karena alisnya dicukur. Alis cowok sejati, menurut gw, harus dibiarkan apa adanya. Gak boleh banget dibentuk-bentuk. Makanya, gw sebel kalo si Sho nyukur alis. Kembali ke Haruma Miura. Tiba-tiba gw nonton Kimi ni Todoke. Ketika alis Haruma Miura tertutup oleh poninya, gw bisa melihat dengan jelas bahwa dia manis dan keren sekali aktingnya (akhirnya ngeliat dia ketawa, di pelem lain dia sendu melulu)!

Ya, ya, kita memang harus melihat semuanya dari dekat sebelum memutuskan: suka atau benci. Rizu always does better job than me at that aspect. Dia dan Yuni punya bakat seperti om Johnny untuk mengaudisi bocah-bocah cowo yang punya potensi bakat tampan buat jadi artis.

Okeh, back to 20th Century Boys.
Cerita singkatnya adalah: Kenji dan kawan-kawan (bocah-bocah di gambar atas) waktu kecil berkhayal dan membuat buku ramalan tentang menjadi penyelamat bumi dari teror-teror. Beberapa puluh tahun kemudian, ramalan mereka menjadi kenyataan. Siapa pelaku yang mewujudkan buku ramalan itu?

Ada sebagian orang yang menyayangkan betapa film ini tidak sebagus komiknya. Para penggemar komiknya kecewa dengan versi live action ini. Untunglah, gw berada di kubu sebaliknya. Yang tertarik dengan komik setelah menonton filmnya. Jadi yaaah, istilahnya, liat versi jeleknya, terus upgrade ke versi yang lebih bagus. Tapi bukan berarti filmnya jelek ya, menurut gw keren banget. Nget. Nget. Anak komunikasi pasti suka deh, karena konspirasi-konspirasi yang ada di film ini mengingatkan kita tentang kuliah media massa. Yang berkuasa, yang menentukan jalannya dunia.

Nah, setelah baca komiknya, makin takjub sama komik dan film ini. Jenius. Buat orang-orang macem gw yang males baca cerita rumit, menonton filmnya sangat membantu memahami inti cerita. Tak seperti dulu, sekarang gw dengan lancar makin bersemangat membuka halaman demi halaman untuk mengetahui versi orisinilnya.

Yang ingin gw berikan tepuk tangan meriah adalah bagian-bagian seperti:

  • Aktor-aktor berkualitas seabrek-abrek dijejelin di pelem ini. Siapapun itu, mukanya familier banget karena mereka udah sering muncul di berbagai dorama yang gw tonton. 
  • Wajah pemeran komik dan live action banyak banget yang mirip. Hampir semuanya. 
  • Wajah aktor saat dewasa dan versi mereka masih kecil, mukanya luar biasa persis. Salut lagi buat orang yang nge-casting. Great job.
Secara garis besar, cerita di film banyak dibuat berbeda -dengan inti yang sama-. Mungkin ini yang menjadi kekecewaan dari fans komiknya. Tapi maklum aja sih, kalo mau dibikin persis, tiga film aja gak cukup panjang. Alur film dibuat lebih simpel dari komik, seperti misalnya (spoiler alert, highlight saja kalo mau tau) Tomodachi sejak awal memang Katsumata yang berpura-pura jadi Fukube. Sedangkan di komik, Tomodachi diperankan oleh dua orang

Di bagian epilog, (komik 21st Century Boys, dua volume) di film ketiga setelah credit title, ada sedikit ending yang berbeda. Gw sendiri lebih suka epilog versi film. Lebih manusiawi buat si Tomodachi.

Anyway, pesan yang gw tangkep dari film dan komik ini adalah:
  • Apa yang terjadi di masa kecil dapat memengaruhi seseorang hingga ia dewasa.
  • Orang menjadi jahat pasti ada alasannya. Masa lalu suram, dendam, dsb.
Makanya, hati-hati kalo ngomong atau memperlakukan anak kecil. Secara tidak langsung, ucapan atau tindakan kita bisa membentuk masa depan si anak. Mungkin kita akan lupa, tapi si anak bisa aja masih tetep inget sampe dia dewasa.

***

Gw inget satu kejadian,
sepupu gw yang lucu dan lebih muda dateng ke Jakarta (TK atau kelas 1 SD). Gw saat itu kelas 3 SD. Bokap nyokap lagi pergi haji. Tumpuan gw cuma kakak-kakak. Suatu hari, kami semua pergi ke pertokoan. Sepertinya gw lagi berantem sama Kangin, 16 tahun, sampe gw menuntut,


Jadi lo gak sayang sama gw?


Dia menjawab, dengan tengil dan meyakinkan, 

Ya gak lah! Gw sih sayangnya sama si X (sepupu gw) karena dia lebih lucu.


Si Kangin dimarahin Teteh. Gw, felt left out, cuma bisa menahan tangis sambil ngeliat ke luar jendela mobil. Menatap Kramat Jati di malam hari. But it hurted me so bad. Walau teteh udah mencoba menghibur, gak ngaruh. Saat itu gw mikir, oh-yeah-gw-gak-disayang.

Kalo dipikir lagi sih, namanya juga anak belasan tahun -not to mention tengil-, omongannya emang ngasal ya. But see, heyy, I still remember it so clearly. Gw jamin seribu persen, si Kangin gak akan inget sama sekali. 


Tapi itu salah satu bukti bahwa, seremeh apa pun itu, anak kecil bisa mengingat.


Jangan-jangan itu yang bikin sampe sekarang gw gak terlalu akrab sama Kangin.

UI Wood

Untuk pertama kalinya setelah bersekolah di Universitas Indonesia, gw sampai ke UI Wood! Itu lho, tulisan gede-gede Universitas Indonesia kaya tulisan Hollywood.

Kesampean juga akhirnya.

Saturday, October 1, 2011

Ice Skating



Kalo mau seru, harus ambil resiko.
Itu pesan moral yang gw dapatkan dari bermain ice skating untuk pertama kalinya.
Kaki pegal-pegal menahan diri agar gak jatuh. Tapi, kok gak terlalu asik ya? Yang ada cuma rasa sakit di telapak kaki karena menahan keseimbangan.

Segerombol bocah dengan luwes meluncur kesana kemari. Gw panggil lah salah satu dari mereka untuk ngajarin. Angkat kaki bergantian, seperti berjalan biasa. Set, set, set. Eh, bisa maju. Sett, sett, sett. Lebih cepat, lebih cepat... Ooopsss. Gedubrak. Kalo mau sotoy meluncur-luncur, emang harus siap jatuh! Total tiga kali jatuh, dua jatuh yang terakhir cukup bikin kepala keliyengan saking kencengnya. Tangan sedikit memar. Tapi seru~

Yang masih punya KTM mari datang tiap Kamis. Ada diskon khusus mahasiswa. Hemat murmer!



 
design by suckmylolly.com