Sunday, November 28, 2010

bolang #5: Aikido


Seorang teman jurnal bernama Ipeh ingin lulus semester ini. Ia mengambil Tugas Karya Akhir berupa liputan feature tentang beladiri anak. Menurut Ipeh, sulit mencari presenter anak-anak. Akhirnya gw direkrut untuk menjadi presenter TKA ini karena tinggi gw sama seperti anak SD. Baiklah. Hari ini syuting di executive club The Sultan Hotel.

Awal syuting biasa saja: membuka acara, dsb. Tiba saatnya latihan aikido dimulai. Gw berganti baju. Jreng jreng... Kirain gw gak ikutan latihan, cuma speak-speak dikit aja, ternyata...Gw harus beneran berpartisipasi di latihan aikido ini. Emaaaaaaaaaaak!


Pemanasan. Tet tot. Kalah lincah sama anak-anak SD *jelas*. Sensei Dims *pacar ipeh* ngasih instruksi sambil memandang tepat langsung ke gw. Mata itu seakan berteriak: gini Nien, caranya. Bukan, bukan gitu tangannya. Aduuuh. Gini, gini..Jempolnya disini.. Aduh.. Kok ga bisa-bisa sih. Muka gw panik karena gw beneran gak ngerti apa yang harus diputer atau dipijit, dll. Nanti bisa dilihat sendiri di kamera betapa dongonya ekspresi gw.

Lanjut. Gw dibanting-banting. Ternyata enak lho dibanting di aikido, soalnya di matras. Cuman kepala agak sakit aja karena salah posisi.

Terus ada anak kecil yang nanya, ini buat masuk tipi apaan sih? gw jawab, untuk tugas kuliah. Dia curhat, aku nanti kalo kuliah mau penelitian di suaka margasatwa, soalnya aku suka binatang. Gw menjawab datar, oh.. dengan nada tidak peduli. LOL.

Terakhir, gw nanya-nanya ke murid aikido dari Selandia Baru. Dia bisa bahasa Inggris dan bahasa Jawa tetapi tidak bisa bahasa Indonesia. Baiklah. You rocks, Duncan!

Syuting selesai, berfoto sejenak di pinggir kolam renang. Ipeh mengancam untuk menceburkan kami. Di akhir foto, tiba-tiba dia terpeleset dan nyebur kolam renang. Tanpa ada yang mendorong. It was hilarious. Kalo kata orang bijak sih, karma. Tidak ada saksi mata yang melihat proses itu secara lengkap. Yang gw ingat, Ipeh berteriak, badannya oleng..dan gejebur. Byur. Byur. Semua orang hanya menatap.. dan tertawa. HAHAHAHAHAH. Doi ganti baju pake celana aikido, kaos dan jaket pacarnya, serta kerudung cadanganku.

Next, makan-makan. Oke, ini agak gila.
Makan siang:
Chicken Story. Gw baru tahu nasi bisa refill. Semua orang nambah nasi. Ayam bakar pedas, nasi, cah kangkung, es teh manis. Uenak.

Semua orang gak bisa bernapas dengan lega saking kekenyangan. Hampir semuanya menertawakan Dims yang pengen beli J.Co untuk cemilan. Takdir berkata lain.

Cemilan:
1. J.Co
Dalam waktu lima menit, enam orang melahap 12 donat sampai tandas. Kata siapa kita udah kenyang?

Dims memberikan amanah pada Ipeh untuk menghabiskan jatah duit untuk beli makanan. Akhirnya kami terpaksa mengemil lagi.

2. Big Bite.
Dua big bite untuk lima orang *Dims udah pulang*. Semua gemuk.

3. Satu slice cheese cake.
Walau cuma sesuap kecil, tetap hampir tidak muat.

Kami semua sehat hari ini. Terimakasih Ipeh, Rikha, Mamat, Dimas, Aji atas partisipasinya dalam bolang hari ini. Semoga Ipeh dan Dimas segera menikah dan menjahit baju seragam kawinan di MOSCHIC. Amin.

Thursday, November 25, 2010

Tapi pak.. Tapi pak.. Tapi pak..

Kelas barusan ramai sekali.
Kelompok yang maju presentasi membahas tentang Jurnalistik.
Dosen bukan orang Jurnalistik.
Tapi dosen ini adalah TUHAN di dunianya sendiri
karena sebenarnya seisi kelas setidaknya yang ngomong menentang pendapat dia yang aneh dan dia tidak mau bisa kalah. He's God, guys. Don't talk back unless you wanna get F.
Ada juga seorang teman yang gak pernah mau kalah dalam argumen. Sayang sekali gw gak pernah bisa mengkonfrontasi dengan cara marah beneran. Nampaknya apa yang gw lakukan selalu terlihat bercanda. Akhirnya... mental ini tidak sehat. Semua pendapat gw selalu dibantah sama dia. Pokoknya dia harus benar. Dia selalu benar. He's God in his world. Rasanya ingin bawa golok dan membacok-bacok dia tiap kali omongan gw dibantah.

Tuesday, November 23, 2010

weekly express #13 : a Date with Harry

Dari hari Rabu gw udah belingsatan nyari-nyari temen buat nonton ini.
1. Rizu jalan sama anak FKG (it turns out she got free premiere ticket but aint watch it)
2. Bebek mau jalan sama pacarnya (ktanya gpp gw ikut tapi gw males jadi setan)
3. Dachi ga suka Harpot
4. Aa gak bales sms thank you loh my caring brother
5. Sister in law repot ngurusin anak yang sembelit dan boker darah karena salah dikasi jenis pisang sehingga tidak bisa dicerna oleh bayi. Duh kasian amat sih kamu Vai.
6. Teteh lagi pergi haji dan di Arab dan susah juga kalo diajak
7. Tante mau sih tapi gw gak enak karena dia pasti repot ngurusin tiga anak.
8. Lescha gak mau kalo nontonnya gak di hari pertama
9. Dechu prefer INAFFF or yang laen yang gratis dan lebi murah (gw ngajak wiken blitz yang emang mahal)
10. Ada lagi? Gw lupa deh pokoknya banyak..

Duarrrr... Petir menyambar hatiku yang kesepian di rumah sendirian.

Ya udah. Gw putuskan untuk nonton sendiri aja di Tamini Square. Deket dan murah.

Tiba-tiba tiba-tiba tiba-tiba...hari Jumat Tante Poni kan kerumah gw.. Gw deg-degan saat mengajaknya nonton. Takut udah ada janji sama Mr. Toraja. Kan gw susah juga kalo mo ngikut mereka nonton ke Teraskota. Masa harus ke luar kota sih? Piss ah.
Eh tante poni mau diajak nonton!
Tapi, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Pertanyaannya adalah: Emang bakalan dapet tiket?
Demi mendapatkan jawaban pasti, gw menelpon si Lescha Pecinta Bieber-Gaga-Spore-dan Harry Potter.
Lescha ini adalah orang yang menganggap bahwa menonton Harry Potter tidak di hari pertama = Dosa besar. Sama dosanya ketika gw udah donlot Arashi dan gak ditonton. Neraka Jahanam. Kami memang unik. Tapi intinya adalah, Lescha ngantre tiket dari pukul 10.30 dan baru nonton sekitar pukul 14.00.

Cekidot website 21: di bioskop TAMINI belum ada Harry Potter. Kurang alay apa lagi?
Yaudah mo ke Citos aja deh. Tapi.. naek apa ya ke Citos dari rumah gw. Metromini. Gak masalah sih tapi... males aja sore-sore berdesak-desakan dan belum tentu dapet tiket. Tante Poni sih gak masalah diajak bersusah-susah ria.

Keputusan: males nonton hari ini. Kapan-kapan aja.

Sabtu: Bikin transkrip wawancara. Chatting sama si Genit Mira. Tadinya mau menyerbu Margo City aja atau midnight Citos sebagai sesama orang kesepian. Gagal karena transkrip belum selesai padahal deadline menanti.

Minggu: Masih bikin transkrip wawancara. Berencana ke Citos sendirian dan kirim sms ke orang-orang untuk melihat daya impulsif mereka. Gagal lagi karena transkrip baru selesai malam dan hari senin gw harus ke kampus dari pagi.

Lescha saved my life. Dia mau diajak nonton (untuk ketiga kalinya) di Citos hari Senin. Thank You Bekasi Girl~ *smooch*
Review Harry Potter bisa dibaca langsung di blog beliau. Berhubung gw udah lama banget gak baca HP, jadi agak lost sama ceritanya. Mikir "emang gitu ya? emang ada di buku ya?". Beruntunglah orang sebelah gw itu kamus berjalan Harry Potter. Dengan bangga dia bilang, "Ask me anything about Harry Potter. I know the answer."
Oke deh lei.

Beberapa hal yang gw suka adalah ketika Harry dan Ron belum cukuran dan tumbuh jenggot-jenggot. Awwww. LOL.
Oiya dan kostum Hermione sangat keren. Terlalu keren untuk ukuran pelarian penuh frustasi menghindari penyihir jahat. Lescha sangat yakin itu konspirasi dari sponsor baju.

Kursi 21 Citos kok jadi bunyi krenyit-krenyit kayak udah mo copot ya? Hmm. Dan ibu-ibu di sebelah gw berisik banget karena dia GAK BACA HARRY POTTER dan GAK NGERTI CERITANYA dan MENGELUH NGANTUK dan NANYA-NANYA TENTANG SEMUA ke orang sebelahnya yang juga berisik. Masa Dumbledore disebut dia KAKEK-KAKEK?
Lain kali kalo gak tahu Harpot ga usah nonton deh. Kalopun nonton diem aja nanyanya pas uda di luar bioskop. Ganggu bener!

Gw harus nonton ulang di Tamini.

Back to the story:
Pulangnya terjebak macet DUA JAM. Lescha bersumpah gak akan ke Citos lagi. Aww let's see Lei. I'm gonna drag you there someday when your mother get another free vouchers.

Advice:
Jangan naik metromini 509 atau 510 dari Citos ke Kp. Rambutan pukul 17.30 pada hari Senin.
Macetnya cukup lama untuk bisa ngelahirin anak.
Naek aja metromini 76 di pinggir jalan tol (walau isinya memang seperti biji cendol kalengan) atau taksi aja. Mahal, tapi cepat dan nyaman.

*******************************************
Next story:

Donda VS MBRC

Di Miriam Budiarjo Resource Center *bener ga tuh*, Perpustakaan FISIP UI, ada satu pojokan bernama American Corner. Belakangan, pojokan itu dipanggil dengan nama Karpet Ijo MBRC. Ya, simpelnya karena disitu karpet dan sofanya berwarna hijau. Ada televisi gede banget disitu, tapi gw gak tau apa fungsinya selain untuk nonton gosip. Antena tivinya pun kadang tidak berfungsi. Alhasil gambarnya banyak yang disemutin. Channel yang paling bagus ya sinetron atau gosip. I wonder can we use it for nobar Arashi?

Lanjut. Area itu paling nyaman di MBRC untuk bercengkrama dan mengerjakan tugas. Mengapa? Simpel. Karena ada karpet. Orang Indonesia lebih suka duduk selonjoran dan tidur ayam di karpet ketimbang duduk di kursi. Dengan aura selonjoran, orang-orang cenderung mengobrol. Dengan mengobrol, suasana menjadi berisik. Jika digabung: Perpustakaan menjadi berisik.

Bapak dan ibu petugas MBRC sering mengeluarkan teguran berupa *Ssssstttt* untuk mendiamkan mulut-mulut bawel. Tapi kemarin berbeda. Suatu sejarah baru dalam MBRC.

*bletak*. Bunyi benda jatuh. Orang-orang tidak terlalu ngeh karena dikira ada yang jatuh.
Ini kampus apa pasar sih?


Terdengar suara orang mengomel. Gw menengok ke sumber suara. Olala. Ternyata seorang petugas berseragam biru (petugas MBRC) yang wajahnya tidak familier melempar tutup tempat sampah ke lantai untuk mendiamkan suasana.

Tapi harap diingat:
1. Tutup tempat sampah terbuat dari plastik dan berukuran kecil = tidak mengeluarkan suara keras = orang-orang tidak kaget = orang-orang tidak diam
2. Tidak ada peringatan. Tiba-tiba saja tutup tempat sampah melayang. Andai sang petugas berteriak "DIAAAAAM!" lalu melempar tutup tempat sampah, tentu keadaan menjadi hening.

Si Petugas berseragam biru memandangi orang-orang di karpet ijo dengan pandangan kesal. Orang-orang di karpet ijo sebodo amat sambil berkata "Kenapa sih mas-mas itu? Aneh banget. Bapak-ibu petugas yang resmi dan asli aja ga kenapa-napa. Kenapa dia tau-tau marah?".

Sekelompok anak cowo 2008 di sebelah gw mengompori,
"Yuk, kita makin berisik aja yuk."
Dengan keberanian massal, kami semua tertawa sinis dengan volume yang kencang. Huahahaha. Huahahaha. Huahahaa.

Drama berlanjut semakin seru.

"Tiiiiiiiiit." Bunyi benda elektronik dimatikan. You know what? Si mas-mas berseragam biru matiin AC di karpet ijo. Asumsi gw adalah dia dendam karena dicuekin dan seenaknya matiin AC. FYI di MBRC gak ada udara jendela terbuka. Sumpek. Panas.
Seseorang di karpet ijo bilang, "Biarin aja. Kalo panas kan makin berisik."
Yaudah. Makin berisik. Si Mas biru teriak lagi.

"Berisik banget sih!"
suasana hening. Tiba-tiba sang Pahlawan Cendana dari Batak, Nyonya Donda Situmeang muncul (suaranya).

"Mas juga berisik!"

hening lagi.
Gw lupa kata-katanya tapi intinya dalam keheningan itu hampir seluruh penghuni MBRC mendengar argumen Donda-Petugas berseragam biru. Dengan keberanian dan kenyolotan Batak, Mas berseragam biru diam saja saat Donda membalas semua kata-katanya. Gw cuma takut Donda dikeroyok geng Office Boy. Alhamdulillah Donda tidak diapa-apain. Setelah itu.. MBRC berisik lagi.... ROFL.

Selama beberapa waktu si mas berseragam biru just stared at us continuously with angry look but noone cared. Sayangnya gw harus meninggalkan MBRC (he glared at me too when i passed him) dan tidak tahu akhir kelanjutan Drama MBRC.

Wednesday, November 17, 2010

Gantian

Istri harus mengabdi pada suaminya.


Kalau mendengar kalimat itu, terkadang gw jadi bertanya-tanya... Kenapa kok kesannya cewe selalu harus melayani. Kapan dong kita dilayani? Kok rasanya gak adil ya?

Tetapi obrolan singkat dengan tante gw mengubah persepsi gw. Tante cerita tentang salah satu tema pengajiannya. Ternyata, seorang anak laki-laki harus mengabdi pada ibunya. Malahan, ibu harus berada dalam prioritas yang lebih penting daripada anak dan istri! Woow. I never knew that.

Alkisah seseorang lelaki yang hidup di jaman nabi Muhammad. Anaknya merengek minta susu. Sang lelaki berkata,

Nanti ya Nak, tunggu nenekmu bangun dulu.


Si lelaki mendahulukan ibunya daripada kebutuhan anaknya. Bukan berarti si lelaki itu meninggalkan kewajibannya untuk mengurus anak-istrinya, tapi prioritas menurut islam adalah ibu. Coba lah pikir. Cewe udah banting tulang lari sana lari sini ngurusin anak dan suami. Terus kapan dia diurusin dong? Terus masa anak-anaknya nanti ga ada yang mikirin ibunya? Sengsara amat jadi cewe. Gantian dong anak laki yang ngurusin ibunya. Anak laki juga harus ngurusin adik-adik perempuannya (kalo punya). Itulah alasan mengapa laki-laki mendapat warisan yang lebih banyak daripada perempuan. Soalnya dia punya tanggung jawab lebih. Bukan berarti gak adil. Justru itu adil.

Pandangan gw tentang cowok yang anak mami jadi agak berubah. Tidak terlalu negatif lah. Yaah, kalo seorang laki-laki saleh berbakti sama maminya, gw rasa dia juga akan jadi suami yang saleh yang sayang istrinya juga deh.

Jadi, maklum aja kalo suatu saat si suami pengen ngedot bolak balik ke rumah maminya, tak boleh mengekang, tak boleh melarang karena itu adalah kewajiban mereka :)
lagak gw nulis kaya beginian kaya udah mau kawin aja LOL

So, Tante Poni, nanti didiklah sang Toma untuk menjadi anak berbakti. Nino juga suatu saat akan gw didik dengan baik biar masa tua gw menyenangkan.

Monday, November 15, 2010

Racun

Kalo sebel sama orang, kadang-kadang ada hasrat untuk ngasih racun biar kelepek-kelepek.
Tetapi kali ini gw merasa bersalah telah meracuni kawan.

1. Mr. Toraja, Sho Sakurai versi Tante Poni.
Manusia ini sedikit gatal-gatal karena makan udang yang gw suguhkan dalam bentuk nugget-mirip-ayam. Alergi udang ternyata. Akhirnya gw makan sisa nugget yang tidak dia makan.

2. Angga, biang komputer.
Angga pengen minum susu. Di kulkas masih ada susu...entah mengapa sudah basi padahal masa kadaluwarsa masih lama! Maaf ya Angga! Saking siyoknya tadi gw malah pengen ketawa miris.
Angga gw kasih makaroni schotel. Ternyata dia enek kalo makan makanan yang mengandung susu. Makaroninya gw kasih susu. Angga minum air hangat yang banyak setelahnya. Padahal Angga berkunjung untuk beramal kepada orang gaptek. Terimakasih telah menginstal PC saya.

3. Mira, sedang berkunjung ke rumah
Mira yang polos mengira rasa asam di susu cokelat itu sudah biasa. Susu basinya sudah terlanjur diminum sebagian. Mira sakit perut. Maaf Mira. Anggap saja itu jalan memperlancar sembelit.

Who's next? LOL

Saturday, November 13, 2010

Wikipedia

Adalah Perkembangan Teknologi Komunikasi, suatu mata kuliah dengan tugas merepotkan. Salah satunya adalah membuat artikel di Wikipedia. Ternyata membuat artikel disitu tidak seenak membuat teh manis. Sumber kutipan harus jelas dan ada pengawas yang mengoreksi tiap ada masalah; teknis ataupun isi.

WIKIPEDIA TENTANG RTC UI FM

Adalah artikel yang gw buat. Tadinya gw pikir itu tak berguna. Setelah muncul di internet, ya sudah.
Te Ta Pi..
Hari ini gw mewawancara beberapa belas calon kolega RTC. Saat gw menanyai apa yang mereka tahu tentang RTC... Kok gw familier sekali dengan pola penuturannya ya?

Lo tau dari mana infonya?

Wikipedia.



YUESSSSSS... Tugas gw ternyata berguna bagi segelintir umat manusia!

Wednesday, November 10, 2010

bolang #4: Kota Hujan

Om Obama datang ke UI, mahasiswa diliburkan. Agak miris sih, kampus milik saya tapi mo masuk aja susye. Dapetin tiket Obama sesusah dapetin tiket konser ARASHI *hiperbol*

Alih-alih menonton Obama di balairung, gw dan Journalsista janjian untuk menghabiskan quality time di Bogor. Tadinya mau naik kereta ekonomi AC, tetapi gw terlambat dua menit di stasiun! Aww terpaksa naik kereta ekonomi biasa.

PENGEN PELUK DARIUS SINATRIA *pas gw lagi nulis inih, di tipi lagi ada Asty Ananta meluk Darius di suatu kuis. Aww pengen*

Selalu ingat untuk memakai baju kumuh dan lusuh untuk menghindari pelecehan verbal/non verbal dari lelaki-lelaki centil di jalan. Dresscode naik kereta adalah: sandal jepit dan kaos lusuh. Berpakaian sesederhana mungkin juga menjadi pilihan untuk terhindar dari pencopetan. Beneran loh. Di Terminal Kampung Rambutan, tidak ada abang-abang yang merongrong "neng mau kemana neng? neng? cibubur neng?". Di kereta pun tidak ada gangguan berarti. Alhamdulillah. Sendal jepit memang paling okey!

Sesampainya di stasiun Bogor, bertemu dengan Nyanya, Mira, dan Lescha. Sisa manusia lain tidak datang ke Bogor pada hari itu. Akhirnya, di sore hari kami dan tuan rumah, Anggi, pergi berenang gratisan di komplek tante Anggi. Byur byar byur. Dengan fisik seringkih nenek-nenek, ada beberapa yang kedinginan dan masup angin. Yaudah, numpang minum teh panas di rumah sang Tante *sambil godain ponakan Anggi yang ganteng -tapi masih SD!-*. Lalu, demi meluluskan hasrat anak gaul Bogor, kami makan malam di Taman Koleksi. Entah karena kedinginan dan lapar, makanan hari itu sangat enak! Teh Sereh panas mantab, pas banget buat selera kami anak-anak kampung Jakarta. Malam itu, personil bertambah dua: bebek dan Ibu Humas Bem UI.

Malam diramaikan dengan pergosipan kehidupan politik di UI. Ternyata banyak drama di setiap organisasi ya. Intinya adalah, gw tidak berhasrat punya suami yang bergerak di bidang pergerakan (radikal). Dan satu kutipan yang sangat bermakna adalah:

"Dibalik karisma seorang lelaki, terdapat kememblean yang tiada tara. Makin karismatik, makin memble!"


Siapa yang bisa menguak kememblean itu? Perempuan! Teori itu juga membuktikan anggapan Behind every great man there is a great woman.

Lanjuttt~
Hari kedua, membuat lasagna. Menunggu kloter kedua (Icha, Icrut, Jaja, Odah, Vani, dan Syilfi) sambil menonton Obama live di televisi. Bersorak setiap kali Obama ngomong pake bahasa Indonesia (Sate~). Mengomentari Obama yang penuh peluh dari udara balairung yang puanass. Hebat deh Obama menarik perhatian audiens, dimulai dari cerita menarik tentang dia di Indonesia pada dahulu kala. Sambutannya luar biasa riuh ramai. Tapi begitu mulai ke inti pidato yang berbau politik gitu, nampaknya perhatian penonton (setidaknya yang lagi nonton di rumah Anggi) menurun. Edun. Kenyang lasagna, jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor (sebelumnya mampir dulu ngemil sekoteng, somay, dan mi yamin). Melihat-lihat museum zoologi. Lalu ngemil lagi pizza.

Yang harus digarisbawahi adalah.... SEMBILAN manusia dipepet di mobil kecil yang mentok cuma muat LIMA manusia. Dengan formasi cantik, tempat duduk belakang yang harusnya cuma diisi tiga orang, disusun hingga bisa memuat tujuh orang (empat ibu memangku tiga anak). Sadis. Mobilnya Icha menjerit tiap harus naik tanjakan. Mesinnya meraung-raung kecapekan. Terimakasih, Cha!

Pulangnya bersabar menunggu bis yang ngetemnya luar biasa luamaaaaa sekali. Alhamdulillah selamat sampai terminal dengan mang Wahid yang baik sekali mau menjemput. Hore! Pengetahuan rute bis bertambah lagih!

Sunday, November 7, 2010

bolang #3: Goethe Haus + Layangan


Money Flowers made by Dela Dyah: A way to kill the time at Goethe


Goethe Haus keren yak bangunannya. Ah, sayang sekali gw tidak ada hasrat belajar bahasa Jerman. Waktu SMA aja pusing banget belajarnya. Kalau ada hasrat sih gw akan sangat bersemangat untuk les di tempat seasik Goethe :)
Dan lagi-lagi ingin menyalahkan penyebaran pusat budaya di Jakarta yang tidak adil. Mana jatah pendidikan untuk kami warga pinggiran Jakarta Timur? Dipikir-pikir, bagian timur Jakarta sering tidak kebagian fasilitas. Contohnya? Cabang ini itu jarang banget ada di Jaktim. Apa karena isinya kebanyakan rakyat jelata seperti saya? Ngik nguk. Ato mungkin udah terlalu padat penduduknya kali ya. Bisa dilihat lah kelakuan rakyat jelata kaya gimana. Tengok saja dari perilaku mengantre di shelter busway. Barbar! Termasuk gw. Kalo gak barbar ga akan selamat.

Kembali ke Goethe. Jadi, akhirnya kemarin gw bisa nonton Europe on Screen sama anak-anak iklan macam Witia, Anadhya, Dyah, dan Fidella (dan pacarnya). Tadinya mau nonton jam satu siang. Tapi berkat kebarbaran manusia di shelter busway UKI, gw jadi dateng telat deh *alesan*. One thing for sure: Somay di kantin Goethe ENAK BANGET. BANGET. BANGET. Bentuk dan rasanya mencurigakan seperti dimsum. Setelah menanyakan harganya (mahal!) gw makin yakin kalo somaynya enak. Dan beneran Enak. Enak. Enak. Ga keburu dipoto karena udah dilahap.

Kami menonton film dokumenter Austria berjudul Cooking History. Ceritanya tentang para koki saat perang militer. Uwah. Gw harus belajar masak nih. Soalnya kalau ada perang, gw bisa berlindung di balik dapur. Ada adegan saat babi disembelih. Aduuh serem ya ternyata babi bisa tereak-tereak. Sayangnya, beberapa kekejaman penyembelihan di Cooking History tidak menginspirasi gw untuk jadi vegetarian xD

A Kite. Made by Me.

Hari ini meliput museum layang-layang. Melihat antusiasme anak-anak kecil belajar bikin layangan. Melihat koleksi layangan dari berbagai daerah, ternyata bahannya macem-macem, ada dari gedebong pisang, daun lontar, kain batik, dll. Melihat layang-layang tiga dimensi berbentuk dewi Sri yang katanya kalau malam turun untuk beli nasi goreng (semoga ini hanya bercanda xD).

Then, i did soooooo may NG's. Ngulang-ngulang closing statement sampe sepuluh kali lebih ya? Maafkan aku Odah, yang sudah kecapekan memegang hendikem di tengah siang bolong. Maafkan aku Nyanya, yang sudah kecapekan goyang-goyangin benang layangan. Maafkan gw Omo, yang sudah meracunilo dengan udang. Yappari, i got nervous easily! *ngumpet lagi di balik layar komputer dan adobe premiere*

Radio is the best! People can't see you yet you can be famous LOL.

Baiklah, gw akan belajar tidak nervous lagi di depan kamera. I am not suitable for formal shooooow~

Saturday, November 6, 2010

bolang #2


Meja Makan Rumah Dara


Saya jadi tukang rental handycam + tour guide kelompok Feature TV Ntum, Mirce, dan Anggrita ke IPTEK. Niat aslinya sih biar bisa main gratis (berkat surat sakti pengantar dari universitas tercinta. Ah i lap yu) dan biar ga sendirian aja di rumah.

Dengan semangat nostalgia, kami semangat mencoba berbagai percobaan disana. Tapi oh tapi, sepi sekali. Sereeeeem kalo jalan sendirian. Mungkin karena bukan hari libur juga sih jadi sepi.

Prestasi terbesar kami adalah: Naik sepeda yang berjalan di atas tali! Foto tidak tersedia, tapi ada video. Silakan hubungi bila berminat. Aheu!

Karena terlalu sore, tidak ada lagi mobil keliling yang bisa mengantarkan kami ke pintu gerbang yang letaknya jauh sekali. Akhirnya kami menggoda ojek agar bisa nganterin ke rumah dengan harga murah. Setelah mengandalkan daya persuasif Mira, TMII-B.apus bisa dijangkau dengan 7.000 perak saja. Padahal gw merasa jaraknya cukup jauh untuk harga segitu. Tapi berhubung para abang ojek (akhirnya) setuju, ya sudah!

MirAnggi akhirnya menginap karena kemaleman. Semua setuju kalau rasa sepi di rumah gw cukup berlebihan dan memprihatinkan. Apalagi kalo SPEEDY MATI (yes, kemarin mati. dan kalau ga ada mereka, gw ngamuk sendirian. untung ada temen :p ). Beneran ya gw akan mengamuk sejadi-jadinya kalau SPEEDY MATI LAGI.

I need faster connection, anyone knows the owner of Biznet? Does he have a son? I wanna befriend him so i can get free biznet!
Amin.

Thursday, November 4, 2010

sendirian#1

Ternyata naik taksi dari Depok-Rumah gak mahal-mahal banget. Apalagi kalo taksinya penuh lima orang! Abis rombongan Dachi-Syilfi (akhirnya ke rumah gw ya)-Vanie-Donda pulang, eke ke kerpur tamini. belanja kebutuhan rumah tangga. Pada kasian banget ya sama gw? Makanya bawain makanan dari rumah dong.
Teruss gw deg-degan karena takut duitnya ga cukup!
dan beneran loh.... hampir ga bisa bayar! aduuuh ternyata menyeramkan kalo belanja sendiri (dan kalap).
Oiya duit hasil transkrip super stres berubah jadi dua kaos! haha langsung abiiiis.

bolang #1

I am currently at Bogor, Anggi's house.
Makan lasagna, mie ayam, dan ngemil keripik tempe di tengah malam sambil mengutuki seseorang yang membuat teori tapi mematahkannya juga. Berdebat dan membuat rencana busuk demi lulus dengan nilai bagus (walau tidak mendapat ilmu apa-apa).
Mengagumi rumah Nenek Anggi yang luar biasa retro dan luas.

Rumah siapa yang akan kusambangi, besok?

Tuesday, November 2, 2010

bosan miskin

Sejak jadi penjaga rumah, gw meluangkan lebih banyak waktu untuk nonton acara bertema kemiskinan. Misalnya di Stasiun Rajawali, ada acara judulnya HELEEP. Acara ini mencari orang yang mau ngebantuin 'artis' HELEEP yang kesusahan. Episode hari ini sih tentang seorang nenek kumal yang mau jual baju bekas buat beli makanan. Beberapa baju kumal itu dia pengen jual seharga 25rebu.
Beberapa orang sudah ia temui, tukang dawet, mbak-mbak di jalan, sesama pengemis, tapi ga ada yang mau beli bajunya dia. Wajar sih, dua puluh lima rebu buat baju bekas yang kotor? Bahkan sesama pengemis nawar bajunya jadi seribu rupiah. Terus, yang diincer itu biasanya kalangan menengah ke bawah. Mereka mungkin duitnya juga ga banyak-banyak banget ya. Akhirnya ada juga orang yang ngasih duit ke nenek itu, seorang penjual air sabun buat gelembung balon yang kakinya polio. Dia akhirnya dikasih hadiah sama HELEEP duit berapa juta gitu deh.

Nah, yang ingin gw ulas adalah hal-hal teknis seputar penyiaran. Sok asik deh. Yaa maklum gw kerjaannya ga jauh-jauh dari kamera sama adobe premiere.
1. Rekamnya kaya gimana ya?
Dari angle yang terlihat, orang yang merekam ada di dalam mobil yang letaknya sangat dekat dengan si 'artis'. Seringkali, 'orang yang diuji kepedulian sosialnya' mencuri pandang ke arah kamera. Apa ini berarti kameranya gak terlalu tersembunyi? Apa gimana ya? Soalnya kalo terang-terangan atau bisa kelihatan sih jadinya kan mencurigakan.

2. Zoom in.
Gw gak tahu pasti soal ketentuan isi siaran ya. Kalo di Jepang, dari pengamatan gw, privasi tuh penting banget. Kalo ada majalah yang gambarnya artis terus di sampingnya ada rakyat jelata, pasti muka si rakyat diblur. Kadang-kadang di tipi juga begitu. Tapi, di acara HELEEP, blur cuma dipake di satu orang yang nolak bantuin. Sisanya yang nolak juga mukanya dizoom gitu. Apa mereka udah ijin sama yang bersangkutan? Kan itu menyangkut imej, coba bayangin kalo gw nyolot ga mau ngasi duit ke pengamen terus ternyata gw disyut kamera tersembunyi dan dizoom terus muncul di tipi tanpa sepengetahuan gw. Lalu tayangannya ditonton orang Tasik dan Ciparay. Malu laaah.

Lalu gw teringat acara 24 Hour Television di Jepang. Acaranya tentang orang-orang yang sakit dan berjuang untuk sembuh. Para artis dan atlet yang tergabung di acara itu turut membantu dari segi moral. Macem-macem sih, tapi pokoknya bener-bener menguras air mata. Bedanya ama sama pengeksposan kemiskinan secara berlebihan di tivi Indonesia? Dari segi pengambilan gambar pun beda.

Yang gw inget banget adalah segmen tentang seorang keluarga yang punya dua anak laki-laki. Sang kakak meninggal karena suatu penyakit. Sebenernya bisa sembuh, tapi sayangnya sulit mencari donor yang cocok untuk si kakak. Sang adik sangat sayang pada kakaknya. Masih normal? Masih...
Yang bikin penonton nangis kejer adalah... ternyata sang adik menderita sakit yang sama. Dan si adik belum tahu. Kamera 24 hour television mengabadikan momen ketika si Adik diberitahu ibunya tentang fakta bahwa dia sakit parah.

Gini kira-kira rekonstruksinya.
Mama, Papa, dan Shota (nama si Adik) duduk di meja makan sambil ngemil apel.
Sang ibu ngobrol dengan kasual sama si Shota sambil ngupas apel, tentang apakah Shota ingat waktu kakaknya sakit, apa pendapat Shota tentang penyakit kakaknya...dan akhirnya bilang kalo Shota juga sakit. Tapi dia bilang, donor udah didapatkan. Shota pasti sembuh.

Momen-momen itu bener-bener mengharukan. Sosok ibu emang sangat penting dalam pertumbuhan anak. Si bapak beneran ga ngomong ato bergerak. dasar patriarki akut yang menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada istri untuk urusan keluarga.

BTT, dari angle yang terlihat, kamera diletakkan sangat jauh sehingga si keluarga bisa mengobrol tanpa merasa diintai. Dan, tidak ada tuh zoom in segala macem. Angle-nya still. Long shot. Ga bergerak. Menurut gw, itu adalah penghormatan pada keluarga sebagai pemberian sedikit privasi.

Bayangin deh kalo ini acara tipi Indonesia? Pasti udah zoom in gila-gilaan. Segala air mata, ingus, bibir, mata, akan diperbesar total untuk memperlihatkan kesedihan. Itu bedanya kita sama negara lain: komodifikasi kemiskinan. Journalsista pasti uda pada enek ya sama kata itu? xD

Lalu, gw juga membuat analisis singkat tentang mengapa banyak orang 'pelit' yang ga mau bantuin orang susah di acara HELEEP (atau acara sejenis lainnya):

1. Orang lain juga pada miskin. Boro-boro bantuin orang lain, buat diri sendiri aja susah.
2. Orang Indonesia jago menipu. Banyak lah kisah pengemis yang aslinya tuajirr bener. Di gang menuju kampus, biasanya berjejer tuh pengemis dengan berbagai daya tarik. Ada yang tuna netra, ada yang kakinya luka trus pake kruk, kakek-kakek main suling, dll. Ada juga yang musiman, sepasang ibu-anak nongkrong sambil bawa alat musik kecapi. Dia muncul di waktu tertentu tiap tahun. Tahun ini anggotanya nambah, balita.

Btw, ada dua kejadian yang bikin gw makin males ngasi duit cuma-cuma sama pengemis. Kayaknya pengemis kober itu jauh lebih kaya raya dari gw lho!
Buktinya adalah, ketika gw lewat pagi-pagi banget, jalanan masih kosong, si kakek-kakek main suling yang kakinya luka (ga sembuh-sembuh banget kek?) lagi ngeluarin kantong plastik dari balik celananya. Terlihat lipatan tebal uang, dan gw melihat dengan jelas ada duit 50rebu disitu. Bahkan isi dompet gw tidak sebanyak itu!
Lanjut, ketika gw melewati jalan itu di siang nanggung (jam 10 pagi, jalan sepi) gw melihat si nenek yang pake kruk dijemput anaknya naik motor. Bahkan gw gak punya motor!

Kalo udah menyaksikan yang seperti itu pasti bawaannya curiga. Yaaa, orang Indonesia curigaan. Kalo gak curiga nanti ditipu!

3. Orang sudah kebal dan tidak sensitif lagi soal kemiskinan. Apatis. Berkat media yang menampilkan itu dengan kehiperbolisan yang luar biasa, gw makin apatis. Ada berapa orang yang seperti gw?
 
design by suckmylolly.com